Rabu, 16 September 2015

Praktikum REPRODUKSI TERNAK UGM - ENAK TENAN LHO-

Halaman Pengesahan Laporan praktikum Ilmu Reproduksi Ternak ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk menempuh mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak di Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta. Laporan praktikum Ilmu Reproduksi Ternak ini telah disetujui dan disahkan oleh asisten pembimbing pada tanggal Desember 2014 Yogyakarta, Desember 2014 Asisten pembimbing Sinu Saputri Kata Pengantar Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum Ilmu Reproduksi Ternak ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini, diantaranya : 1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2. Prof. Ir. Ismaya, M.Sc.,Ph.D, Dr. Ir. Kustono M.Sc, Ph.D., Ir. Diah Tri Widayati, MP., Ph.D., Ir. Sigit Bintara, M.Si., dan Widya Asmarawati, S.Pt, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak. 3. Segenap asisten praktikum Ilmu Reproduksi Ternak. 4. Pihak-pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Saya menyadari bahwa penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran sangat diharapkan. Kritik dan saran tersebut kiranya dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta kuantitas dari saya untuk masa yang akan datang. Yogyakarta, Desember 2014 Penyusun Daftar Isi HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN ix ACARA I. ANATOMI DAN HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA 1 Tinjauan Pustaka 1 Testis 1 Epididymis 2 Ductus deferens 3 Penis 4 Kelenjar tambahan 5 Kelenjar vesikularis 5 Kelenjar prostata 6 Kelenjar bulbourethralis 6 Materi dan metode 7 Materi 7 Alat 7 Bahan 7 Metode 7 Anatomi 7 Histologi 7 Hasil dan Pembahasan 8 Testis 8 Epididymis 14 Ductus deferens 16 Urethra 18 Penis 18 Kelenjar tambahan 20 Kelenjar vesikularis 20 Kelenjar prostata 21 Kelenjar bulbourethralis 22 Kesimpulan 23 Daftar pustaka 24 ACARA II. ANATOMI DAN HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA 26 Tinjauan pustaka 26 Hypophysis 26 Ovarium 28 Oviduct 26 Uterus 26 Cervix 26 Vagina 26 Vulva 27 Clitoris 27 Materi dan metode 27 Materi 27 Alat 27 Bahan 28 Metode 28 Anatomi 28 Histologi 28 Hasil dan pembahasan 28 adenohypophysis 28 Ovarium 30 Oviduct 39 Uterus 41 Cervix 48 Vagina 50 Vulva 51 Clitoris 51 Kesimpulan 54 Daftar pustaka 55 PENUTUP 56 Kritik 56 Saran 56 Daftar Tabel Table I.1. Ukuran organ reproduksi hewan jantan 8 Tabel II.1 Ukuran anatomi organ reproduksi sapi betina 30 Daftar Gambar Gambar Halaman Gambar 1.1 anatomi testis 9 Gambar 1.2 histologi testis 10 Gambar 1. 2. A. Skema proses spermatogenesis....................................................11 Gambar 1.2.B. Regulasi hormon reproduksi jantan.................................................12 Gambar 1.2.C. Abnormalitas spermatozoa primer...................................... ..........13 Gambar 1.2.D. Abnormalitas spermatozoa sekunder ..............................................14 Gambar 1.2. E Macam-macam abnormalitas pada sperma.......................... ..............14 Gambar I.3 anatomi epididymis 15 Gambar I.4 histologi epididymis 16 Gambar I.5 anatomi ductus deferens 15 Gambar I.6 histologi ductus deferens 17 Gambar I.7 anatomi kelenjar vesikularis 18 Gambar I.8 histologii kelenjar vesikularis 19 Gambar I.9 anatomi kelenjar prostate 19 Gambar I.10 anatomi kelenjar bulbourethralis 20 Gambar I.11 anatomi urethra 20 Gambar I.12 anatomi penis 21 Gambar I.13 histologi penis 22 Gambar II.1 histologi adenohyphofisis 30 Gambar II.2 anatomi ovarium 32 Gambar II.3 histologi ovarium 35 Gambar II.4 Siklus Hormon 39 Gambar II.5 anatomi oviduct 40 Gambar II.6 histologi oviduct 41 Gambar II.7 anatomi uterus 42 Gambar II.8 uterus simplex 43 Gambar II.9 uterus bicornue 44 Gambar II.10 uterus duplex 44 Gambar II.11 uterus bipartitus 45 Gambar II.12 Plasenta difusa 46 Gambar II.13 Plasenta cotyledonaria 46 Gambar II.14 Plasenta zonaria 47 Gambar II.15 Plasenta discoidalis 47 Gambar II.16 histologi uterus 48 Gambar II.17 anatomi cervix 49 Gambar II.18 histologi cervix 50 Gambar II.19 anatomi vagina 51 Gambar II.20 histologi vagina 51 Gambar II.21 anatomi vulva 52 Gambar II.22 histologivulva 53 Gambar II.23 Anatomi clitoris 53 Daftar Lampiran halaman Lembar kerja anatomi organ reproduksi hewan jantan 57 Lembar kerja histologi organ reproduksi hewan jantan 58 Lembar kerja anatomi organ reproduksi hewan betina 59 Lembar kerja histologi organ reproduksi hewan betina 60 Kartu praktikum 61 PENDAHULUAN Reproduksi adalah suatu keistimewaan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Umumnya reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkan. Ilmu reproduksi merupakan suatu bagian yang penting dalam usaha memajukan peternakan. Mengetahui mekanisme reproduksi dan cara pengendaliannya juga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan efisiensi produksi. Kedudukan reproduksi makin dilalaikan karena secara fisik tidak menunjukan gejala yang merugikan seperti halnya bahaya penyakit hewan. Namun bila dihitung dari segi ekonomis memakan kerugian yang cukup besar akibat kelalaian reproduksi. Praktikum ilmu reproduksi ternak secara anatomi dan histologi jantan serta anatomi dan histologi betina bertujuan agar praktikan mengetahui bagian-bagian serta fungsi dari alat reproduksi jantan dan betina, faktor yang mempengaruhi ukuran masing-masing alat reproduksi ternak jantan dan betina, bagian-bagian alat reproduksi jantan dan betina secara mikroskopis, sel-sel yang membangun alat reproduksi yang ada dan peran sel tersebut dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara keseluruhan. Acara I. Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi Jantan Tinjauan Pustaka Salah satu ciri mahluk hidup yaitu berkembang biak. Bagi mahluk hidup, berkembang biak merupakan suatu proses terintegeritas satu kesatuan yang sangat penting dalam sistem reproduksi. Sistem reproduksi memegang peranan sangat penting bagi mahluk hidup, terutama dalam menjaga kelestarian jenisnya (Soeksmanto dan Simanjuntak, 2002). Maka dari itu sangatlah penting pengkajian dan penelitian pada ilmu reproduksi. Khususnya anatomi dan histologi pada alat kelamin jantan. Alat reproduksi pria (jantan) mempunyai dua fungsi reproduksi untuk produksi sel kelamin dan pelepasan sel-sel ini ke saluran sel kelamin wanita (Kimball, 1994). Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi oleh tunica vaginalis dan selubung testis, epididymis, ductus deferens, kelenjar asesori (vesicularis, prostat, bulbourethralis), urethra dan penis yang dilindungi oleh preputium (Dellmann dan Brown, 1992). Testis Testis merupakan organ kelamin primer hewan jantan dimana spermatozoa dihasilkan (Noviana, 2000). Spermatozoa dihasilkan dalam tubulus seminiferus melalui proses spermatogenesis pada saat hewan jantan memasuki masa pubertas. Menurut Dellmann dan Brown (1992), testis terdiri atas tunica vaginalis, tunica albuginea, septula testis dan jaringan ikat antar lobularis. Tunica vaginalis merupakan lapisan yang terdiri dari lapis parietal dan lapis viseralis. Tunica albuginea merupakan kapsula padat yang terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dan disusun atas serabut kolagen dan sedikit serabut elastik. Septula testis merupakan trabekula yang arah susunannya menuju mediastinumtestis. Septula testis berlanjut dengan jaringan ikat intralobularis atau jaringan interstitial. Organ reproduksi penting bagi jantan adalah testis yang terdiri dari dua komponen utama yaitu jaringan interstitial vaskuler yang mengandung sel leydig dan tubulus seminiferus (Soeksmanto dan Simanjuntak, 2002). Bentuk testis pada sapi bulat panjang sumbu arah vertical. Testis berfungsi memproduksi hormon testosteron dan kelamin jantan (Ismaya, 2014). Testis dibungkus oleh skrotum. Testis dapat naik atau turun dan suhunya dapat stabil 4-70 C, berkat adanya skrotum. Naik turunya dan stabilnya testis dikarenakan skrotum memiliki musculus cremaster externus dan internus. Epididymis Tubuli seminiferi dari tiap lobula testis bermuara ke suatu geronggang berliku-liku (labirint) dalam mediastinum, yang disebut rete testis. Mani (spermatozoa dan cairan) disalurkan ke vasa effentia (disebut juga : ductuli efferentes), yang jumlahnya ada sekitar 12. Semua bergabung dan menyalurkan mani ke dalam epididymis (Yatim, 1990). Epididymis merupakan saluran lanjutan dari testis yang menghubungkan ke ductus deferens. Menurut Frandson (1992), epididymis terdiri atas kepala (caput), badan (corpus) dan ekor (cauda). Kepala epididymis melekat pada bagian ujung dari testis dimana pembuluh darah dan saraf masuk. Badan epididymis sejajar dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor epididymis selanjutnya menjadi ductus deferens yang rangkap dan kembali ke daerah kepala. Epididymis berfungsi sebagai saluran (transpor) spermatozoa, pemekatan sperma, pendewasaan, dan penyimpanan spermatozoa. Sesudah spermatozoa diproduksi di dalam tubulus semeniferus, spermatozoa mengalami dua proses pendewasaan, yaitu pendewasaan didalam epididymis dan kapasitasi. Pendewasaan di dalam epididysmis spermatozoa mengalami: (1) peningkatan kemampuan bergerak, (2) kemampuan untuk meningkatkan fertilitasnya, (3) melepaskan cytoplasmic droplet , sementara jika tidak mengalami kapasitasi spermatozoa tidak bisa menembus zona pleusida dan sel telur (Ismaya, 2014). Ductus deferens Ductus deferens merupakan pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari epididymis ke ductus ejakulatoris dalam urethra prostatik. Saluran ini mempunyai ukuran 2 mm x 50 cm. Pada saluran ini sebelum memasuki urethra mengalami penebalan atau pembesaran yang disebut ampula (Ismaya, 2014). Ductus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal ingunal memutar ke belakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda (Frandson, 1992). Histologi dinding vas deferens terdiri dari: 1) tunica mucosa, 2) tunica muscularis; dan 3) tunica adventitia. Tunica mucosa terdiri dari jaringan epitel berlapis semua, yang selnya bentuk batang dan berstercosilia, terdapat lamina propria dibawah epitel yang mengandung sel epitel. Tunica muscularis berada dibawah tunica mucosa, terdiri dari 3 lapis otot polos. 1) dalam longitudinal; 2) tengah sirkuler; dan 3) luar longitudinal. Tunica ini sangat tebal jika dibandingkan dengan lumen vas yang kecil. Tunica adventitia berada di luar tunica muscularis, terdiri dari jaringan ikat (Yatim, 1990). Menurut Widayati (2011) ductus deferns berjalan ke atas menempel pada corpus epididyimis dan salurannya makin lurus, dekat caput epididymis makin halus dan bersama dengan pembuluh darah, pembuluh limfe dan urat syaraf membentuk funiculus spermaticus, kemudian masuk ke rongga perut melalui canalis inguinalis. Berjalan proximal dalam rongga perut dan makin keatas dindingnya makin tebal dan diameternya makin besar membentuk ampula (ampullae ductus deferentis). Depan pada vesika urinaria membelok ke belakang masuk ke dalam rongga pelvis dan bermuara pada urethra pars pelvina (UPP). Penebalan dari ampula karena adanya banyak kelenjar pada dinding dan struktur dinding ampula mirip kelenjar vesikularis. Ampula mengandung epitel yang terdiri atas sel kelenjar yang banyak menghasilkan fruktosa dan asam sitrat. Pada ruminansia, UUP membentuk bangunan yang berbentuk kerucut yang disebut colliculus seminalis. Ductus deferens berfungsi sebagai transpor dan penyimpanan spermatozoa serta aktif kontraksi di saat ejakulasi atau saat kopulasi atau coitus. Penis Penis membentang ke depan dari arcus ischiadicus plevis sampai ke daerah umbilikus pada dinding ventral perut. Penis ditunjang oleh fascia dan kulit. Penis terdiri dari akar atau pangkal, badan penis dan ujung penis. Bagian pangkal penis melekat pada pelvis. Akar penis dibentuk oleh dua cabang, crus penis kanan dan kiri, yang mempertautkan penis pada kedua sisi arcus ischiadicus. Musculus ischio cavernous atau erector penis adalah sepasang otot pendek yang timbul dari tuber ischii dan ligamentum sacroischiadicum dan bertaut pada corpus penis. Musculus retractor penis adalah otot licin yang bertaut pada vertebrae coccygea pertama kedua, berpisah dan bertemu kembali dibawah anus. Pasangan otot ini berfungsi menarik kembali penis ke dalam preputium sesudah ejakulasi dan mempertahankan posisi ini dalam keadaan tidak ereksi. Jaringan penis bersifat fibro-elastik dan agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi. Sebagian besar penis dalam keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S yang disebut flexura sigmoidea. Pada ruminansia bangunan tersebut terletak di belakang testis (Widayati, 2011). Penis merupakan organ kopulasi jantan yang terdiri dari dua struktur erektil, yaitu corpus cavernosum penis dan corpusspongiosum penis, mengitari urethraspongiosa dan glandspenis (Dellmann dan Brown, 1992). Corpus cavernosum (jamak: corpora cavernosa) ada tiga, dua di atas setentang kiri-kanan, satu di bawah di tengah dan yang menyalut urethra. Corpus bawah, sekeliling urethra, disebut juga corpus spongiosum / corpora dibina atas ruang-ruang kecil yang banyak sekali. Sekat-sekat ruang yang banyak terdiri dari jaringan-jaringan ikat yang arah ke lumen diselaputi endotel. Corpora diperlukan untuk ereksi (tegang), agar coitus dapat berlangsung. Ketika ereksi darah yang dibawa arteri dialirkan banyak-banyak ke dalam seluruh rongga corpora sampai kepenuhan, mekar dan tegang. Vena sendiri tersumbat oleh kontraksi otot dindingnya, sehingga darah tertumpuk dalam corpora (Yatim, 1990). Penis juga berfungsi sebagai transpor sperma dan untuk medoposisikan sperma kedalam alat reproduksi sperma ke dalam alat reproduksi ternak betina (Ismaya, 2014). Kelenjar Tambahan Kelenjar tambahan merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai penghasil zat-zat yang dibutuhkan oleh sperma untuk dapat bertahan hidup.Kelenjar tersebut terdiri dari empat kelenjar dengan fungsi dan bentuk yang berbeda. Kumpulan kelenjar tambahan (vesikularis, prostat, dan kelenjar bulbouretralis) menambahkan sekresi ke semen, yaitu cairan yang di ejekulasikan (Campbell et al., 2004). Ampularis merupakan kepanjangan dari ductus deferens yang mengalami pembesaran di dekat keleinjar vesikularis. Ampularis ini berisi spermatozoa yang siap diejakulasikan. Saat penampungan sperma dengan metode pengurutan, ampularis ini harus diurut secara perlahan dari depam ke belakang sampai keluar spermanya (Ismaya, 2014). Kelenjar vesikularis Kelenjar vesikularis merupakan kelenjar mani berbentuk kantung, sepasang kiri-kanan. Kantung itu tersusun atas gabungan kantung-kantung kecil yang dibungkus oleh kapsul jaringan ikat (Yatim, 1990). Kelenjar vesikularis ada dua, terletak di atas-depan bladder dan urethra. Kelenjar ini berfungsi menghasilkan cairan tambahan untuk memperbesar volume sperma dan banyak mengandung fructose sebagai sumber energi spermatozoa (Ismaya, 2014). Kelenjar prostata Kelenjar prostata merupakan bangunan berbentuk lonjong yang melingkup urethra, dibawah kandung kemih (Yatim, 1990). Kelenjar prostat ada sepasang, terdiri dari bagian badan prostata dan bagian prostata yang cryptik. Sekresinya banyak mengandung ion organik (Na, Cl, Ca, Mg). Kelenjar prostat pada sapi sekresinya sangat encer dan mempunyai pH yang basa 7,5 sampai 8,2. Kelenjar prostat berfungsi sebagai cairan tambahan dengan kadar inorganic ions yang tinggi (Ismaya, 2014). Kelenjar bulbourethralis Kelenjar mani ini kecil, berbentuk kacang buncis, sepasang kiri kanan, terletak di antara prostat dan salurannya yang bermuara ke urethra di pangkal penis. Salurannya bermuara ke urethra setelah berada dalam penis, dengan bentuk tubolo-alveolar (Yatim, 1990). Kelenjar bulbourethralis terletak pada bawah musculus bulbo spongiosus. Kelenjar tersebut pada sapi berukuran sebesar kemiri , padat dan memiliki kapsul. Kelenjar bulbourethralis berfungsi sebagai membersihkan sisa-sisa urin dari dalam urethra (Ismaya, 2014).   Materi dan Metode Materi Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi dan histologi jantan adalah pita ukur, timbangan sartorius, kertas kerja, mikroskop cahaya dan preparat histologi testis, epididymis, ductus deferens, urethra, dan penis. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum anatomi dan hstologi reproduksi jantan adalah preparat basah (segar) berupa organ reproduksi jantan sapi jantan limosin umur 3 tahun dan berat 530 kg. Metode Anatomi. Pertama disiapkan organ reproduksi sapi jantan diamati sehingga dapat diketahui fungsi dari masing masing organ,kemudian dibedakandan diukur dengan pita ukur bagian-bagian alat reproduksi serta ditimbang dengan timbangan sartorius.Setelah itu praktikan menerangkan kembali yang telah dikerjakan selama pengamatan, pengukuran, dan penimbangan. Histologi. Preparat yang tersedia diamati, dibedakan fungsi masing-masing organ dan menggambar bagian-bagian dari alat reproduksi yang diberikan. Hasil dan Pembahasan Praktikum anatomi reproduksi hewan jantan menggunakan preparat sapi limosin yang berumur tiga tahun serta mempunyai berat badan 530 kg. Sistem alat reproduksi sapi jantan terdiri dari testis, epididymis, ductus deferen, kelenjar tambahan, urethra, dan penis. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data hasil pengukuran anatomi organ reproduksi sapi jantan sebagai berikut. Tabel 1.1. Ukuran organ reproduksi hewan jantan Organ Berat (gr) Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Tebal (cm) Keliling (cm) Testis 152,4 16 7 19 Epididymis 18,99 Ductus Deferen 41 Ampula ductus deferens 27 2 Kelenjar Vesikularis 44,5 12 5,33 1 Kelenjar Prostata Corpus Prostata 13 7 Kelenjar Bulbourethralis 3,4 3,5 3 2 Penis 10,5 Testis Testis merupakan organ reproduksi primer jantan yang tersusun atas lapisan-lapisan berupa tunica vaginalis, tunica albuginea, septula testis dan jaringan interstitial. Menurut Dellmann dan Brown (1992), lapis parietal tunica vaginalis merupakan lapisan yang melekat pada scrotum, sedamgkan lapis viseralis merupakan pembalut peritonium pada testis (dan epididymis) tetap bertaut erat pada kapsula testis dibawahnya, yakni tunica albuginea. Menurut Frandson (1992), scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa testis mimiliki panjang 16 cm, tebal 7 cm, keliling 19 cm, dan berat 152,4 cm. Menurut Ismaya (2014) bahwa testis berbentuk bulat telur dengan ukuran 12,5 x 7,5 x 7,5 cm, sementara menurut Widayati (2008) pada hewan dewasa panjang testis 12 sampai 15 cm, diameter 6 sampai 8 cm dan berat testis termasuk tunica albuginea dan epididymis 300 sampai 500 gram. Perbandingan hasil dengan literatur menunjukan bahwa panjang testis diatas kisaran normal, tebal didalam kisaran normal, berat dalam kisaran normal. Menurut Brenstein dalam Soeksmanto dan Simanjuntak (2002) faktor yang mempengaruhi testis yaitu adanya pestisida, pelarut industri, logam berat maupun obat-obatan. Testis sama seperti halnya skrotum ukuranya dipengaruhi oleh umur dan bangsanya (Ismaya, 2014). Kastrasi adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menghilangkan testis pada hewan jantan. Kastrasi ditujukan untuk mencegah hewan yang berkualitas gentik rendah untuk bereproduksi. Kastrasi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas iindividu terutama hewan potong dan dapat membuat jinak (Frandson, 1992). Gambar 1. 1 anatomi testis Testis merupakan organ reproduksi primer jantan yang tersusun atas lapisan-lapisan berupa tunica vaginalis, tunica albuginea, septula testis dan jaringan interstitial. Menurut Dellmann dan Brown (1992), lapis parietal tunica vaginalis merupakan lapisan yang melekat pada scrotum, sedamgkan lapis viseralis merupakan pembalut peritonium pada testis (dan epididymis) tetap bertaut erat pada kapsula testis dibawahnya, yakni tunica albuginea. Menurut Frandson (1992), scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Tunica albuginea merupakan kapula padat yang terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dan tersusun atas serabut kolagen dan sedikit serabut elastik. Pada kuda, babi dan domba jantan, sering terdapat otot polos didalamnya. Banyak cabang arteri dan vena testikularis membentuk lamina vaskulosa. Lapis ini berada cukup dalam pada tunica albuginea babi dan kuda, dan superficialis pada anjing dan domba (Dellmann dan Brown, 1992). Tunica albuginea berlanjut dengan trabekula yang disebut septula testis, yang arah susunannya menuju mediastinum testis. Trabekula ini merupakan sekat sempurna dan tebal pada anjing dan babi jantan, dan tipis pada ruminansia dan kucing. Trabekula terdiri dari serabut kolagen yang mengandung pembuluh darah dan saraf, dan membagi testis menjadi sejumlah lobulus yang masing-masing mengandung satu sampai empat tubuli konvoluti. Septula testis ini berlanjut dengan jaringan intralobularis atau jaringan interstitial. Tiap tubuli konvoluti memiliki lamina basalis, sering dengan penjuluran mirip cawan ke dalam lipatan basal dari sel-sel penunjang diiringi dengan lapisan fibril kolagen dan serabut elastik. (Dellmann dan Brown, 1992). Gambar 1.2 histologi testis (Anonim, 2014) Dalam testis terjadi proses pembentukan spermatozoa yang disebut dengan spermatogenesis. Spermatogenesis terbagi menjadi dua proses, yaitu proses spermatositogenesis dan spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan rangkaian pembelahan spermatozoa secara mitosis (fase pembentukan spermatogonia tipe A, spermatogonia intermediate dan spermatogonia tipe B) dan meiosis (fase pembentukan spermatosit primer dan spermatosit sekunder). Spermiogenesis merupakan proses transformasi spermatid yang haploid dan spherical menjadi spermatozoa yang sudah matang sepenuhnya (Hess dan de Franca, 2008). Pengetahuan akan siklus spermatozoa dapat membantu kita dalam rangka memperbanyak ternak produksi ternak. Salah satu aplikasi yang sedang diterapkan dan digiatkan oleh pemerintah adalah inseminasi buatan. Inseminasi di lapangan masih banyak menghasilkan kebuntingan pada ternak bervariasi dan relatif kecil keberhasilannya. Goldman dalam Situmorang dkk (2002) Mengungkapkan banyak faktor yang mempengaruhi dan salah satufaktor utama adalah kualitas semen yang digunakan .Pembekuan pada temperatur -196° C akan menurunkankualitas spermatozoa dimana 30% spermatozoa akanmati selama proses pendinginan dan pembekuan. Pada hal tujuan dari proses pendinginan danpembekuan adalah untuk menghambat aktivitas spermatozoa sehingga bisa menghemat penggunaan. Gambar 1. 3 skema proses spermatogenesis (Anonim, 2014) Organ reproduksi jantan terdapat sebuah mekanisme feedback yang mengatur regulasi hormon-hormon reproduksi. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus menstimulir pelepasan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luitenizing Hormone (LH) dari anterior pituitary. Pelepasan LH dipengaruhi oleh feedback negatif dari regulasi hormon steroid untuk menekan pelepasan GnRH. Regulasi feedback FSH dikontrol oleh inhibin yang secara langsung bekerja pada glandula pituitary (Tilbrook dan Clarke, 2001). Gambar 1.4 regulasi hormon reproduksi jantan (Anonim, 2014) Struktur sel sperma (spermatozoon) yang normal mempunyai panjang 60 sampai 70 mikron. Sel sperma terbagi menjadi 2 bagian, yaitu kepala dan ekor. Kepala sel sperma memiliki panjang 8 sampai 10 mikron, dengan lebar 4 mikron dan tebal 1 mikron. Adapun bagian ekor dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian tengah dengan panjang 8 sampai 10 mikron. Bagian utama 40 sampai 50 mikron. Ekor memiliki panjang 3 mikron. Adapun abnormalitas pada sperma , yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer adalah abnormalitas spermatozoa yang diakibatkan gangguan testikuler, sedangkan abnormalitas sekunder abnormalitas spermatozoa yang terjadi setelah meninggalkan tubulus seminiferus atau karena kurang matangnya spermatozoa didalam epididymis. Sperma yang abnormal adalah dikategorikan menjadi dua, yaitu makro dengan 25 % > kepala normal dan mikro dengan 25 % < kepala normal Macam-macam bentuk abnormalitas sperma, yaitu taper, piri, amorf, dan round. Taper adalah kelainan sperma dengan ciri-ciri kurus, lebar kepala ½ dari yang normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu. Piri adalah kelainan sperma dengan ciri-cirimemberi gambaran ”tetesan air mata. Amorf adalah kelainan sperma dengan ciri-ciribentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom. Roundadalah kelainan sperma dengan ciri-ciri bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom. Piri adalah kelainan sperma dengan ciri-ciri tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja. Ekor abnormal adalah kelainan sperma dengan ciri-ciri pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda. Gambar 1.5 macam-macam abnormalitas pada sperma (Anonim, 2014) Epididymis Epididymis merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung pada androgen testikularis untuk memelihara status diferensiasi epitel(Dellmann dan Brown, 1992). Menurut Frandson (1992), epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis terdiri atas ductuli eferentes dan ductuli epididymis. Bedasarkan hasil praktikum diketahui epididymis memiliki berat 18,9 gram. Menurut Aku et al ( berat epididymis sapi pada jenis yang lain pada umur 3 tahun memiliki rata-rata 11,11 gram. Perbandingan antara hasil dengan literatur menunjukan bahwa epididymis diatas kisaran normal. Menurut Fikri et al (2013) faktor pengaruh pH yang tinggi akan berbanding lurus terhadap kadar asam sitrat yang terdapat pada seminal plasma, sehingga akan terjadi penurunan nilai motilitas spermatozoa yang biasanya disebabkan oleh tingkat kejenuhan ternak yang tinggi, sehingga akan berpengaruh, serta kurangnya exercise yang dilakukan pada ternak di lapangan.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan ukuran organ reproduksi diantaranya adalah umur, genetik, bangsa, dan pakan (widayati, 2008). Gambar 1. 6 anatomi epididymis Epididymis merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung pada androgen testikularis untuk memelihara status diferensiasi epitel (Dellmann dan Brown, 1992).Menurut Frandson (1992), epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis terdiri atas ductuli eferentes dan ductuli epididymis. Menurut Dellmann dan Brown (1992), ductuli eferentes menghubungkan rete testis dengan ductus epididymis. Ductuli eferentes bergabung dalam lobulus kecil dengan batas jelas pada jaringan ikat. Epitel ductuli eferentes berbentuk silinder selapis yang mengandung sel-sel bersilia dan tanpa silia. Sel-sel bersilia membantu spermatozoa untuk bergerak menuju ductus epididymis. Deretan sel tanpa silia terletak pada basal memiliki mikrovili dan apparatus endositotik yang cukup berkembang. Mayoritas sel tanpa silia berperan dalam proses penyerapan atau aktivitas sekresi. Ductus epididymis sangat berliku-liku dan mengulir. Panjang ductus bervariasi antar spesies dan diperkirakan panjangnya 40 meter pada sapi dan babi jantan, dan 70 meter pada kuda jantan. Ductus epididymis dibalut oleh banyak lapis, dikitari oleh sedikit jaringan ikat longgar dan otot polos dengan susunan melingkar. Jumlah lapisan otot meningkat jelas kearah ekor epididymis. Ductus epididymis memiliki dua tipe sel, yaitu sel utama berbentuk silinder dan sel basal kecil berbentuk poligonal (Dellmann dan Brown, 1992). Gambar 1.7 histologi epididymis (Anonim, 2012) Ductus deferens lengkung tajam pada ujung ekor epididymis, kemudian menjadi sumber fruktosa pada air mani kucing (Dellmann dan Brown, 1992). Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa ductus deferens memiliki panjang 41 cm dengan ampula ductus deferenss panjangnya 27 cm dengan lebar 2 cm. Menurut Ismaya (2014) ductus eferens memiliki panjang 50 cm dengan lebar 2 cm. Perbandingan hasil dengan literatur menunjukan bahwa panjang ductus eferens dibawah kisaran normal dan lebarnya sesuai kisaran normal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan ukuran organ reproduksi diantaranya adalah umur, genetik, bangsa, dan pakan (widayati, 2008). Vasektomi adalah penghilangan sebagian dari ductus eferen dan tujuannya mencegah aliran spermatozoa dari epididymis. Oprasi ini digunakan untuk eksperimen untuk medeteksi birahi betina (Frandson, 1992). Kelebihan dari metode ini tidak memiliki efek terhadap kegiatan atau penampilan hewan tersebut. Kekurangan dari vasektomi adalah jika sudah dipotong tidak dapat kembali seperti semula, harus melalui pembedahan, dan sapi yang di vasektomi memang sudah diputuskan bukan untuk breeding melainkan penggemukan. Gambar 1. 8 anatomi ductus deferens Ductus deferens merupakan lanjutan dari ductus epididymis yang telah membuat lengkung tajam pada ujung ekor epididymis, kemudian menjadi sumber fruktosa pada air mani kucing (Dellmann dan Brown, 1992). Menurut Frandson (1992), ductus deferens meninggalkan ekor epididymis dan bergerak melalui canal inguinal yang merupakan bagian korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya kedua ductus deferens mendekati urethra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kemih, serta dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar betina. Gambar 1.9 histologi ductus deferens (Slomianka, 2009 ) Urethra Urethra adalah saluran dari tempat bermuaranya ampulla ductus deferens sampai ujung penis. Urethra merupakan saluran urogenitalis yang berfungsi sebagai saluran untuk lewatnya urin dan semen, menurut letaknya dibagi menjadi 3 , yaitu pars pelvina, pars bulbouretralis, pars penis. Urethra merupakan saluran memanjang sepanjang penis dari crus sampai ujung glands penis. Berfungsi saluran sperma dan urine serta panjangnya pada sapi dewasa dapat mencapai 40-70 cm (Ismaya, 2014). Bagian belakang vesica urinaria terdapat bangunan kecil (collicusseminallis). Penis Penis merupakan organ kopulasi hewan jantan yang dibunkus oleh preputium. Penis terdiri atas dua struktur erektil, yaitu corpus cavernosum penis dan corpus spongiosumpenis. Corpus cavernosum dibalut oleh tunica albuginea, berbentuk jaringan ikat teratur dan tebal. Penyekat jaringan ikat membagi corpus cavernosum penis secara sempurna (pada anjing) atau tidak sempurna. Glands penis berkembang pada kuda dan anjing jantan. Dibalut oleh tunica albuginea yang kaya akan serabut elastik, berlanjut membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengandung jaringan erektil, mirip dengan corpusspongiosum penis atau pleksus caverna besar (Dellmann dan Brown, 1992) Bedasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa penis memiliki panjang 10,5 cm. Bagian ibelakang scrotum penis tadi membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus. Waktu penis menegang huruf S ini akan menjadi lurus yang menyebabkan penis mencapai panjang 91,4 cm serta bergaris tengah 2,5 cm (Kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2014). Perbandingan dengan literatur menunjukan bahwa penis sesuai. Faktor yang mempengaruhi adalah ukuran penis ialah bangsa, spesies dan umur dan kondisi kesehatan. Prepurtium Gland penis Gambar 1.10 anatomi penis Penis merupakan organ kopulasi hewan jantan yang dibunkus oleh preputium. Penis terdiri atas dua struktur erektil, yaitu corpus cavernosum penis dan corpus spongiosumpenis. Corpus cavernosum dibalut oleh tunica albuginea, berbentuk jaringan ikat teratur dan tebal. Penyekat jaringan ikat membagi corpus cavernosum penis secara sempurna (pada anjing) atau tidak sempurna. Glands penis berkembang pada kuda dan anjing jantan. Dibalut oleh tunica albuginea yang kaya akan serabut elastik, berlanjut membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengandung jaringan erektil, mirip dengan corpusspongiosum penis atau pleksus caverna besar (Dellmann dan Brown, 1992) Pada tunica mucosa epitel adalah berlapis semu; pada beberapa tempat ada pula epitel berlapis banyak yang mengelupas. Saluran kelenjar bulbourethralis, sepasang kiri-kanan, bermuara ke dalam pipa di dalam penis. Begitu pula halnya dengan kelenjar Littre, yang terdapat sepanjang dinding pipa, mengeluarkan getahnya lewat beberapa saluran kecil dan pendek langsung ke pipa. Pada bagian ini lamina propria tunica mucosa mengandung banyak pembuluh darah. Tunica muscularis terdiri dari lapisan sirkuler sebelah luar. Lapisan sirkulerlah yang membentuk cicin (spincter) pada pangkalnya di bawah kandung, yang berfungsi untuk mengontrol kencing. Tunica adventitia terdiri dari serat kolagen dan elastis (Yatim, 1990). Gambar 1.11 histologi penis (Anonim, 2014) Kelenjar tambahan Kelenjar tambahan merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai penghasil zat-zat yang dibutuhkan oleh sperma untuk dapat bertahan hidup. Kelenjar tersebut terdiri dari empat kelenjar dengan fungsi dan bentuk yang berbeda. Kelenjar tambahan yang dimaksud adalah kelenjar vesikularis, kelenjar bulbouretralis, dan kelenjar prostata (widayati, 2008). Kelenjar vesicularis Glandulae vesiculares pada sapi merupakan salah satu kelenjar asesori yang jumlahnya sepasang terletak di kanan kiri ductus deferens. Sekresi glandulae vesiculares berupa suatu cairan keruh dan lengket. Sekresi tersebut mnengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa, dan beberapa enzim sedangkan pH-nya berkisar antara 5,7 hinggaa 6,2. Bedasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa kelenjar vesiculares memiliki panjang 12 cm lebar 5,33 cm, tinggi 1 cm dan berat 44,5 gram. Menurut Ismaya (2014) glandulae vesiculares memiliki panjang 15 cm , lebar 4 cm dan tinggi 3 cm, sementara menurut Peters dan Ball dalam Ismaya (2014) memiliki panjang 12 dan lebar 5,33. Perbandingan dengan literatur menunjukan bahwa panjang glandulae vesiculares sudah sesuai, lebar glandulae vesiculares menndekati kisaran normal sedangkan tingginya ditas kisaran normal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan ukuran organ reproduksi diantaranya adalah umur, genetika, bangsa, dan pakan (widayati, 2008). Gambar 1.12 anatomi vesicularis Kelenjar prostata Glandulae prostata adalah kelenjar asesori yang ke dua, pada sapi ada sepasang dan tidak berlobus. Terdiri dari dua bagian yaitu corpus prostatae dan pars disseminateprostatayang mensekresikan cairan yang encer mengandung ion anorganik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,5-8,2 atau basa.Corpus prostatamengelilingi uretra sedangkan pars disseminateprostataberada menyebar di permukaan corpus prostatadan tidak terlihat. Bedasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa corpus prostata memiliki panjang 13 cm dan lebar 7 cm. Gambar 1.13 anatomi prostat Kelenjar Bulbourethralis Kelenjar bulbourethralis adalah kelenjar asesori yang ke tiga dan sering disebut kelenjar cowpery terdapat sepasang, berbentuk bundar dan berselubung tebal. Sekresi kelenjar cowper berfungsii untuk membersihkan dan menetralisir urethra dari bekas urin dan kotoran-kotoran lainnya sebelum ejakulasi agar semen dapat keluar. Berikut adalah gambar kelenjar cowperi. Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa kelenjar bulbourethralis memiliki panjang 3,5 cm, lebar 3 cm, tinggi 1,5 cm, dan berat 3,4 cm. Menurut Ismaya (2014) bahwa ukuran dari kelenjar bulbourethralis panjang 2,5 cm dan lebar 10 cm. Perbandingan hasil dan literatur menunjukan bahwa panjang kelenjar bulbourethralis diatas kisaran normal serta lebarnya dibawah kisaran normal. Gambar anatomi 1.14 anatomi bulbourethralis Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem reproduksi pada hewan jantan terdiri dari testis (sepasang testis), epididymis, ductus deferens atau ductus deferens, urethra, penis, dan accessory glands yang meliputi glandula vesikularis, glandula prostata dan glandula bulbourethralis. Panjang testis yang diukur diatas kisaran normal, tebal testis didalam kisaran normal, berat testis dalam kisaran normal. Berat epididymis yang diukur berada diatas kisaran normal. Panjang ductus deferens dibawah kisaran normal dan lebarnya sesuai kisaran normal. Penis yang diukur berada pada kisaran normal. Glandula prostata yang menghasilkan ion anorganik dan glandula bulbourethralis yang menghasilkan getah kental sebelum ejakulasi untuk membersihkan saluran reproduksi dari sisa-sisa urin. Organ reproduksi domba ekor tipis jantan tidak dalam kondisi normal.Penurunan testis terjadi saat fetus masih di dalam uterus. Daftar Pustaka Aku, A.S., S.Marisna ., T. Saili. 2014. PengaruhBerat Testis dan Cauda Epididymis Terhadap Konsentrasi Sapi Bali dengan Tingkatan Umur yang Berbeda. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Uuniversitas Haluoleo, Kendari Anonim. 2012. Bovine Epididymis Histology (http://www.onlineveterinaryanatomy.net/content/bovine-epididymis-histology-0, diakses pada 3 Oktober 2014 pukul 08.00). Anonim. 2014. Male Reproductive system: Penis (http://www.histology-world.com/photoalbum/displayimage.php?album=22&pid=1161, diakses pada 3 Oktober 2014 pukul 08.00). Anonim. 2014. Spermatogenes. (diakses pada 3 oketer 2014 pukul 08.00 www.studyblue.com/notes/note/n/spermatogenesis) Anonim. Testis (labels) - histology slide (http://www.onlineveterinaryanatomy.net/content/bovine-epididymis-histology-0, diakses pada 3 Oktober 2014 pukul 08.00). Anonim. 2014. The Reproductive System (http://ruzgarimiroglu.tr.gg/Reproductive-System.htm, diakses pada 3 Oktober 2014 pukul 08.00). Anonim. 2014. Beda Sperma Normal dan Abnormal (http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/beda.sperma.normal.dan.abnormal/001/001/1394/6/kesuburan/4, diakses pada 14 oktober 2014 pukul 08.00) Campbell N.A., Reece J.B., and Mitchel L.G., 2004, Biologi Erlangga, Jakarta. Dellmann, H. D., E. M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. UIPress. Yogyakarta. Fikri, Al., T.R. Tagama., Maidaswar. 2013. Korelasi Frekuensi Koleksi Semen Segar Sapi Limosin di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan Unsoed. Purwokerto. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan FisiologiTernak Edisi Ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hess, R. A., L. R. de Franca. 2008. Spermatogenesis and Cycle of the Seminiferous Epithelium. Landes Bioscience. United States of America. Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2014. Reproduksi Hewan. Direktorat pembinaan sekolah menengah kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kimbal, John W. 1994.Biologi EdisiKelima Jilid 2 .Erlangga, Jakarta. Narmadha, K. 2014. HD1: Male reproductive system (http://www.studyblue.com/notes/note/n/hd1-male-reproductive system/deck/10392120, diakses pada 3 Oktober 2014 pukul 08.00). Soekmanto, A dan P. Simanjutak. 2003. Pengaruh Fraksi Tumbuhan Aglaia angusifolia terhadap Sel-sel Reproduksi Jantan Mencit (Mus musculus).. Slomianka, L. 2009. Blue Histology - Male Reproductive System (http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/malerepro/malerepro.htm, diakses pada 3 Oktober 2014 pukul 08.00). Tilbrook, A.J., I.J. Clarke. 2001. Negative Feedback Regulation of the Secretion and Actions of Gonadotropin-Releasing Hormone in Males. Biology of Reproduction 64, 735–742 (2001). Victoria. Widayati, Diah Tri. Ir. MP,Ph.D, Kustono Ir. M.Sc.,Ph.D, Ismaya Ir.M.Sc.,Ph.D, Sigit Bintara Ir. M.Si. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Ilmu ReproduksiTernak (PTD 2202). UGM Press. Yogyakarta. Widiyati, Diah Tri. 2011. Reproduksi ternak : Reproduksi Hewan Jantan. (http://widayati.staff.ugm.ac.id/?p=41 diakses pada 28/11/2014 jam 23:11) Yatim, Wildan.1990. Biologi Modern Histologi. Tarsito, Bandung.   Acara II. Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi Betina Tinjauan Pustaka Alat reproduksi betina terletak pada cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra, coccygea ke satu sampai ke tiga dan oleh os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium, dan pubis. Reproduksi pada hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi itu sendiri terdiri dari dua buah ovari, dua buah tuba uterin (falopii), uterus, dan vagina, dan vulva (Frandson,1992). Anatomi pada reproduksi betina, karena selain fisiologi reproduksi betina sangat lebih komplek dari pada yang jatan namun fungsi sangatlah penting. Organ reproduksi betina tidak hanya menghasilkan sel kelaminnya (telur) tetapi juga dilengkapinya untuk, menerima sperma dari jantan, memberikan keadaan yang cocok untuk terjadinya fertilasi dan mampu memberi makanan pada bayi (anakan) yang sedang berkembang sebelum maupun sesudah kelahiran (Kimball, 1994). Kelenjar Hipofisis Hipotalamus memiliki korelasi positif dengan pituitari. Korelasi tersebut, yaitu sebagai organ endokrin pusat yang dimiliki hewan vertebrata. Hipotalamus berfungsi mengendalikan kelenjar pituitari, sementara pituitari berfungsi mengendalikan kelejar endokrin yang lain.Oleh karena itu hipotalamus disebut sebagai induk (master of gland) (Isnaeni, 2006) . Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari terletak pada pada dasar otak di dalam selatursika (Turkish saddle) yaitu suatu depresi pada tulang sphenoid pada langit-langi trongga cranial. Kelenjar ini terdiri dari lobus anterior, lobus intermedia dan lobus posterior. Rincinya kelenjar ini terdiri dari adenohipofisis yang ada pada lobus anterior, meliputi pars distalis,pars tuberalis, dan pars intermedia, serta neurohipofisis yang terdiri dari lobus/pars nervosa dan infundibulum. Adenohipofisis mempunyai suatu penjuluran yang disebut pars tuberalis yang terlentang dengan jarak yang bervariasi sepanjang bagian depan batang pituitari kearah otak. Sel-sel yang disebut kromofob merupakan prekursor inaktif bagi sel-sel yang dianggap memproduksi hormone adenohipofisis. Klasifikasi kromofil (selsel yang aktif) didasarkan pada pengamatan mikroskopi elektron disertai dengan reaksi-reaksi pewarnaannya yang dikaitkan dengan hormone-hormon yang dihasilkannya. Bedasarkan respon terhadap reaksi-reaksi pewarnaannya dibagi menjadi asidofil dan basofil. Asidofil memiliki respon serap terhadap zat warna asam, sementara basofil tarhadap zat warna basa. Masing-masing menyerap pada warna oranye, merah seh dan sitoplasmanya bergranula banyak untuk asidofil dan biru, ungu untuk basofil mengindikasikan tidak ada granula disitoplasma. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh asidofil yaitu hormon Growth Hormon (GH) dan prolaktin (Frandson, 1990). GH sering juga disebut sebagai somatrophin. GH merupakan polipeptida yang terdiri dari 188 asam amino pada manusia dan strukturnya bervariasi menurut spesies. Secara kimia, sifatnya hampir sama dengan prolaktin dan umumnya menyebabkan jaringan bertumbuh tanpa pematangan atau perkembangan. Kelebihan hormon pertumbuhan pada ternak muda membuat pertumbuhan yang tidak normal, menghasilkan individu raksasa dengan kaki memanjang. Sebaliknya kekurangan hormon pertumbuhan pada waktu muda menghasilkan individu yang kerdil. Prolaktin dikenal juga sebagai hormon laktogenik, mammotropin, dan lutorophin. Prolaktin sangat penting untuk memulai dan memelihara sekresi susu dari kelenjar mammae. Fungsi lain prolaktin untuk spesies tertentu adalah menimbulkan tingkah laku parental (orang tua). Sekresi dari prolaktin dibatasi oleh hormon pengehambat yang disekresikan dari hipotalamus. Hormon pengahmbat dikenal sebagai dopamin dan sekresi susu dapat dihambat oleh obat-obatan yang mempunyai pengaruh sama dengan dopamin. Hormon–hormon yang dihasilkan basofil yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinzing Hormone (LH) . FSH dan LH adalah hormon gonadotropin yang berperan langsung dalam mengatur aktivitas gonad, yaitu ovari dan testis. Keduanya merupan glikoprotein dan mempunyai waktu paruh yang panjang sekitar 60 menit. FSH berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium. LH berperan dalam pematangan ovarium, ovulasi dan pembentukan korpus luteum (Sonjaya, 2012). Ovarium Ovarium merupakan organ primer (esensial) reproduksi pada betina, seperti halnya testes pada hewan. Ovarium dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel), karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan juga ovum (jamaknya ova), yang dapat dilepaskan dari kelenjar. Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovarium kanan yang terletak di belakang ginjal kanan, dan ovari kiri yang terletak di belakang ginjal kiri. Jarak antara ovarium dan ginjal yang bersangkutan, bervariasi dari spesies ke spesies (Frandson, 1992). Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada betina mamalia maupun unggas. Ovarium pada mamalia dibungkus oleh epitelium kuboid simplek, jika bertambah umur akan berubah menjadi epitelium skuamus simplek. Ovarium terbagi dalam korteks dan medula. Setiap ovarium mengandung oosit dalamj umlah yang banyak, tetapi hanya sedikit oosit tersebut yang dimatangkan dan diovulasikan selama masa subur atau masa reproduktif (Sumarminet al., 2008 ). Korteks pada ovarium mamalia,dalam stroma korteks ditemukan folikel yang memiliki berbagai perkembangan. Perkembangan tersebut diantaranya folikel primodial, primer, sekunder, tertier ataufolikel graaf. Ditemukan pula korpus luteum dan korpus ablikans. Medula pada ovarium mamalia terdapat vasa-vasa yang besar, saluran limfe, saraf dan sisa-sisa jaringan embrional. Medula tersebut tersusun atas jaringan ikat kalogen kaya serabut elastis dan retikuler. Kompenen medula memiliki perkekatan pada mesovarium. Ovarium pada unggas mengandung banyak folikel dan ovum. Sepertihalnya pada ovarium mamalia, pada unggas terbagi pada dua bagian korteks pada bagian luar dan medula dalam. Korteks mengandung banyak folikel, pada folikel ini terdapat sel-sel telur. Folikel pada ovarium unggas terdiri dari stigma, epitelium, jaringan konjungtif, teka interna-eksterna, granulosa, oosit latebra dan diskus germinalis. Pertumbuhan ovum sangat cepat terjadi antara umur 16-24 minggu. Jumlah sel telur ini dapat mencapai lebih dari 12.000 buah namun yang mampu masak hanyalah beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah). Ovum ini akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi (Yuwanta, 2010). Ovulasi didefinisikan sebagai pembebasan satu atau lebih telur dari ovari (indung telur) (Kimball, 1994). Ovulasi pada unggas berbeda dengan mamalia. Kronologi ovulasi pada unggas ovulasi merupakan dua ritme. Pertama, karena pengaruh hormon yang dilepaskan oleh hipofisis yang dipengaruhi oleh pengaturan cahaya. Kedua tergantung pada ritme pemasakan ovum di ovarium (Yuwanta, 2004). Oviduct Menurut Frandson (1992) Tuba uterin (yang disebut tuba Falopii atau oviduct) adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan ova dari tiap ovari menuju ke tanduk uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi ova oleh spermatozoa. Oviduct mamalia terusun dari 3 segmen (dari arah uterus ke ovarium) yaitu istmus, ampula dan infundibulum. Oviduct berfungsi pada saat ovulasi dimana ovum disapu kedalam ujung Oviduct yang berfimbria. Stuktur histologi dinding oviduct mamalia dari luar ke dalam berturut-turut, yaitu tunika serosa, tunika muskularis, lamina propria mukosae, dan epitialis mukosae. Oviductmamalia terusun dari 3 segmen (dari arah uterus ke ovarium) yaitu istmus, ampula dan infundibulum. Perbedaan dinding bagian oviduct, yaitu 1) infundibulum: tunika mukosa sangat berlipat (plika) dan tunika muskularis tipis, 2) Ampula: tunika mukosa sangat berlipat dan tunika muskularis tebal, 3) tunika mukosa miskin plika daripada bagian lainya dan tunika muskularis lebih tabal. Oviduct berfungsi pada saat ovulasi dimana ovum disapu kedalam ujung oviduct yang berfimbria. Fungsi lain dari oviduct adalah kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio yang terjadi dibagian ampula. Pengangkutan sperma ketempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus diatur oleh kontraksi muskuler yang dikoordinir oleh hormone ovarial, estrogen danprogesterone (Akbar, 2010). Oviduct pada unggas berbeda pada mamalia.Oviduct pada unggas terdiri dari 3 segmen, yaitu infundibulum, magnun dan isthmus. Infundibulum atau papilon berfungsi menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membrana vitelina. Perbatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa yang merupakan terminal akhir dari lalu lintas spermatozoa sebelum terjadi pembuahan. Magnum tersusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Sintesis dan sikresi putih telur terjadi disini. Mukosa dari magnum tersusun dari sel goblet untuk mensekresikan putih telur kental dan cair (albumin). Isthmus berfungsi mensekresikan membran atau selaput telur (Yuwanta, 2004). Uterus Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum yang dibuahi, penyediaan nutrisi dan perlindungan fetus, serta stadium permulaan ekspulsi fetus padawaktu kelahiran (Akbar, 2010). Uterus terdiridari beberapa bagian, yaitu korpus (badan), serviks (leher) dan dua tanduk (kornua). Uterus ternak jenis mamalia yang memiliki tipe bikornis, dindingnya terdiri 3 lapis (dari luar ke dalam) yaitu perimetrium (tunika serosa), miometrium, (tunika muskularis) dan endometrium (tunika mukosa). Seperti halnya organ iternal yang menyerupai tabung, dinding uterin terdiri dari suatu lapisan membrane mukosa , suatu lapis otot polos intermedia dan suatu lapis serosa bagian luar perimetrium (peritoneum). Miometrium terdiri dari lapisan tebal (lamina muskularis longitudinal lateralis) dan tipis (lamina muskularis longitudinal lateralis). Membran mukosa yang meyelimuti uterus adalah struktur kelenjar yang disebut tunika mukosa (endometrium). Uterus pada unggas berbeda pada mamalia. Fungsi uterus yang lain yaitu menghasilkan PGF2α yang berfungsi melisiskan corpus luteum pada hari yang ke 16 sampai 17 sejak terjadi ovulasi, apabila tidak terjadi konsepsi setelah perkawinan. Uterus berfungsi pula sebagai organ sekretori, sebagai inkubator sel telur yang telah dibuahi (Ismaya, 2014). Uterus pada unggas memiliki epitelium pseudo kolumner kompleks, pada tunika mukosa-sub mokosa sangat berlipat menjulur ke lumen dan disusun oleh kelenjar tubuler bercabang serta tunika muskularis terdiri dari otot menebal. Uterus pada unggas sering disebut juga glandula kerabang telur. Bagian ini mengalami dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur atau plumping, kemudian tebentuk kerabang telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 – 21 jam (Yuwanta, 2004). Cervix Suatu struktur yang menyerupai sfingter (sphincer) yang memisahkan rongga udara uterus dengan rongga vagina disebut cervix. Lumen cervix selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Menurut Ismaya (2014) fungsi dari cervix yaitu jalannya spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi kebuntingan, dan jalannya anak saat dilahirkan. Cairan pada cervix berfungsi sebagai penyeleksi spermatozoa .   Vagina Suatu struktur yang menyerupai sfingter (sphincer) yang memisahkan rongga udara uterus dengan rongga vagina disebut cervix. Lumen cervix selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Menurut Ismaya (2014) fungsi dari cervix yaitu jalannya spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi kebuntingan, dan jalannya anak saat dilahirkan. Cairan pada cerviks berfungsi sebagai penyeleksi spermatozoa . Vulva Vulva (pudendum feminium) adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi kranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu himen vestigal. Seringkali himen tersebut demikian rapat hingga mempengaruhi kopulasi (Frandson, 1992). Vulva atau alat kelamin luar, vulva terdiri dari labia minora, lipatan dalam atau bibir vulva, dan labia majora, lipatan luar atau bibir vulva. Labia minora adalah homolog dengan praeputium (selubung) pada jantan dan tidak menonjol. Labia mayora, homolog dengan skrotum pada jantan, merupakan bagian dari sistem betina yang dapat terlihat secara eksternal. Labia majora pada sapi ditutupi dengan rambut halus hingga clitoris mucosa. Fungsi dari vulva yaitu sebagai lubang luar organ reproduksi betina, tempat masuknya penis/ insemination gun. Lubang keluarnya urin, slem, dan anak saat dilahirkan ( Ismaya, 2014). Clistoris Menurut Frandson (1992), komisura ventral (bagian paling bawah) dari vulva terdapat clitoris yang merupakan organ yang asal-usul embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan. Clistoris terdiri atas dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Clistoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan. Labia minora atau bibir vulva yang kecil mengitari clistoris, yang homolog dengan preputium. Clistoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan yaitu sebagai peransang.   Materi dan Metode Materi Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi dan histologi reproduksi betina adalah pita ukur, kertas kerja, whiteboard dengan sample gambar, pensil warna dan kertas kerja. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum anatomi dan histologi reproduksi betina adalah preparat basah organ reproduksi Sapi Peranakan Ongole betina betina dara umur satu tahun enam bulan dan berat badan 210 kg. Metode Anatomi. Setiap bagian-bagian organ reproduksi betina diamati, dibedakan letak, bentuk, dan fungsinya. Setiap organ diukur menggunakan pita ukur. Anatomi bagian-bagian alat reproduksi betina dan fungsinya diterangkan kembali oleh paktikan setelah pengukuran masing-masing bagian alat reproduksi sapi selesai. Histologi. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mengamati preparat histologi menggunakan gambar yang tertera dalam whiteboard untuk kemudian dibedakan masing-masing preparat histologi untuk diketahui peran dari masing-masing sel dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara keseluruhan. Semua hasil pengamatan digambar menggunakan pensil warna pada kertas kerja.   Hasil dan Pembahasan Praktikum anatomi reproduksi hewan betina menggunakan preparat sapi PO betina yang berumur satutahun enam bulan dan mempunyai berat badan 210 kg. Sistem alat reproduksi sapi betina terdiri dari ovarium, oviduct, uterus, vagina, dan vulvadengan keadaan portio urteri menutup. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data hasil pengukuran anatomi organ reproduksi sapi betina sebagai berikut. Tabel 2.1 . Ukuran Alat Reproduksi Sapi Betina Pernakan Ongole Organ Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Tebal (cm) Ovarium 3,5 2 - 1 Bursa ovari 3 2 - Oviduct 13,5 - - - Cornue uteri 16 - - - Corpus uteri 8 - - - Cervix uteri 6 2 - - Vestibulum 6 - - - Portigo vaginales cervices 15 - - - Vulva 8 - - - Adenohypophysis Adenohypophysis adalah derivat ektoderm. Terdiri dari deretan tak teratur dan gumpalan sel parenkim yang banyak dimasuki pembuluh kapiler darah disertai jaringan ikat yang umumnya terdiri dari serat kolagen. Pembuluh kapiler itu disebut sinusoid, yang mirip pada organ hati (Yatim,1990). Adenohypophysis di dalamnya memiliki kromofil dan kromofob . Kromofil berfungsi untuk pengklasifikasian hormon. Kromofob secara histologis berfungsi sebagai perkusron inaktif bagi sel-sel yang memproduksi hormon-hormon adenohypophysis. (Frandason,1992). Gambar 2. 1 histologi adenohypofisis ( Halim, 2014) Gambar 2.2 mekanisme ruglasi siklus reproduksi pada mamalia di bawah pengaruh hormon dari hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Isnaeni, 2006) Gambar 2.2 menunjukan bahwa meknisme kerja hormone dalam sistem reproduksi betina diawalai dengan pengeluaran FSH yang dirangsang oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yaitu pelepas hormone gonadotropin dari hipotalamus. GnRh dari hipotalamus mestimulasipelepasan FSH dan LH darihipofisis anterior. FSH akan menstimulasi produksi estrogen dan inhibin oleh sel granulose dari folikel de Graaf. Jika progetreron turun, maka estrogen akan naik. Inilah yang disebut feedback positif. Jika progesterone naik, maka akan menghambat GnRH, FSH, LH sehingga terjadi feedback negative. Gambar 2.3 siklus estrus. (Slusher et al., 2014) Oviduct Oviduct adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan ovum dari tiap ovari menuju ke tanduk uterus. Bedasarkan hasil praktikum diketahui bahwa Oviduct memiliki panjang 13,5 cm. Menurut Dody dalam Ismaya (2014) bahwa Oviduct sapi PO berumur kurang dari tiga tahun memiliki rata-rata panjang 24,60+1,34. Perbandingan dengan literatur menunjukan bahwa panjang Oviduct dibawah kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi ukuran Oviduct yaitu umur ternaknya, tetapi sapi hasil crossing (Limpo dan Simpo) lebih panjang dibandingkan sapi PO dan Madura (Ismaya, 2014). Infundibulum Ampulla Isthmus Gambar 2.4 oviduct Sapi Peranakan Ongole. Gambar 2.5 cow oviduct (Singleton and Diekman, 2014) Lapisan dalam oviduct merupakan membran mukosa yang sangat berlipat-lipat, yang terutama tertutup oleh epitel silia kolumnar sederhana. Selama birahi dan sebelum kelahiran sel-sel yang tidak bersilia menjadi bersifat sekretoris aktif. Organ ini yang secara histologis berfungsi sebaga saluran telur. Oviduct disebut juga sebagai tuba Fallopii. Bagian alat kelamin ini juga berfungsi menampung telur yang ovulasi, tempat terjadinya pembuahan, lalu menyalurkan oosit yang sudah dibuahi ke dalam uterus (Yatim, 1990). Gambar 2.6 histologi oviduct (Slomianka, 2009) Upaya dalam mengatur populasi ternak herbivora yang ada terhadap ternak yang produktif dapat dilakukan dengan pemisahan jenis kelamin, pelepasan ke alam liar, vasektomi dan tubektomi. Khususnya kontrol populasi dengan tubektomi tidak begitu populer karena menyebabkan kerugian bagi betina bunting akan meningkat, karena sangat sulit untuk menilai tahap kehamilan pada hewan liar (Palit, 2014). Tubektomi dalam ternak pemotongan saluran indung telur (tuba fallopi) sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi. Tubektomi bersifat permanen. Walaupun bisa disambungkan kembali, namun tingkat fertilitasnya tidak akan kembali seperti sedia kala. Tubektomi dapat dilakukan melalui laparoskopi, mikrolaparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan bedah sesar), minilaparotomi, histeroskopi atau pendekatan vagina. Metode laparoskopi adalah yang paling populer saat ini (Salma, 2012). Tubektomi termasuk kontrasespsi. Melakukan kontrasepsi tidak lepas dari adanya efek samping. Dalam beberapa kasus, sindrom pasca-tubektomi dapat terjadi. Sindrom ini adalah sekelompok gejala yang mencakup menstruasi tidak teratur, rasa panas (hot flashes), keringat malam, panas dingin, kecemasan atau depresi, penipisan rambut dan kuku, nyeri payudara, berat badan naik/turun, osteoporosis dan prolaps uterus (Salma, 2012) Gambar 2.6 tubektomi (Sampath, 2013) Uterus Uterus adalah organ yang berada pada rongga panggul ditahan ditempatnya oleh beberapa ligamen. Uterus disebut juga rahim. Dindingnya terdiri dari 3 lapisan. Tiga lapisan dari dalam keluar, yaitu endometrium, miometrium dan perimetrium. Lapisan dinding uterus berfungsi sebagi pelindung dari benturan. Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus, serviks, dan dua tanduk atau kornua (Frandson, 1992). Bedasarkan hasil praktikum diketahui bahwa corpus urteri memiliki panjang 8 cm, cornu uteri 16 cm dengan keadaan portio urteri terbuka serta cervix uteri dengan panjang 6 cm lebar 2 cm. Menurut Dody dalam Ismaya (2014) ukuran uterus pada sapi PO berumur kurang dari tiga tahun adalah memiliki rata-rata panjang serviks 7,00+0,71, lebar 3,00+0,00. Menurut Peters dan Ball dalam Ismaya (2014) panjangnya corpus uteri 5 cm. Cornue uteri panjangnya dipengaruhi oleh umur induk dan bangsa sapi. Perbandingan hasil dengan literatur menunjukan bahwa panjang corpus uteri diatas normal, cervix uteri panjang mendekati kisaran normal dan lebarnya dibawah kisaran normal. Gambar 2.7 uterus sapi PO. Gambar 2.8 A tipe uterus. (Anonim, 2014) Hormon yang bekerja pada uterus adalah oksitosin. Oksitosin berfungsi menstimulasi kontraksi sel-sel otot polos uterus selama senggama dan, dan saat persalinan serta kelahiran pada ibu hamil (Sloane, 2003). Gambar 2.9 histologi uterus ( Slomianka, 2009) Cervix Suatu struktur yang menyerupai sfingter (sphincer) yang memisahkan rongga udara uterus dengan rongga vagina disebut cervix. Lumen cervix selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Menurut Ismaya (2014) fungsi dari cervix yaitu jalannya spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi kebuntingan, dan jalannya anak saat dilahirkan. Cairan pada cervix berfungsi sebagai penyeleksi spermatozoa . Menurut Rianto dan Purbowati (2010) fungsi utama cervix adalah mencegah agar tidak terjadi kontaminasi mikroba dalam uterus. Disamping itu cervix juga berfungsi menampung sperma setelah kelahiran. Semen dari pejantan akan disimpan dalam cervix selam proses perkawinan secara alami terjadi. Gambar 2.10 anatomi cervix. Vagina Suatu struktur yang menyerupai sfingter (sphincer) yang memisahkan rongga udara uterus dengan rongga vagina disebut cervix. Lumen cervix selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Menurut Ismaya (2014) fungsi dari cervix yaitu jalannya spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi kebuntingan, dan jalannya anak saat dilahirkan. Cairan pada cervix berfungsi sebagai penyeleksi spermatozoa. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil panjang vestibulum 6 cm, panjang portio vaginalis cevices 15 cm. Menurut Dody dalam Ismaya (2014) vagina sapi PO berumur kurang dari 3 haun memiliki rata-rata panjang 25,40+1,52 cm. Berdasarkan literatur, panjang vagina yang terdiri dari vestibulum dan portio vaginalis cevices berada pada kisaran normal. Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari cervix sampai vestibulum. Lipatan memanjang rendah dari mukosa-submukosa terentang sepanjang vagina. Vagina sapi betina, lipatan melingkar yang penting juga terdapat di bagian kranial vagina. Variasi daur tampak pada tinggi serta struktur epitel. Peningkatan jumlah lendir vagina selama birahi terutama berasal dari seviks. Menurut Frandson (1992) vagina adalah saluran peranakan yang terletak dalam pelvis diantara uterus (arah kranial) dan vulva (arah kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi. Gambar 2.11 vagina Sapi PO. Vulva Vulva adalah ujung paling belakang dari alat kelamin betina.Bibir vulva yang berambut halus sebenarnya adalah penebalan kulit, dapat berpigmen atau dapat juga tidak, tergantung spesiesnya. Menurut Frandson (1992) pertautan antara vagina danvulva ditandai oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematan, pada posisi kranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu hymen vestigial. Seringkali hymen tersebut demikian rapat sehingga mempengaruhi kopulasi.Bedasarkan pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa vulva memiliki panjang 8 cm. Menurut Ismaya (2014) bahwa vulva memiliki panjang 8 sampai 12 cm. Perbandingan literatur dengan hasil menunjukan bahwa panjang vulva dalam kisaran normal, tergantung umur, bangsa, dan statusnya. Gambar 2.12 vulva Sapi PO Clitoris Clitoris homolog dengan penis hewan jantan, terletak jauh dari daerah kaudal vestibulum, dekat komisura ventralis dari vulva. Clitoris terdiri dari korpora kavernosa klitoridis yang bersifat erektil, glands klitoridis yang rudimenter, dan preputium klitoridis. Menurut Frandson (1992), komisura ventral (bagian paling bawah) dari vulva terdapat clitoris yang merupakan organ yang asal-usul embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan. Clistoris terdiri atas dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Clistoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan. Labia minora atau bibir vulva yang kecil mengitari Clistoris, yang homolog dengan praeputium. Clistoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan yaitu sebagai peransang. Gambar 2.12 clistoris Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa adenohypophisis terdiri dari pars distalis dan pars tuberalis. Pars distalis merupakan bagian utama adenohypofisis dan mengandung sel-sel kelenjar yang mensekresikan STH, ACTH, TSH, FSH, LH, dan LTH yang berperan dalam reproduksi ternak. Ukuran oviduct dibawah kisaran normal, ukuran panjang corpus uteri diatas normal, cervix uteri panjang mendekati kisaran normal dan lebarnya dibawah kisaran normal. ukuran vagina normal, ukuran vulva dan vestibulum normal. Ovarium mempunyai dwifungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel terlur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon-hormon kelamin betina, estrogen dan progesteron. Ukuran alat kelamin pada ternak betina tidak dalam kondisi normal, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor genetik, umur, bangsa, pakan dan lingkungan. Daftar Pustaka Akbar, Budi. 2010. Tumbuh dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press, Jakarta. Anonim. 2014. The Female Reproductive System. Gyeongsang National University, diakses pada 06/11/2014 jam 10: 23http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap2.html. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Halim, Herliani. 2011. Aspek Anatomi dan Histologi Kelenjar Endokrin. Medicinesia, Indonesia diakses pada 19/09/14 jam 3:48 : http://www.medicinesia.com/?s=Histologi+Adenohipofisis&submit =Search. Hammy., Agungpriyono, S., Djuwita., I., Prasetyaningtyas, W.E., Nasution, 2010. Karakteristik Histologi Perkembangan Folikel Ovarium Fase Luteal pada Kancil (Tragulus javanicus). Jurnal IPB, Bogor. Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta. Kimbal, John W. 1994.Biologi EdisiKelima; Jilid 2.Erlangga, Jakarta. Palit, M. 2014. Managing Population Explotion Among Spot Deer at Tata Steel Zoological Park Jamsedphur.CZANIC, India. Rianto, Edy dan Endang Purbowati. 2010.Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Sachdev, Amit. 2010. Heat Detection and when to perform AI- a review. WWS Dairy, diakses 06/11/2014 jam 11:23 pada http://www.techproindia.in/wws/2010/09/heat-detection-and-when- to-perform-ai-a-review.html Salma. 2012. Komplikasi dan Efek Samping Tubektomi. Majalah Kesehatan, Depok. Sampath, Pavitra. 2013. Tubectomy — permanent contraception for women. The Health Site, diakses 06/11/2014 jam 10:36 pada http://www.thehealthsite.com/pregnancy/tubectomy-permanent- contraception-for-women/ Singleton, Wayne and M. Diekman. 2014. Reproductive Physiology and Anatomy of the Sow.Purdue University Department of Animal Sciences,diakses pada 04/11/2014 jam 10:07 http://www.ansc.purdue.edu/swine/porkpage/repro/physiol/reppaper Sloane, Ethel. 2003.AnatomidanFisiologi untuk Pemula. EGC, Jakarta. Slomianka , Lutz.2009. Blue Histology - Female Reproductive System. School of Anatomy and Human Biology - The University of Western Australia, Australia diakses pada 19/09/2014 jam 4:03 : http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/fem ale repro.htm. Slusher,S.H.,C. Taylor-MacAllister., and D.W. Freeman.2014. Reproductive Management of the Mare. Oklahoma Cooperative Extension Service Division of Agricultural Sciences and Natural Resources, Oklahoma (diakses pada : 26/09/14 jam 6:56 di http://www.mofoxtrot.com/mare -reproduction.html. Sonjaya, Hery. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press, Bogor. Sumarmin , Ramadhan, Adi Winarto dan Tutty Laswardi Yusuf, Arief Boediono. 2008. Dinamika Folikel Ovarium Domba Pascatransplantasi Intrauterin Pada Kelinci Pseudopregnanst. Vol 10, No 3. Jurnal Ilmiah Peternakan FakultasPeternakanUniversitasUdayana, Denpasar. Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta Yuwanta, Tri. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. PENUTUP Kritik Seharusnya asisten lebih bijaksana terhadap apa yang harus disampaikan pada saat praktikum supaya praktikan lebih memahami apa yang seharusnya didapatkan dari praktikum. Koreksi laporan sebaiknya tidak dilakukan secara berulang-ulang, hal seperti ini bisa memakan waktu dan biaya bagi praktikan, apalagi praktikan harus mencetak buku sumber yang digunakan sebagai acuan yang tebalnya melebihi laporan itu sendiri, itu benar-benar tidak efektif. Saran Praktikum tahun yang akan datang akan lebih bijaksana jika asisten pendamping dapat mempertimbangkan tentang efisiensi waktu dan biaya praktikan. Koreksi laporan jangan terlalu banyak; cukup sekali saja dilanjutkan dengan koreksi softfile itu bisa membantu praktikan untuk menghemat waktu dan biaya. Format penjilidtan untuk acc total sudah diterangkan dari awal sehingga praktikan dapat menyelesaikan lebih awal buku jilid laporan praktikum sehingga dapat menghemat waktu praktikan dan asisten pendamping. Rasa saling memahi antara praktikan dan asisten harus ditingkatkan. Semangat perbaikan untuk praktikum ilmu reproduksi ternak yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger

Sedang apa hari ini

Sedang apa hari ini
Kegitan sehari-hari

Translate