Sabtu, 11 Juli 2015

Laporan Praktikum Industri Ternak Potong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi manusia di dunia meningkat dalam setiap waktunya sedangkan kebutuhan manusia terhadap pangan sumber protein pun tidak terbatas sehingga diperlukan usaha-usaha tertentu yang mampu memenuhi kebutuhan pangan tersebut salah satunya adalah usaha ternak potong. Hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba memiliki potensi yang besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani tersebut serta disukai oleh masyarakat sehingga diperlukan adanya peningkatan populasi, kuantitas serta kualitas untuk mendapatkan daging yang disukai masyarakat. Akhir-akhir ini industri ternak potong terutama ternak sapi telah berkembang pesat dikarenakan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging yang merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh. Industri yang baik didukung oleh manajemen yang baik pula. Berbagai komoditas usaha peternakan sangat diharapkan untuk dapat mencukupi kebutuhan daging masyarakat yang semakin tinggi. Komoditas yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat, terutama peternak kecil atau skala petani peternak usaha kambing dan domba sangat diminati, karena membutuhkan modal harga ternak yang tidak terlalu mahal, namun kemampuan berkembangbiaknya relative lebih tinggi dibandingkan komoditas lain. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan praktikum sistem pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi agar para mahasiswa peternakan dapat memahami dan menjalankan fungsi manajemen dan pemeliharaan yang baik. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum sistem pemeliharaan ternak potong sapi adalah untuk mengetahui cara dan sistem pemeliharaan ternak potong khususnya sapi. Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum sistem pemeliharaan ternak potong sapi adalah mahasiswa dapat memahami sistem pemeliharaan yang baik seperti manajemen seleksi, manajemen recording, manajemen perawatan, manajemen sanitasi, pencegahan penyakit, manajemen pakan, manajemen perkandangan, dan penanganan limbah. BAB II KEGIATAN PRAKTIKUM Pemilihan dan Seleksi Ternak Pemilihan ternak Kriteria bibit untuk pembesaran. Kriteria bibit untuk pembesaran sapi potong yaitu saat dipilih kondisi mata dipilih mata yang bening, bukan yang kemerahan. Kondisi mulut dipilih yang bersih dari luka dan tidak berlendir. Kondisi tulang belakang berbentuk yang lurus dan tidak melengkung ke bawah. Wilayah dada bentuknya agak menonjol. Memiliki berat lahir yang tinggi. Tidak ada cacat dari lahir. Keadaan fisiologinya sehat. Syafrial et al. (2007) menjelaskan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bangsa, kondisi fisik yang sehat, dan umur nya dari 6 bulan sampai 1,5 tahun. Pendapat tersebut diperkuat oleh Prabowo (2010) untuk memilih bibit sapi potong yang baik perlu diperhatikan mutu genetik dari ternak yang memiliki daya adaptasi dengan lingkungan. Saat membeli bibit sebaiknya kita memimilih sapi yang sehat. Sapi yang sehat dapat tercermin dari keadaan tubuhnya, sikap dan tingkah lakunya, pernapasannya, denyut jantungnya, pencernaan dan pandangan sapi tersebut. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Kriteria indukan dan pejantan. Kriteria induk dan/ pejantan sebagai berikut. Pemilihan calon untuk induk memiliki kriteria memiliki fertilitas yang tinggi. Induk memiliki silsilah kelahiran yang normal dan mortalitas anak yang rendah. Tidak memiliki silsilah mengalami retensi plasenta dan prolapsus. Memiliki performa reproduksi yang baik antara lain angka s/c yang rendah. Memiliki angka panen anak yang tinggi. Litter sizenya yang tinggi dan angka konsepsi/kebuntingan yang tinggi. Induk memiliki sifat keibuan yang baik dan tidak memiliki kelainan pada ambing dan jumlah puting. Pemilihan calon untuk pejantan memiliki kriteria yaitu memiliki libido dan fertilitas tinggi. Kaki kuat dan kondisi fisik bagus serta sehat. Kantung dan buah zakar normal. Jumlah testis sepasang, memiliki kualitas sperma yang baik (secara volume, konsentrasi dan motilitas). Hartati et al., (2010) menjelaskan bahwa kriteria untuk induk pejantan dan betina sapi potong sebagai berikut. Sapi jantan yang digunakan harus memiliki libido dan kualitas semen yang baik serta karakteristik morfologis yng unggul dibanding sapi jantan di lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memperoleh bibit perlu dilakukan seleksi atau pemilihan sapi-sapi jantan dengan kriteria sebagai berikut: kepala panjang, dahi lebar, moncong pendek, badan tinggi, dada dalam, kulit tipis, kaki dan kuku kuat, punggung lurus, pinggul tidak terlalu turun, kondisi tubuh tidak terlalu kurus . Kriteteria khusus untuk pejantan yang sangat baik, yaitu sapi jantan berasal dari luar wilayah pelayanan pejantan alami. Umur pejantan minimal 2,5 tahun (bergigi seri tetap 1 sampai 2 pasang atau I1 sampai I3) . Memiliki bobot badan awal lebih dari 300 kg dan tinggi gumba lebih dari 140 cm . Ternak sehat dan bebas penyakit reproduksi (Brucellosis, Leptospirosis, Enzootic, Bovine Leucosisdan Infectious Bovine Rhinotracheitis). Warna bulu sesuai dengan bangsa sapi (PO/Brahman warna putih, Bali merah dengan garis hitam dipunggung dan putih di mata kaki dan pantat, Madura kecoklatan, Simmental merah dengan warna putih di kepala, Limousin warna merah dan Angus warna hitam). Pendapat tersebut diperkuat oleh Susilawati dan Masito (2010), menjelaskan ciri-ciri calon pejantan yang baik ialah rangka badan besar, libido sex tinggi, memiliki temperamen yang tenang, nafsu makan tinggi, buah zakar lonjong dan besar dan simetris, memiliki berat badan berkisar antara 250 kg atau lingkar dada sekitar 157 cm. Yulianto dan Saparinto (2014) menjelaskan bahwa kriteria induk haruslah memiliki fisik yang baik, kesehatan ternak baik, kondisi reproduksi baik, kondisi ambing yang baik untuk menghasilkan susu. Hal ini dikarenakan peran induk sebagai menjaga performa. Semakin banyak kriteria yang baik yang terpenuhi akan menghasilkan keturunan yang baik pula. Pendapat tersebut diperkuat oleh Sodiq dan Budiono (2012) menambahkan, calon indukan yang baik memiliki estrus pertama post-partum harus berkisar 35 hari sehingga indukan dapat memiliki kesempatan kawin dua kali sebelum bunting. Hubungan antara kandungan nutrien ransum dan cadangan energi tubuh induk dapat mempengaruhi munculnya siklus estrus yang lancar (Winugroho (2002) cit. Sodiq dan Budiono (2012)). Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Kriteria bakalan untuk penggemukan. Kriteria bakalan untuk penggemukan umur pada laju pertumbuhan yang tinggi yaitu 1,5 sampai 2 tahun, nafsu makan tinggi, memiliki tubuh yang sehat, kulit lentur, diutamakan yang jantan dikarenakan jantan memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan betina. Syafrial et al. (2007), menambahkan bangsa sapi yang biasa digunakan untuk penggemukan adalah bangsa yang memiliki produktivitas yang tinggi, jenis kelamin diupayakan memilih yang jantan, umur berada pada laju pertumbuhan tertinggi sekitar 1,5 sampai 2 tahun. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai Metode seleksi ternak. Metode seleksi yang dilakuan selaman praktikum adalah metode pengamatan langsung atau visual dengan cara melihat dan mengamati ternak secara langsung. Lebih spesifiknya metode seleksi ternak yang digunakan di dalam kandang adalah skor kondisi tubuh. Pawere et al. (2012), menambahkan salah satu cara atau metode seleksi ternak adalah dengan Body Condition Score (BCS) atau skor kondisi tubuh. Skor kondisi tubuh juga sangat mempengaruhi keberhasilan usaha penggemukan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (2007) menjelaskan, fungsi replacement ternak pada perusahaan sapi potong adalah untuk memperbaiki produktivitas sekaligus meningkatkan populasi sapi potong. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Penilaian ternak Kegiatan penilaian selama pemeliharaan ternak yang dilakukan adalah pengamatan secara visual terhadap berbagai bangsa sapi yang ada di kandang dengan acuan skor kondisi tubuh (BCS). Hasil yang diperoleh pada saat praktikum metode penilaian ternak yang digunakan adalah melihat skor kondisi tubuh. Penilaian ternak untuk usaha breeding memiliki penilaian antara skor 1 sampai 9 sedangkan penilaian ternak untuk usaha penggemukan antara skor 1 sampai 4. Tabel 1. Penilaian ternak sapi Bangsa No. Identifikasi Nilai Ciri-ciri PO 3 Kurus tidak terlihat tulang rusuk yang menonjol Jawa 2 Tulang rusuk terlihat kurang dari tiga, tidak ada lemak pada pangkal ekor. Hasil terhadap Penilaian Skor sapi PO dan jawa adalah 3 dan 2. Body Condition Score (BCS) digunakan untuk menilai kondisi tubuh ternak. Skor 1 memiliki ciri-ciri tidak adanya lemak pada pangkal ekor, iga pendek, ternak terlalu kurus, ternak bermutu rendah, dan mungkin sebelumnya pernah sakit. Skor 2 memiliki ciri-ciri iga pendek dan agak tumpul, pada pangkal ekor terdapat sedikit lemak, ternak bermutu cukup atau sedang. Skor 3 memiliki ciri-ciri iga pendek, sulit dirasakan, dan pangkal ekor mulai gemuk. Skor 4 memiliki ciri-ciri ternak telah mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat signifikan (cocok digunakan sebagai ternak potong) (Purnomoadi, 2003). Ngadiyono (2007) cit. Pawere et al. (2012), menjelaskan sapi bakalan yang baik untuk dipelihara atau digemukkan adalah sapi dengan nilai skor kondisi tubuh 2 sampai 3). Faktor yang mempengaruhi skor kondisi tubuh adalah adanya ketidakseimbangan hubungan antara kandungan nutrien dengan cadangan energi tubuh sehingga skor kondisi tubuh kecil (Pawere et al., 2012). Perbandingan hasil dengan literatur yang ada maka hasil yang diperoleh cukup sesuai. Gambar 1. BCS (Body Condition Score) Sapi Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan Sapi potong baik jantan maupun betina yang baru datang mendapat penempatan khusus dikandang yang dekat dengan anak anak kandang. Tujuannya adalah agar ternak dapat diobservasi tingkah lakunya, kondisi kesehatannya dan terpantau nafsu makannya. Ternak yang sakit langsung diberi obat sesuai dengan petunjuk penggunaannya. Ternak kemudian diberi air gula dan selanjutnya dimandikan agar bersih dan meminimalisir adanya parasit. Hasil diskusi menunjukan bahwa dahulu ternak sapi yang diimpor dari negara pengimpor sapi seperti Australia dikarantina di pelabuhan namun untuk sekarang ternak sapi langsung dibawa ke perusahaan-perusahaan besar untuk selanjutnya dikarantina. Jika ada sapi yang sakit akan langsung dikembalikan ke pelabuhan namun jika tidak maka akan diidentifikasi, diberi obat cacing lalu ternak akan langsung dimasukkan dalam kandang. Pemasukkan kandang disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Safitri (2011), penanganan anak dilakukan dengan penimbangan. Kegiatan pada saat penimbangan awal meliputi pemasangan ear tag, penimbangan individu, treatment berupa vitamin (injectamin) dengan dosis 5 ml/ekor, vaksinasi serta pengelompokan ternak berdasarkan jenis kelamin, berat, dan kondisi kesehatan. Rianto dan Endang (2010), menambahkann bahwa sebelum program pemeliharaan dilakukan penanganan ternak yaitu kebersihan kandang, karantina, vaksinasi dan recording estrus. Kegiatan pembersihan kandang, adanya karantina dan vaksinasi dilakukan agar ternak terhindar dari bibit penyakit dan menciptakan kenyamanan bagi lingkungan. Kegiatan recording dilakukan agar ternak dapat terdata dengan baik sehingga produktivitas dapat terhitung dengan baik). Perbandingan hasil dengan literatur yang ada maka hasil yang diperoleh cukup sesuai. Recording Tahapan recording Recording adalah proses pengambilan data yang atau menerjemahkan informasi ke format rekaman yang disimpan pada beberapa media penyimpanan , yang sering disebut sebagai catatan atau, terutama jika media auditori atau visual, rekaman (Mcwilliams,1997). Tahapan recording pada praktikum sistem pemeliharaan sapi dilakukan dengan pengamatan dan diskusi bersama asisten. Hasil diskusi didapatkan tahpan recording kandang laboratorium ternak potong, kerja dan kesayangan fakultas peternakan universitas Gadjah Mada, saat ternak lahir, datang, dan atau mati. Ternak didata dan diindentifikasi jenis banga sapi, jenis kelamin dan berat badanternak diidentifikasi terlebih dahulu selanjutnya dilakukan proses pengelompokkan agar memudahkan dalam mengambil data. Langkah terakhir adalah recording dari segala aspek. Ayu (2015), manfaat recording adalah memudahkan pengenalan terhadap ternak, memudahkan dalam melakukan penanganan, memudahkan manajemen pemeliharaan ternak, menghindari dan mengurangi kesalahan nama, memudahkan dalam melakukan seleksi ternak, menghindari terjadinya inbreeding, dan menjadikan pekerjaan lebih efektif. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Macam recording Recording identifikasi ternak data yang diambil meliputi bangsa, warna, jenis kelamin. Recording ternak data yang diambil meliputi jenis ternak yang dipelihara, recording pakan data yang diambil meliputi pemberian pakan dan jenis pakan. Recording kesehatan data yang diambil meliputi kondisi kesehatan selama pemeliharaan. Recording perkawinan data yang diambil meliputi tanggal perkawinan, identitas betina dan pejantan. Recording kelahiran data yang diambil meliputi waktu dan tanggal lahir. Recording penimbangan bobot badandata yang diambil meliputi berat badan, ADG. Recording mobilisasi ternakdata yang diambil meliputi ternak ke kandang satu ke kandang lainnya. Recording pemotongandata yang diambil meliputi berat karkas dan perbandingan MBR. Recording finansial data yang diambil meliputi keuntungan, kerugian, BEP, harga jual dan beli. Macam recording meliputi identifikasi, dokumentasi, catatan khusus dan sertifikat ternakmenurut Sunardi (2015). Pendapat tesebut secara spesifik dijelaskan oleh Baliarti et al., (2013) bahwa macam recording yaitu recording identifikasi, recording klasifikasi dan pengelompokan ternak, recording segala aspek (pakan, kesehatan, breeding, fattening, recordingbedasarkan periode (harian, mingguan, bulanan dan tahunan), recording bedasarkan jumlah (individu dan kelompok. Ayu (2015) menambahkan bahwa secara umum macam recording adalah recording identitas, recording dokumentasi, recoding catatan khusus seperti recording kelahiran, reproduksi dan kematian, dan recording sertifikat ternak meliputi asal usul tetua. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan literatur. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Komposisi dan Struktur Ternak Kegiatan praktikum yang dilakukan meliputi identifikasi bangsa dan perhitungan jumlah ternak menurut bangsa. Langkah selanjutnya jumlah ternak dihitung secara total. Berikut adalah hasil yang diperoleh selama praktikum. Tabel 2 . Komposisi dan struktur ternak sapi Bangsa Anak Muda Dewasa Total Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jawa 1 1 0 2 0 4 8 PO 3 1 4 Total 1 1 1 5 5 12 Hasil praktikum menunjukan komposisi struktur ternak pada kandang adalalah sebagai berikut. Ternak yang diamati adalah ternak bangsa jawa dan Peranakan Ongol. Jumlah sapi jawa pada tahap pedet jantan dan betina masing-masing satu ekor. Jumlah sapi jawa pada tahap ternak betina hanya 2 ekor. Jumlah sapi PO betina dewasa adalah 1 ekor. Redaksi AgroMedia (2009), menyatakan bahwa dalam usaha penggemukan sapi yang digunakan adalah sapi jantan dikarenakan sapi jantan memiliki pertambahan berat badan harian yang lebih besar dari sapi betina. Pendapat tersebut diperjelas oleh Susilawati dan Masito (2010) bahwa sapi peranakan ongole merupakan persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole dengan sapi betina lokal di Jawa yang berwarna putih. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Perkandangan Lokasi Lokasi praktikum sistem pemeliharaan ternak potong adalah di kandang Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan. Kandang tersebut berdekatan dengan akses jalan raya, berdekatan dengan lahan hijauan pakan, jauh dengan pemukiman. Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI (2013), menjelaskan bahwa, hal yang menentukan dalam pemilihan suatu lokasi adalah ketersediaan pakan agar sistem produksi tetap berjalan secara berkelanjutan. Jumlah ternak yang dipelihara harus sesuai dengan kapasitas tampung kandang. Persyaratan lokasi adalah topografi relatif datar, kesuburan tanah cukup untuk penanaman hijauan, sarana dan prasarana memadai, dan mudah terjangkau oleh kendaraan. Susilawati dan Masito (2010) meperkuat gagasan tersebut bahwa lokasi yang ideal untuk mebangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai, kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Syarat lainnya adalah tersedianya sumber air untuk minum, memandikan ternak, dan membersihkan kandang, dekat dengan sumber pakan, transportasi mudah, terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaranan serta areal yang ada dapat diperluas. Berdasarkan literatur, hasil yang diperoleh pada saat praktikum belum sesuai dengan literatur sehingga lokasi kandang Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan belum ideal. Tata letak kandang Berdasarkan hasil praktikum didapatkan tataletak kandang sebagai berikut. U Keterangan : 1.Kandang kelinci 2. Kandang Peranakan Etawa 1 3. Kandang Peranakan Etawa 2 4. Kandang Jepit 5. Kandang Beranak 1 6.Kandang Beranak 2 7. Kandang Beranak 3 8. Kandang Beranak 4 9. Garasi 10. Kandang domba 1 11.Kandang domba 2. 12.Kandang domba 3. 13.Kandang domba 4 14.Kandang domba 5. 15. Kandang sapi 1 16. Kandang sapi 2 17. Kandang sapi 3 18 Kandang sapi 4 19. Kandang sapi 5 20. Kandang sapi 6 21. Kandang sapi 7 22. Kandang sapi 8 23. Kandang sapi 9 24.Kandang umbaran kambing 1 25.Kandang umbaran kambing 2 26.Kandang lepas sapih 1 27.Kandang lepas sapih2 28.Kandang lepas sapih3 29.Kandang lepas sapih4 30.Kandang lepas sapih5 31.Kandang lepas sapih6 32.Kandang lepas sapih7 33.Kandang lepas sapih8 34.Kandang umbaran lepas sapih 35. Kandang umbaran kuda 36.Kandang kuda 1 37.Kandang kuda 2 38.Kandang kuda 3 39.Kandang kuda 4 40.Kandang kuda 5 Gambar 2. Tata letak kandang sapi Fungsi layout perkandangan dalam skala industri peternakan ternak potong memiliki peranan yang sangat penting, karena dengan membuat sketsa (layout) terlebih dahulu seorang peternak dapat merencanakan dengan matang tata letak kandang yang efektif dan efisien untuk kegiatan produksi. Hardiansyah (2013), fungsi dari layout adalah memaksimalkan peralatan dengan baik, meminimumkan kebutuhan tenaga kerja, membuat aliran produksi efisien dari waktu dan tenaga, mengurangi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan, serta meningkatkan kerapihan dan kebersihan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa fasilitas kandang yang ada di kandang milik Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan sudah cukup lengkap. Fasilitas tersebut diantaranya gudang pakan yang berfungsi menyediakan pakan konsentrat bagi beberapa sapi yang ada di kandang. Fasilitas selanjutnya adalah aula yang dipergunakan untuk tempat pertemuan, berbagai macam kandang seperti kandang kuda, kandang reproduksi, kandang lepas sapih, kandang umbaran, kandang induk, dan kandang kelinci. Ruang asisten dan ruang diskusi dipergunakan untuk fasilitas bagi praktikan untuk berdiskusi dengan asisten. Lahan hijauan untuk menyediakan pakan bagi para ternak. Rianto dan Endang (2010) meyatakan bahwa, bangunan yang ada di lingkungan kandang antara lain gudang pakan, silo, reservoir air, kamar obat, rumah karyawan, kantor kepala, prasarana transportasi, padang gembala, rumah timbangan ternak, tempat umbaran, kandang air, drainase, tempat pembuangan kotoran. Perbandingan hasil dengan literatur yang ada maka hasil yang diperoleh cukup sesuai. Karakteristik kandang Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pengamatan secara visual terhadap karakteristik setiap kandang. Penyediaan kandang untuk sapi dimaksudkan sebagai tempat bernaung terhadap cuaca, tempat beristirahat, dan juga mempermudah dalam pemeliharaan. Misalnya dalam proses penggemukkan, kandang dibuat untuk membatasi ruang gerak agar penimbunan daging dan lemak cepat terjadi serta penambahan bobot badan lebih cepat (Syafrial et al., 2007). Tabel 3. Hasil pengamatan karakteristik kandang sapi Pengamatan Kandang 1 2 3 Jenis kandang Individu Umbaran Induk Atap Bentuk: monitor Bahan: Asbes - Bentuk: monitor Bahan: Genteng Dinding Semen - Semen Alas Semen Paving block Semen Ukuran lokal kandang 18,88 m2 - 20 m2 Isi ternak 5 7 3 Ukuran bangunan kandang 379 m2 188 m2 327 m2 Ukuran tempat pakan 19,82 m3 17,6 m3 13,25 m3 Ukuran tempat minum 14,04 m3 8,28 m3 11,52 m3 Ukuran selokan 8,4 m3 6,4 m3 7,56 m3 Kemiringan kandang 2% 0 2% Kemiringan selokan 1% 1% 1% Floor space 9,44 m2/ekor 94,37 m2/ekor 109,44 m2/ekor Pesyaratan kandang menurut Rianto (2004) yaitu kandang hendaknya dibuat dari bahan yang murah, kuat serta mudah didapatkan, pertukaran udara berlangsung baik, sinar matahari dapat masuk , kandang mudah dibersihkan, kandang jauh dari tempat tinggal, lingkungan kandang bersih dan kering serta tidak banyak dilewati lalu lintas umum . Pendapat tersebut diperjelas oleh Departemen Pengembangan dan Akses Keuangan dan UMKM (2013), persyaratan kandang yang baik antara lain (1) kontruksi kandang harus kuat, (2) terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh, (3) sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase dan saluran pembuangan limbah baik dan mudah dibersihkan, (4) kandang mudah diakses terhadap transportasi, dekat dengan sumber air, (5) tidak menganggu sumber air, (6) tidak mengganggu lingkungan, (7) serta lokasi yang kering dan tidak tergenang saat hujan. Jenis kandang. Terdapat tiga jenis kandang yang diamati yaitu kandang umbaran, kandang kandang indukan. Abidin (2002) menyatakan bahwa secara umum terdapat dua tipe kandang yaitu kandang individu dan kandang koloni. Kandang individu dapat memacu pertumbuhan sapi potong lebih pesat dimana ruang gerak sapi terbatas, sehingga jenis kandang ini cocok untuk pemeliharaan dengan tujuan penggemukan. Pendapat tersebut diperjelas oleh Syafrial et al. (2007) menjelaskan bahwa, penyediaan kandang untuk sapi yang digemukkan dimaksudkan sebagai tempat bernaung terhadap cuaca dan untuk membatasi ruang gerak agar penimbungan daging dan lemak cepat terjadi serta penambahan bobot badan lebih cepat. Penggunaan alas kandang diperlukan agar sapi tidak kotor, untuk menyerap urine dan kotoran. Ukuran kandang sapi kurang lebih 2 x 1,25 meter. Kondisi sapi di kandang individual lebih tenang dan tidak mudah stres. Kandang koloni dipergunakan bagi sapi bakalan dalam satu periode penggemukan yang ditempatkan dalam satu kandang dengan luas minimum 6 m2. Model kandang koloni memiliki kelemahan karena dapat terjadi persaingan antara sapi dalam memperebutkan pakan, akibatnya sapi yang menang akan memilki pertumbuhan yang cepat. Dibandingkan dengan tipe kandang individu, pertumbuhan sapi di kandang koloni relatif lebih lambat karena ada energi yang terbuang akibat gerakan sapi yang lebih leluasa. Kebersihan kandang juga harus diperhatikan karena kotoran dan urin sapi akan segera terinjak-injak oleh sapi. Kandang koloni menurut Rianto (2004) menyatakan bahwa kandang koloni merupakan kandang yang tidak mempunyai penyekat, atau apabila diberi sekat, ukuran kandang reatif luas untuk memelihara kambing dan domba sekaligus. Kandang ini cocok untuk membesarkan bakalan, atau memelihara betina calon induk dan induk kering (betina yang tidak bunting atau menyusui). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai Atap kandang. Selama pengamatan atapa yang diidentifikasi adalah atap jenis monitor untuk atap jenis 1 dan 3 , sementara atap kandang jenis 2 adalah tidak beratap. Berhubung kandang dibuat pada dataran rendah, kandang yang paling baik adalah jenis monitor. Model atap monitor lebih cocok untuk daerah dataran rendah, karena atap monitor efisien menyerap panas. Pendapat tersebut diperkuat oleh Hartati (2007), pembuatan atap kandang harus memerhatikan iklim. Pembuatan kandang pada daerah panas (dataran rendah), sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Atap kandang yang paling baik dihadapkan menghadap ketimur. Hal ini dikarenakan sinar matahari pagi secara langsung dan untuk menghindari teriknya sinar matahari waktu siang, dengan demikian sinar matahari sebagai pembunuh kuman dan pengering kandang dapat dimanfaatkan secara optimal (Neufert, 2002). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Dinding dan alas. Selama praktikum dinding dan alas yang ditemui sebagai berikut. Dinding-dinding terbauat dari semen dan alas kandang 1 dan 3 terbuat dari semen serta alas kandang 3 terbuat dari palving block. Ngadiyono (2012), menyatakan bahwa dinding kandang harus dibuat sesuai dengan kondisi ternak yang akan dipelihara. Dinding kandang sebagai penahan angin secara langsung harus dibuat tidak mudah lepas dan kuat. Bahan untuk pembuatan dinding dapat dari kayu, bambu atau tembok. Susilawati dan Masito (2010) menyatakan bahwa lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau kayu yang kedap air. Biasanya lantai tanah diberi tambahan litter berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya seperti kapur atau dolomite sebagai dasar alas. Bila kondisi litter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang dicampur dengan kapur atau dolomite. Lantai kandang berupa beton atau kayu sebaiknya dibuat miring ke belakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Ukuran lokal kandang. Ukuran lokal kandang sapi pada kandang Fakultas Peternakan UGM yaitu pada kandang koloni adalah 24,31 m x 6,25 m, individu I 3,6 m x 3 m, individu II 3,77 m x 3 m. Ukuran bangunan kandang koloni adalah 24,31 m x 6,25 m, individu I 24,85 m x 10,2 m, individu II 27,8 m x 11,7 m. Sugeng (2003) menambahkan kapasitas kandang kelompok untuk pedet umur 4 sampai dengan 8 minggu adalah 1 m per ekor, dan umur 8 sampai dengan 12 minggu adalah 1,5 m/ ekor. Ketinggian dinding keliling 1 meter. Setiap kelompok sebaiknya tidak melebihi 4 ekor. Karena dapat menekan penyebaran penyakit, terutama scours. Kapasitas kandang untuk ternak dewasa adalah 10 ekor ternak per 150 m2 . Santosa (2010) berpendapat bahwa kandang koloni memiliki ukuran standar yang dapat digunakan sapi, yaitu tidak boleh kurang dari 4,67 m2/ekor dengan volume kandang adalah 5 hingga 6 m3/ekor dan floor space 2 m2/ekor. Kemiringan kandang adalah selesih tinggi permukaan air pada selang ukur dibagi jarak tinggi pengukuran dikali 100%. Ukuran tempat pakan dan tempat minum. Hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tempat pakan dan tempat minum ukuran dan bentuknya bervariasi. Namun, kurang sesuai dengan literatur. Tempat pakan dan tempat minum dibuat didepan kandang dengan perbandingan 2:1. Tempat pakan dan tempat minum itu dibuat setinggi 0,5 sampai 1 meter dari permukaan tanah sehingga sapi dapat mudah makan dan minum. Tempat pakan dan tempat minum dibuat dari bahan semen atau papan kayu dengan dasar rapat agar pakan tidak mudah tercecer dan mudah dibersihkan (Fikar et al., 2010). Tempat pakan berukuran ( 60 x 80 x 40 ) cm, sedangkan tempat minum berukuran ( 60 x 40 x 40 ) cm tiap ekor ternak (Syafrial et al., 2007). Kemiringan kandang dan selokan Kemiringan kandang dan selokan yang ideal untuk suatu usaha didasarkan oleh jenis bahan yang melapisi permukaan jalan air yang mengalir. Berhubung posisi kandang yang miring dan selokan dilapisi beton maka kemiringannya berkisar 4 sampai 6% dan selokan dengan kemrigan 1% sangat efektif diperkotaan (Ditjen Bina Marga, 2006). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Floor space. Berdasarkan hasil pengamatan, kepadatan kandang (floor space) dapat diperoleh dari perhitungan luas kandang dibagi dengan jumlah ternak. Kepadatan kandang sapi individu yaitu 9,44 m2/ekor, kepadatan kandang sapi umbaran yaitu 9,437 m2/ekor, kepadatan kandang sapi induk yaitu 10,08 m2/ekor. Kepadatan kandang tersebut tidak sesuai dengan literatur karena terlalu padat kandangnya. Kepadatan kadang sapi harus diperhatikan agar tidak saling berdesakan sehingga dapat menimbulkan efek negatif. Kebutuhan ternak dewasa untuk pemelihraan rata-rata 3 sampai 4 m2/ekor (Reksohadiprojo cit. Oktaviani, 2009). Fasilitas pendukung, perlengkapan, dan peralatan kandang Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah mengamati berbagai fasilitas, perlengkapan dan peralatan yang ada di kandang. Langkah kedua adalah dihitung jumlah yang ada lalu diidentifikasi fungsi dari setiap benda yang ditemukan di kandang. Fasilitas kadang yang dijumpai antara lain tiga buah kamar mandi yang berfungsi sebagai tempat mandi, membersihkan diri, dan buang air. Sebuah aula yang berfungsi untuk tempat berkumpul, tiga buah gudang pakan berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan hijauan dan konsentrat, sebuah ruang diskusi, sebuah dapur, sebuah mushola, ruang asisten sebagai tempat asisten berkumpul dan sebuah garasi. Perlengkapan kandang berupa 20 buah tempat pakan, 19 buah tempat minum dan sebuah mesin copper yang berfungsi untuk mencacah hijauan sedangkan peralatan yang dapat dijumpai disekitar kandang diantaranya sekop berfungsi untuk membersihkan feses, ember untuk berfungsi mengangkut pakan, troli berfungsi untuk membantu distribusi pakan. Departemen Pengembangan Akses keuangan UMKM BI (2013), perlengkapan yang ada dikandang meliputi tempat pakan dan tempat minum sedangkan peralatan yang biasa digunakan di kandang antara lain ember, sabit, sekop, dan kereta dorong atau troli. Berdasarkan literatur, berbaga perlengkapan dan peralatan yang ada di kandang saat praktikum sesuai dengan literatur sehingga kandang yang digunakan cukup ideal untuk sistem pemeliharaan. Suhu dan kelembaban Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi pukul 06.40 WIB, siang pukul 13.30 WIB dan sore pukul 16.00 dengan cara melihat hygrotermometer. Hasil yang diperoleh pada pagi hari adalah suhu 27,2 ℃, kelembaban 96% dan THI (Temperature Humidity Indeks) sebesar 70,12. Siang hari diperoleh suhu 32,6℃, kelembaban 66% dan THI (Temperature Humidity Indeks) sebesar 76,42 sedangkan sore hari diperoleh suhu 30,6 ℃, kelembaban 78% dan THI (Temperature Humidity Index) sebesar 70,92. Abidin (2008), temperatur optimum untuk sapi potong tumbuh dengan baik berada di kisaran 10 sampai 27ÂșC dan kelembaban ideal antara 60 sampai 80%. Sapi termasuk hewan yang peka terhadap perubahan suhu lingkungan, terutama perubahan yang drastis sehingga suhu yang tinggi bisa menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan dan kemampuan reproduksi. Indeks kelembaban suhu (THI) dikembangkan sebagai indikator risiko beban panas.THI menggabungkan pengukuran suhu lingkungan dan kelembaban.THI tidak memasukkan dampak dari radiasi matahari atau kecepatan angin dan karena itu adalah beban ukuran panas lebih akurat daripada indeks yag lain untuk mengukur input ini. Rumus untuk memperkirakan THI adalah: 0,8 * T + RH * (T-14.4) + 46.4di mana T = ambien atau suhu kering-bola dalam ° C dan RH = kelembaban relatif dinyatakan sebagai proporsi yaitu 75% kelembaban dinyatakan sebagai 0,75. Hasil yang didapat kemudian dicocokan dengan tabel 4. Hasil THI menurut Livecorp (2015) yang dikutip dari veterinary handbook cattle, sheep and goatmenunjukan bahwa ternak yang diamti jika diimplementasi ke dalam tabel tidak sesuai karena menunjuka level sangat setres. Ketidaksesuaian tersebut dikarenakan ternak dalam kondisi THI tidak mengalami hambatan atau kesakitan dalam melangsungkan aktivitas hidupnya. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat tidak sesuai. Tabel 4. THI sapi (Livecorp, 2015) Pakan Bahan pakan Hasil diskusi diperoleh bahwa bahan pakan yang digunakan dalam pemeliharaan ternak sapi di kandang laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan adalah konsentrat berupa Nutrifeed dengan BK 86%, PK 13%, berasal dari Klaten dengan harga Rp. 2.000.00,-/kg. Bahan pakan selanjutnya adalah kleci dengan BK 89,75%, PK 15,06%, berasal dari Bantul dengan harga Rp. 3.700.00,-/kg. Bahan pakan yang lainnya adalah hijauan berupa rumput raja dengan BK 28% yang berasal dari lahan hijauan yang dimiliki oleh kandang Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Kleci menurut Supriyadi (2013) menyebutkan bahwa kandungan PK 2,1 % , LK 3,54 % ,SK20,97%, abu 1,6%, TDN 42,74%, BK 90,22%. Nutrifeed memiliki kandungan PK 14,44 % , LK 2,77%, SK 15,72%, abu 10,25% dalam keadaan as feed (Nutrifeed, 2013). Kandungan nutrisi pada rumput raja terdiri dari protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35% (Hartadi et al, 2005) Utomo et al. (2008) menjelaskab bahwa, bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, tanpa mengganggu kesehatan pemakannya. Dedak padi, ampas tahu, ampas tapioka sering digunakan sebagai pakan penguat untuk sapi penggemukan dan sebagian kecil peternak telah menggunakan mollases, multi nutrien block dan vitamin supplements (Sodiq, 2011 cit. Sodiq dan Budiono, 2012). Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Proses penyusunan pakan Hasil diskusi yang diperoleh, diketahui bahwa proses penyusunan pakan dilakukan langsung di kandang dengan cara memberikan hijauan yang sudah dicopper dan konsentrat kering secara langsung lalu dicampurkan dengan presentase hijauan sore hari lebih banyak dari pagi hari. Sarwono dan Arianto (2003) menjelaskan pakan sapi untuk pada umumnya berupa hijauan segar dan konsentrat. Susilawati dan Masito (2010) menambahkan bahwa konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Campuran bahan pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai Metode pemberian pakan Hasil diskusi yang diperoleh, diketahui bahwa metode pemberian pakan hijauan adalah mencacah dengan bantuan mesin copper selanjutnya pemberian konsentrat dengan kondisi kering. Jumlah hijauan yang diberikan setiap sore hari adalah 15 kg/ekor sedangkan jumlah pemberian konsentrat yang diberikan setiap pagi adalah 5 kg/ekor. Halifah (2010) menjelaskan bahwa, waktu pemberian pakan diatur 2 kali sehari pagi dan sore dalam bentuk pakan hijauan dan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan kurang lebih 10% dari bobot badan sapi, lebih baik dipotong-potong (2 sampai 5 cm) agar lebih mudah dicerna. Santoso (2001) menambahknan ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah dan metode pemberian pakan, yaitu bangsa, jenis kelamin, populasi ternak, umur, status reproduksi, jenis tempat pakan, dan kondisi kesehatan ternak. Pemberian dilakukan secara ad libitum dimana pakan yang diberikan tersedia terus menerus (Utomo, 2012).Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Reproduksi Deteksi birahi Pengamatan yang diperoleh selama pemeliharaan adalah sebagai berikut. Tanda-tanda birahi adalah ternak gelisah, sering menaiki ternak lain atau diam dinaiki ternak lain, vulva merah, bengkak, dan hangat. Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum tidak ada ternak sapi yang terdeteksi birahi. Abidin et al., (2012) menjelaskan bahwa, birahi merupakan fisiologi reproduksi yang sangat penting dalam usaha peningkatan populasi dengan menggunakan inseminasi buatan. Susilawati dan Masito (2010) menambahkan tanda-tanda birahi adalah sapi gelisah dan terlihat sangat tidak tenang, sapi sering melenguh-lenguh, mencoba menaiki sapi lain dan akan tetap diam bila dinaiki sapi lain, pangkal ekor terangkat sedikit dan keluar lendir jernih transparan yang mengalir melalui vagina dan vulva, sapi menjadi diam dan nafsu makan berkurang. Pertamakali dikawinkan Hasil diskusi diperoleh bahwa umur betina pertama kali dikawinkan adalah 1,5 sampai 2 tahun sedangkan umur jantan pertama kali dikawinkan adalah 2,5 tahun. Susilawati dan Masito (2010) menjelaskan bahwa ada dua cara perkawinan yaitu kawin alam dengan melalui distribusi pejantan unggul terseleksi dari bangsa lokal atau impor dan kawin buatan dengan proses pembuatan mudah, dapat dikerjakan oleh kelompok tani, motilitas dan sperma hidup lebih tinggi serta dapat disimpan dalam kulkas dengan suhu 5℃ selama 7 sampai 10 hari serta mudah diterapkan di lapangan sedangkan kekurangannya adalah daya simpan hanya 10 hari. Gagasan tersebut diperkuat oleh Guntoro (2002) bahwa sapi potong dapat mengalami pubertas pada umur 1,5 tahun, siap dikawinkan 2 tahun dengan masa kebuntingan 280 sapi 290 hari. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Penentuan saat mengawinkan Hasil diskusi yang diperoleh, diketahui bahwa penentuan saat mengawinkan ialah harus sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Selain itu ternak betina harus dalam keadaan estrus. Penentuan dikawinkan berjarak antara 9 sampai 18 jam setelah puncak estrus. Penentuan saat mengawinkan di kandang Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan sebagai berikut. Perkawinan ternak secara umum tergantung pada siklus estrus, usia dewasa kelamin, lama birahi, dan lama bunting. AAK (2000) menjelaskan bahwa antara dewasa kelamin dan dewasa tubuh tidak berlangsung secara bersamaan, tetapi dewasa kelamin terlebih dahulu. Oleh karena itu, pada saat mengalami birahi yang pertama sapi belum dapat dikawinkan karena harus menunggu sampai mencapai dewasa tubuh. Sapi yang birahi pada pagi hari maka pada pagi hari berikutnya segera dikawinkan dan sebaliknya, jika birahi pada sore hari, maka pagi berikutnya dikawinkan (Darmono, 1995). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Metode perkawinan Hasil diskusi yang diperoleh, diketahui bahwa metode perkawinan yang digunakan pada sistem pemeliharaan di kandang Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan adalah inseminasi buatan. Desinawati dan Isnaini (2010) menjelaskan dalam mengawinkan sapi peternak menggunakan 100% sistem perkawinan Inseminasi Buatan (IB). Kelebihan dari kawin buatan dengan proses pembuatan mudah, dapat dikerjakan oleh kelompok tani, motilitas dan sperma hidup lebih tinggi serta dapat disimpan dalam kulkas dengan suhu 5℃ selama 7 sampai 10 hari serta mudah diterapkan di lapangan sedangkan kekurangannya adalah daya simpan hanya 10 hari. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Deteksi kebuntingan Deteksi kebuntingan merupakan semua tindakan yang dilakukan untuk mengetahui status kebuntingan ternak dalam waktu tertentu. Deteksi kebuntingan dilakukan dengan cara USG, palpasi rektal dan pengamatan tingkah laku. Deteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan biopsi vaginal (mengambil perbedaan tinggi epitel vagina dan kandungan sel), radiologi (bedasarkan tulang belakang fetal pada gambaran x-ray), uji DEEA Gestdect ( bedasarkan corpus luteum persistan) (Widayati, 2008). Secara visual kita dapat mengamati kondisi ternak bunting. Ternak yang bunting ciri-cirinya tempramennya tenang dan tidak minta kawin lagi, menjelang 5 bulan ambing dan perutnya membesar pada bagian kanan, pada umur kebuntingan tua ditandai dengan gerakan dari anak dalam perut, dan tingginya progesteron dalam susu pada ternak. Ciri-ciri ternak bunting menurut Rismayanti (2010) tanda-tanda umum yang tampak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi. Ternak lebih tenang. Tidak suka dekat dengan pejantan. Nafsu makan agak meningkat. Terkadang menggesekan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang. Pertengahan kebuntingaan ternak, perutnya nampak besar pada bagian kanan dan ambing agak turun posisinya.Mafaat kita mengetahui ternak bunting adalah memiliki nilai ekonomis yang penting yaitu susu dan anak, mengetahui perlakuan yang tepat, kehilangan waktu untuk produksi dapat dikurangi karena infertilitas , berkurangnya biaya bereeding / progm yang mahal seperti perlakuan dengan hormon. Hastuti (2008) menambahkan, tanda-tanda sapi potong bunting adalah peningkatan nafsu makan, tidak menunjukkan gejala birahi lagi dan perilaku menjadi lebih tenang. Kebuntingan pada sapi potong secara pasti dapat diketahui dengan memeriksa secara teliti terhadap sapi yang telah di IB tersebut. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum telah sesuai dengan literatur. Penanganan kelahiran Hasil diskusi yang diperoleh, diketahui bahwa penanganan ternak pada saat kelahiran ada tiga macam, yaitu penanganan ternak sebelum kelahiran, penanganan ternak pada saat kelahiran, dan penanganan ternak sesudah kelahiran. Penanganan ternak sebelum kelahiran meliputi pemisahan induk bunting dengan ternak lainnya, dan lantai kandang diberi beding atau alas biasanya adalah jerami yang berfungsi untuk menyelamatkan pedet yang baru lahir. Penangan ternak pada saat kelahiran meliputi indukan yang sedang melahirkan diberi sedikit air gula agar menambah energi, penanganan selanjutnya adalah apabila induk mengalami kesusahan saat melahirkan maka bisa diberikan suntikan hormon seperti hormon oksitosin. Penanganan ternak sesudah kelahiran untuk induk adalah mengarahkan agar induk menjilati anaknya untuk menghilangkan lendir berlebih namun jika induk tidak ingin menjilati anakannya maka anakan ditaburi oleh garam agar meningkatkan palatabilitas indukan. Penanganan selanjutnya adalah ambing induk diberi air hangat, lalu induk diberi obat cacing. Penanganan anakan setelah kelahiran diantaranya adalah pemotongan tali pusar kemudian diberikan iodine, penanganan selanjutnya adalah pemberian kolostrum dan obat cacing selama tiga bulan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Ngadiyono (2007), yaitu semua lendir yang ada pada bagian mulut hidung, dan tubuh harus dibersihkan. Tali pusarnya dipotong sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi atau radang pusar. Ambing induk dibersihkan dengan air hangat agar pada saat pedet menyusu, ambing sudah bersih dan tidak terkontaminasi bakteri. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai Perawatan dan Kesehatan Ternak Perawatan ternak Hasil praktikum yang diperoleh, diketahui bahwa ada tiga macam kegiatan perawatan ternak yaitu perawatan ternak masuk, pemeliharaan ternak, dan perawatan ternak keluar. Perawatan ternak masuk meliputi dikarantina, ditimbang, diberi obat cacing, dan direcording. Pemeliharaan ternak yaitu diberi pakan, dimandikan, pencukuran kambing atau domba, dan pemberian obat cacing tiga bulan sekali. Perawatan ternak keluar yaitu ternak ditimbang dan direcording. Syafrial et al. (2007) menjelaskan, tindakan pencegahan penyakit pada sapi adalah dengan menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya termasuk memandikan sapi, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat sehingga bisa dilakukan pengobatan, mengusahakan lantai kandang selalu kering, dan memeriksa kesehatan sapi secara teratur selain itu dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk Pendapat tersebut diperjelas oleh Todingan (2009), ciri-ciri sapi sehat ialah sapi yang memiliki keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas, tidak ada kerontokan pada bulu, selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, bebas bergerak, tanda-tanda fisisologis berada pada kisaran normal, ujung hidung bersih, keempat kaki memperoleh titik berat yang sama, dan peka terhadap lingkungan. Pencegahan dan pengendalian penyakit Hasil praktikum yang diperoleh,diketahui bahwa pencegahan penyakit berupa sanitasi lingkungan, sanitasi ternak, dan apabila ada ternak sakit maka ternak dipisahkan. Pengendalian penyakit adalah dengan pengobatan. Kusumawardana (2010) menjelaskan bahwa, pengendalian penyakit merupakan hal yang sangat penting dilakukan di setiap peternakan. Fikar dan Ruhyadi (2010) menambahkan selain dimandikan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan memotong kuku sapi saat usia 2 tahun , membersihkan kotoran dikandang dan membersihkan tempat makan serta minum. Astiti (2010) memperkuat gagasan tersebut bahwa pencegahan dan pengendalian penyakit penting. Hal ini dikarenakan penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit zoonosis. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada penanganan kesehatan ternak telah sesuai namun kebersihan lingkungan kandang kurang diperhatikan. Terlihat feses di bawah kandang umbaran dibiarkan menumpuk yang seharusnya di bersihkan secara rutin. Pemantauan ternak Pemantuan ternak yang terdapat pada perusahaan sebagai berikut. Pemantauan ternak dilakukan secara rutin setiap hari bersamaan dengan pemberian pakan. Pemantuan dilakukan pada semua ternak pada tiap pertumbuhan meliputi chempe, ternak muda, ternak yang sedang bunting. Pemantauan ternak seiring perkembangan zaman semakin modern. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam pemantauan ternak ditujukan agar dapar meminimalkan kehilangan ternak selama pemeliharaan. Perkembangan tersebut salah satunya merupakan penelitian monitoring pergerakan hewan ternak dengan menggunakan teknologi RFID. Alat berfungsi untuk mencegah terjadinya pencurian hewan ternak sebagai peringatan dini apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi seharusnya. Cara kerja alat ini mengadopsi sistem geombang radio. Alat yang disebut tag RFID memancarkan gelombang yang akan diterima oleh penerima (RFID Reader).Setiap tag memiliki identitas unik yang akan ditransmisikan dan akan dikirim kekomputer untuk diolah. Pengolahan data tersebut diaplikasi di komputer dan memberikan gambaran secara visual tentang status hewan ternak yang masih berada dilokasi yang telah ditentukan. Metode pemantauan ternak Metode pemantauan ternak sebagai berikut. Metode pementauan ternak yang dilaksanakan selama proses pemeliharaan adalah dengan metode observasi. Observasi menurut Alwi (2015) merupakan peninjauan secara cermat. Observasi penting dikarenakan akan memperoleh pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti ada atau terjadi. Ciri- ciri ternak sehat dan sakit Hasil yang diperoleh pada saat praktikum, diketahui bahwa ciri-ciri ternak sehat yaitu mata bersinar, nafsu makan baik, tidak keluar lendir berlebih, dan kaki kuat. Ciri-ciri ternak sakit yaitu mata sayu, nafsu makan berkurang, kaki tidak simetris. Todingan (2009), ciri-ciri sapi sehat ialah sapi yang memiliki keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas, tidak ada kerontokan pada bulu, selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, bebas bergerak, tanda-tanda fisisologis berada pada kisaran normal, ujung hidung bersih, keempat kaki memperoleh titik berat yang sama, dan peka terhadap lingkungan. Ciri-ciri sapi sakit ialah adanya kerontokan pada bulu, selaput lendir memerah, tanda-tanda fisiologis seperti respirasi, pulsus dan temperatur rektal berada diatas atau dibawah kisaran normal, kegiatan memamah biak dilakukan dengan tergesa-gesa, mengalami ketidakseimbangan pada keempat kakinya, dan tidak peka terhadap lingkungan. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai Penyakit yang sering muncul Hasil yang diperoleh pada saat praktikum, diketahui bahwa penyakit yang sering muncul di kandang Laboratorium Ilmu Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan antara lain adalah cacingan dengan gejala rambut berdiri dan penyebabnya adalah cacingan. Penyakit skabies memiliki gejala seperti korengan dan penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei, penyakit diare memiliki gejala yaitu feses encer dengan penyebab adalah E. Coli, dan kembung dengan gejala ternak gelisah, nafsu makan berkurang dengan penyebab terlalu banyak memakan hijauan segar. Murtidjo (2012), bahwa penyakit parasit cacing merupakan penyakit yang secara ekonomis merugikan, karena sapi yang terserang penyakit ini akan akan mengalami hambatan pertambahan berat tubuh. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak sapi diantaranya skabies (kudis) dengan penyebab sarcoptes memiliki gejala bulu rontok dan gatal, dan terdapat kerak diatas bulu yang gatal. Penyakit selanjutnya adalah penyakit kembung perut dengan penyebab pakan hijauan yang terlalu banyak, gejala yang timbul adalah lambung bagian kiri membesar, nafsu makan berkurang, dan sapi gelisah (Syafrial et al., 2007). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai . Obat yang sering digunakan Obat yang sering digunakan sebagai berikut. Valbendasol yang mengandung albendazol 112,5 mg/ml, berfunsi untuk obat cacing dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Vermiprazol yang mengandung albendazol 100mg/ml, berfungsi untuk obat cacing dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Carbasunt yang mengandung carbonat, berfunsi untuk obat luka dengan dosis pemberian secukupnya. Povidone yang mengandung iodine, berfungsi untuk antiseptik dengan dosis pemberian secukupnya.Gusanex yang mengandung larvisida dan antiseptik, berfungsi untuk mencegah luka membusuk dengan dosis pemberian secukupnya. Ivervet yang mengandung invermectin injeksi subkutan dengan dosis pemberian 1ml/50kg BB. Norit yang mengandung karbon aktif, berfungsi untuk obat mencret dengan dosis pemberian 6 sampai 9 tablet. Diambung yang mengandung karbon aktif, berfungsi untuk obat mencret dengan dosis pemberian 6 sampai 9 tablet. Coliboot yang mengandung bolus sulfat diazin trimetoprin obat, berfungsi untuk mencret dengan dosis pemberian 1 tablet. Neo yang mengandung kaokina kaolin, pectia obat mencret dengan dosis pemberian 5ml/50kg BB. Aquaprim yang mengandung sulfida diazine obat injmineksi intramuskular. Vit. B Kompleks yang mengandung B1, B2, B6, danE, berfungsi untuk menyuplai vitamin dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Medoxin L oksitetrasin, berfungsi untuk antiseptik dengan dosis pemberian tibiotik10% BB(ml). Novaldon yang mengandung menthampiron, berfungsi untuk antipiretik dengan dosis pemberian secukupnya. Penanganan ternak sakit Selama pemliharaan tidak ditemukan ternak yang sakit dikarenakan semua ternak sapi dalam keadaan baik. Syafrial et al. (2007) menjelaskan bahwa, diperlukan tindakan pencegahan agar menjaga kesehatan sapi yaitu menjaga kebersihan kandang dan peralatan, sapi yang sakit dipisahkan dan segera dilakukan pengobatan, mengusahakan lantai kandang selalu kering, dan memeriksa kesehatan sapi secara teratur serta dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk. Penanganan Limbah Macam limbah yang dihasilkan Macam limbah yang diketahui selama proses pemeliharaan, yaitu feses,urin, dan sisa pakan. Feses ditangani dengan diproses dibuat pupuk kompos. Urin ditangani dengan dibersihkan rutin pada pagi dan sore hari dan sisa pakan dibuang pada pagi hari dan dijadikan dengan feses ternak. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit, lemak, darah, rambut, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba (Sihombing, 2000). Hasil pengamatan menunjukan kondisi perusahaan belum baik karena ditemui kotoran ternak yang dibiarkan pada bagian bawah belum dibersihkan. Solusinya dapat merubah bentuk selokan sehingga mempermudah pembersihan dan diberlakukannya sanitasi berkala. Penampungan dan pengolahan limbah Limbah yang dihasilkan dari ternak di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan ditangani dengan cara ditampung, tetapi tidak ada pengolahan lebih lanjut dari limbah tersebut. Feses hasil pemeliharaan akan dijual, tetapi untuk urin dan sisa pakan akan langsung dibuang. Ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal atau etanol Sudiarto (2008). Konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan bagi pengusaha peternakan. Limbah peternakanjuga sangat potensial sebagai bahan baku pembuatan biomassa protein sel tunggal (PST) sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, udang dan ikan. Demikian juga sebagai bahan bakar, limbah peternakan merupakan sumberdaya yang sangat potensial. BAB III PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan yang ada dalam praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan adalah pengolahan limbah yang belum sesuai. Limbah yang dihasilkan dari ternak yang berupa feses, urin dan sisa pakan ditumpuk di belakang kandang. lanjut. Hal ini akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan dapat menimbulkan sumber penyakit bagi ternak dan lingkungan sekitar. Solusi dari permasalahan penanganan limbah adalah adanya pengolahan limbah yang dihasilkan ternak. Limbah dapat diolah menjadi pupuk organik.Pengolahan limbah selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, juga dapat memberikan nilai tambah. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh simpulan bahwa pemilihan bibit untuk pembesaran, pemilihan calon induk dan pejantan juga pemilihan bakalan untuk penggemukan dimaksudkan untuk menghasilkan produksi yang baik. Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ternak karena memiliki pengaruh sekitar 70% dari biaya produksi, sehingga perlu dipilih dan disusun dengan baik agar produksi maksimal dan efisien. Deteksi birahi merupakan suatu cara untuk mengetahui saat ternak sedang birahi. Kesehatan ternak merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Pencegahan penyakit di kandang milik laboratorium ternak potong yaitu dengan sanitasi kandang, ternak, tempat pakan, minum, dan kebersihan ternaknya sehingga meminimalisir berkembangnya sumber penyakit yang dapat merugikan. Saran Dihimbau untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas breeding sapi yang ada di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan seharusnya dilakukan pemilihan manajemen kandang yang tepat agar diperoleh ternak yang unggul. Manajemen pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan ternak agar pakan yang diberikan dapat seefektif. Selain itu perlu dilakukan optimalisasi pengolahan limbah ternak agar lebih dapat termanfaatkan.   DAFTAR PUSTAKA AAK. 2000. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta. Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta: Agro Media Pustaka. Abidin, Z., Y. S. Ondho Dan B. Sutiyono. 2012. Penampilan Berahi Sapi Jawa Berdasarkan Poel 1, Poel 2, Dan Poel 3. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2. Alwi, Hasan. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Astiti, L.G.S. 2010. Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit padaTernak Sapi. BPTP, NTB Baliarti, Endang., N. Ngadiyono.,G. Murdjito., I.G.S.Buidiastra., Panjono., T.S.M. Widi dan M.D.E. Yulianto. 2013. Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Darmono. 1995. Tatalaksana usaha sapi kereman. Yogyakarta: Kanisius Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI. 2013. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah. BI. Jakarta. Desinawati, N., dan Isnaini, N. 2010. Penampilan Reproduksi Sapi Peranakan Simmental di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Jurnal Ternak Tropika. Vol. 11. No. 2. Direktorat Perbibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan Uji Performan Sapi Potong. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementrian Pertanian. Jakarta. Dirjen Bina Mrga. 2006. Petunjuk Drainase Permukaan Jalan. Kementrian Perjaan Umum, Jakarta. Fikar, Samsil dan dadi Ruhyadi. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka Guntoro, S. 2002. Membudidaykan Sapi. Yogyakarta: Kanisius Halifah, J. dan Qomariah N. 2010. Budidaya Penggemukan Sapi Potong. BPTP Sulawesi Selatan. Makassar. Hardiansyah, Ismail. 2013. Pentingnya Perencanaan Tata Letak Kandang. www.saungdomba.com. Diakses pada 29 April 2015 pukul 13.52. Hartati, A. R. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Perkembangan Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Hartadi, Hari., Tillman, A.D., S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma Dan S.Lebdosoekoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Hartiati., A. Rasyid., dan J. Efendy. 2010. Pemeliharaan Jantan Pemacak Sapi Potong. Kementrian Pertanian, Indonesia. Hasyarif, S.Y., A. Achmad., dan M. Niswar. 2014. Monitoring Ternak Menggunakan Teknologi RFID. Pasca UNHAS Kusumawardana, Chandra. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas peternakan Dan Perikanan kabupaten Sragen. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Mutidjo, B. A. 2012. Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. Livecrop. 2015. Veterinary Handbook for Cattle, Sheep & Goats. Australian Livestock Export Corporation Limited, Australia McWilliams, Jerry. 1979. The Preservation and Restoration of Sound Recordings. Tenn : American Association for State and Local History, Nashville. Mentri Pertanian. 2003. No. 240/Kpts/OT.210/4/2003. Kementrian Pertanian, Indonesia. Murtidjo. 2012. Strategi Ternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek. Erlangga Jakarta Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama. Yogyakarta. Pawere, F. R., E. Baliarti., dan S. Nurtini. 2012. Proporsi Bangsa, Umur, Bobot Badan Awal dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan pada Usaha Penggemukan. Buletin Peternakan. Vol. 36. No. 3. Poultry Shop Semarang. 2012. http://www.poultryshopsemarang.com/ 2012/06/carbasunt-spray-obat-luka-dan-anti.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014. Prabowo, Sigid. 2010. Ciri Eksortir Bibit Sapi Potong yang Baik. Dikases pada 22/03/2015http://sigid.blog.ugm.ac.id/2010/04/12/ciri- eksterior-bibit-sapi-potong-yang-baik/ Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2007. Sistem Perbibitan Sapi Potong. Departemen Pertanian. Rianto, Edy. 2004. Kandang Kambing. LPKM UNDIP, Semarang Rianto, E dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Ternak Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Departemen Pertanian, Jawa Barat. Redaksi AgroMedia. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Santoso, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Swadaya. Jakarta. Sarwono, B dan H.B. Arianto. 2003. Penggemukan Sapi Potong secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudiarto, B. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bandung Supriyadi. 2013. Macam Bahan Pakan Sapi dan Kandungan Gizinya. yogya.litbang.pertanian.go.id/.../index.php?...kandungan23:37 pada 12/05/15 Syafrial., E. Susilawati., dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong. Balai Penelitian dan pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jambi. Sodiq, A., dan Budiono, M. 2012. Produktivitas Sapi Potong pada Kelompok Tani Ternak di pedesaan. Vol. 12. No. 1. Agripet. Sugeng, Y. B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Sunardi. 2005. Manfaat Recording Terhadap Dunia Peternakan. BBIB Singosari, Malang. Susilawati, E., dan Masito. 2010. Teknologi Pembibitan Ternak Sapi. Balai Teknologi Pertanian Jambi. Kementrian Pertanian. Todingan, L. 2009. Pemilihan dan Penilaian Ternak Sapi Potong Calon Bibit. Dinas Peternakan. Sulawesi Selatan. Utomo, Ristianto. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT Citra Parama, Yogyakartaa Utomo, R., S.P.S. Budhi, A. Agus, C.T. Noviandi. 2008. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada Yulianto, Purnawan dan C. Saparinto. 2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Itensif. PS, Jakarta. LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar foto kegiatan Obat yang sering digunakan untuk sapi Kandang umbaran sapi Kandang individu sapi Lampiran 2. Perhitungan pakan sapi Lampiran perhitungan acara I sistem pemeliharaan sapi. Perhitungan pemberian pakan Pakan yang diberikan : 3% x 327 kg= 9,81kg Pemberian hijauan : 60% x 9,81 kg = 5,886 kg Pemberian konsentrat : 40% x 9,81 kg = 3,924 kg Pemberian As Feed Hijauan : 100/22 x 5,886= 26,75 Konsentrat : 100/86 x 3,924 = 4,56 kg Lampiran 3. Perhitungan THI sapi THI = 0,8 Ta + (RH x Ta)/500, Ta = suhu (oC) RH = kelembapan (%) THI Pagi Suhu = 27,2oC Kelembapan = 96% THI = 0,8 (27) + (96 x 27,2%)/500 THI= 70,12 THI Siang Suhu = 32,6oC Kelembapan = 66% THI = 0,8 (27,2) + (27,2 x 66%)/500 THI= 78 THI Sore Suhu = 30,6oC Kelembapan = 78% THI = 0,8 (30,6) + (30,6 x 78%)/500 THI= 70,92 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Prospek usaha industri ternak kambing dan domba cukup menjanjikan mengingat pasarnya masih terbuka luas, baik pasar di dalam negri maupun di luar negri. Permintaan yang tinggi akan produk utama dan olahan dari ternak kambing dan domba, menjadi peluang tersendiri bagi pelaku ekonomi dari hulu dan hilir. Meningkatnya permintaan tersebut terjadi ketika hari-hari besar, terutama hari raya Idul Adha. Hal ini dikarenakan produk peternakan memiliki keunggulan dibanding produk pertanian. Keungulan tersebut yaitu memiliki nilai gizi yang tinggi, mudah dicerna dan diserap kandungan gizinya, mempunyai cita rasa dan aroma yang lezat, sesuai kebutuhan manusia, serta bernilai ekonomis yang tinggi (Suryanto et al., 2008). Usaha ternak kambing dan domba makin berkembang karena modal yang dibutuhkan untuk usaha tidak terlalu besar sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Perputaran modalnya pun relatif cepat karena dengan manajemen yang baik, ternak domba dan kambing mampu beranak tiga kali dalam 2 tahun (Panjono et al., 2008). Selain itu, ternak kambing dan domba mampu mencerna pakan secara efisien dengan kualitas rendah seperti rumput, dedaunan bahkan limbah pertanian di pedesaan. Agar usaha pemeliharaan ternak menguntungkan makan diperlukan pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mudah diterapkan. Penggemukan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak. Tujuan penggemukan kambing dan domba adalah pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu cepat dan menghasilkan kuantitas serta kualitas karkas yang tinggi (Purbowati, 2009). Pemeliharaan kambing dan domba juga tidak selalu tujuannya untuk menghasilkan produk utama namun juga produk sampingan atau limbah peternakannya saja. By-products pemotongan ternak dari kambing dan domba seperti kulit dan bulu jug memiliki nilai yang tinggi. Waste products dari kambing dan domba dari pemeliharaan sampai pemotonganpun dapat dimanfaatkan menjadi pupuk dan biogas. Berkembangnya usaha kambing dan domba tidak dapat dipungkiri juga banyak menyerap tenga kerja dan berkontribusi terhadap perekonomian di Indonesia (Widiati dan Kusumastuti, 2013). Oleh sebab itu, potensi yang besar dari produk usaha kambing dan domba dari semua produk yang dihasilkan harus dimaksimalkan untuk kesejahteraan manusia dan bangsa Indonesia itu sendiri. Harapannya dengan banyak yang mengkaji, memperhatikan dan melaksanankan memanajemen pengelolaan komoditas kambing dan domba skala industri yang baik. Kita dapat mengetahui seleksi dan pengadaan bibit yang berkualitas unggul, dapat melaksanakan recording, pemberian pakan yang efisien, mempertahankan kinerja reproduksi yang sesuai tujuan pemeliharaan, perawatan dan pengamanan biologis ternak, dan pengolahan limbah peternakan yang dihasilkan secara baik dan benar sehingga kelak Indonesia menjadi negara yang makmur dan bersahaja. Tujuan Praktikum Praktikum pemeliharaan kambing dan domba bertujuan untuk mengetahui manajemen seleksi dan sistem pemeliharaan, manajemen recording, manajemen perawatan, manajemen sanitasi dam pencegahan penyakit, manajemen pakan, manajemen perkandangan dan penangan limbah. Manfaat Praktikum Praktikum pemeliharaan kambing dan domba bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai pemeliharaan komoditas kambing dan domba, mengetahui berbagai masalah dalam industri ternak potong tersebut serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Selain itu, memberikan pengalaman dan pemahaman kepada praktikan mengenai keuntungan, kerugian serta cara pemeliharaan ternak kambing dan domba secara langsung. BAB II KEGIATAN PRAKTIKUM Pemilihan dan Seleksi Ternak Pemilihan ternak Kriteria Bibit Untuk Pembesaran. Kriteria bibit untuk pembesaran kambing dan domba sebagai berikut.Saat memilih kondisi mata dipilih mata yang bening, bukan yang kemerahan, kondisi mulut dipilih yang bersih dan tidak berlendir, kondisi tulang belakang berbentuk yang lurus dan tidak melengkung ke bawah, wilayah dada bentuknya agak menonjol, memiliki berat lahir yang tinggi, tidak ada cacat dari lahir, keeadaan fisiologinya sehat. Kriteria bibit untuk pembesaran kambing menurut Andoko dan Warsito (2013) adalah tubuh kompak, dada dalam dan dada lebar, garis punggung dan pinggang lurus, serta tubuh besar dan tidak terlalu gemuk, jinak dan sorot matanya ramah, kaki lurus dan tumit tinggi, gigi lengkap mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata, dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tetapi dari induk yang muda, untuk betina ambingnya simetris, tidak menggantung dan berputing dua buah, untuk pejantannya aktif dan berlibido tinggi. Kriteria untuk domba yang baik menurut Cahyono (1998) hampir mirip dengan kambing, secara spesifiknya yaitu memiliki tingkat kesuburan tinggi (dalam 2 tahun mampu melahirkan tiga kali), memiliki kemungkinan kembar lebih dari 50% atau jumlah anak pada setiap kelahiran lebih dari 2 ekor, kecepatan pertumbuhannya baik (dalam waktu singkat presentasi karkas tinggi baik kualitas maupun kuantitas), memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi (tidak rentan penyakit), memiliki angka kematian rendah pada saat masih kecil dan saat melahirkan. Perbandingan antara hasil diskusi dengan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Kriteria induk dan pejantan.Kriteria induk dan pejantan sebagai berikut. Pemilihan calon untuk induk memiliki kriteria memiliki fertilitas yang tinggi, memiliki silsilah kelahiran yang normal dan mortalitas anak yang rendah, tidak memiliki silsilah mengalami retensi plasenta dan prolapsus, memiliki performa reproduksi yang baik antara lain angka s/c yang rendah, memiliki angka panen anakyang tinggi, littersizeyang tinggi, memiliki sifat keibuan yang baik dan tidak memiliki kelainan pada ambing dan jumlah puting. Pemilihan calon untuk pejantan memiliki kriteria yaitu memiliki libido dan fertilitas tinggi, kaki kuat dan kondisi fisik bagus serta sehat, kantung dan buah zakar normal, jumlah testis sepasang, memiliki kualitas sperma yang baik (secara volume, konsentrasi dan motilitas). Kriteria induk sebagai berikut. Induk betina untuk kambing menurut Mulyano dan Sarwono (2007) yaitu dipilih yang subur ciri-cirinya terlihat ketika menjelang kawin, sementara untuk pejantan dipilih dari salah satu kelompok kambing jantan yang kondisinya pertumbuhan dan perkembangannya baik, serta memiliki penampilan tergagah dari calon pejantan yang ada. Penampilan fisik calon pejantan berdada yang bidang dan permukaan dada terlihat lebar dari jarak antara kanan dan kiri. Kedua testis normal dan bergantung erat. Badan tampak panjang dengan kaki kuat dan tumit tinggi umur pejantan berkisar 1 sampai 1,5 tahun. Kriteria untuk induk domba menurut Rismayati (2010) memiliki bentuk tubuh ideal (kompak dada dalam dan lebar, garis punggung lurus, bulu lunak dan mengkilat, tubuh besar tetapi tidak terlalu gemuk), Sifat keindukannya baik (penampilan jinak, sorot mata ramah), kaki normal (kaki lurus dan tumit tinggi), keadaan gigi normal ( jumlah gigi lengkap, rahang atas dan bawah rata), berasal dari keturun kembar atau beranak kembar, ambing tidak terlalu menggantung (simetris jumlah putingnya dua buah). Kriteria untuk calon pejantan memiliki bentuk tubuh ideal (tubuh besar, dada lebar, tubuh relatif panjang, bagian tubuh sebelah belakang lebih besar dan lebih tinggi, tetapi tidak terlalu gemuk), penampilan (gagah, mencerminkan kemampuan menurunkan sifat yang baik pada anaknya, aktif gerakannya (ramah, aktif dan siap mengawini iduk yang birahi), berasal dari keturunan kembar , berumur antara 1,5 sampai 3 tahun. Perbandingan antara hasil praktikum dengan literatur maka hasil yangg didapat sudah sesuai. Gambar 3. Kriteria induk (Rismayati, 2010) Gambar 4. Kriteria pejantan (Rismayati, 2010). Kriteria bakalan untuk penggemukan. Kriteria bakalan untuk penggemukan untuk kambing dan domba sebagai berikut.Secara umum ciri bakalan yang baik adalah yang berbadan sehat, dapat digemukan, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Umur berada saat laju pertumbuhan tinggi sehingga ada efisiensi penggunaan pakan, nafsu makan baik, tempramen tenang, kondisi dapat kurus namun tidak sakit dan sedang memasuki fase pertumbuhan kompensasi. Mengutamakan pemeliharran pejantan karena lebih cepat pertumbuhan. Pejantan akan lebih cepat menjadi gemuk jika di kastrasi. Kastrasi dalam penggemukan berfungsi sebagai agar laju pertambahan berat badan lebih optimal. Kastrasi pada kambing jantan dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup. Kriteria kambing untuk penggemukan menurut Mayang (2012) bila dilihat dari depan, badan berbentuk silinder dan jika dilihat dari samping berbentuk segi empat. Bagian muka lebar, dalam dan menonjol ke depan. Perbandingan panjang badan, tinggi dan bagian tubuh lainnya serasi. Kulit halus, longgar dan lentur serta jaringan lunak dibawah kulit tebal.Proporsi perkembangan bagian tengahdan depan sama kuat.Leher dan bahu yang dimiliki lebar. Kriteria domba untuk penggemukan menurut Harianto (2012) yaitu berbadan sehat dan tidak cacat, bulu halus tidak kasar dan tidak gimbal, umur domba kurang dari satu tahun, gigi susu belum ada yang tanggal, berbobot badan berkisar 15 sampai 20 kg. Adanya kastrasi menurut Sariubang dan Qomariyah (2010) dapat menjadi gemuk karena karena kastrasi berpengaruh terhadap mekanisme hormonal. Kastrasi akan menghentikan aktivitas testis, menyebabkan kelenjar asesorius mundur aktivitasnya, sifat khas jantan berangsur hilang dan kegiatan spermatogenesis berhenti dan terjadi deposisi lemak dalam tubuh. Perbandingan antara hasil praktikum dengan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Metode seleksi ternak Metode seleksi ternak merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh ternak berkualitas baik yang dilakukan dengan seleksi dan diakhiri dengan afkhir untuk ternak yang performanya jelek. Metode seleksi ternak yang diamati yaitu proses seleksti tergantung dari kebijakan dan ketentuan perusahaan. Kebijakan dan ketentuan dalam menyeleksi ternak yang dipelihara meliputi pemelihan bibit untuk pembesaran, kriteria calon induk dan pejantan dan kriteria bakalan untuk penggemukan tiap masing-masing perusahaan berbeda-beda. Prinsip dari seleksi yaitu : Memilih breeding stock (induk/pejantan) yang terbaik dalam satu populasi di suatu lokasi sehingga mendapatkan elite breeders, elite breedersnantinya ditempatkan dalam satu lokasi dengan perlukan sama, anak yang dilahirkan dipelihara dengan perkukuan yang sama dana yang memliki performa terbaik menjadi breeding stock. Metode seleksi yang umumnya digunakan dibeberapa perusahaan yaitu, pedigree artinya berdasarkan asal usul, progeny test dengan uji zuriat (menilai seekor calon pejantan berdasarkan pada penampilan anaknya), seleksi penyingkiran secara bebas yaitu seleksi terhadap macam sifat dilakukan secara bersamaan dalam generasi yang sama, seleksi tandem yaitu seleksi satu sifat dahulu, kemudian dilakuan terhadap kriteria kedua dan untuk beberapa generasi, seleksi indeks yaitu semua ternak dinilai untuk kriteria yang diseleksi dalam waktu yang sama dan dibuat dalam satu indeks. Hal-hal yang dilakukan selama proses selesksi ternak yaitu menyeleksi ternak bedasarkan kriteria tertentu untuk pejantan dan indukan dalam kurun waktu tertentu dan mengafkhir untuk ternak yang tidak sesuai kriteria performanya (Baliarti et al ., 2013).Perbandingan antara hasil praktikum dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Penilaian ternak Pemilihan ternak yang tertera pada tabel 5. Tabel 5. Penilaian ternak kambing dan domba Bangsa No. identifikasi Nilai Ciri-ciri Garut Desi SKT 4 Untuk kondisi tubuh sedang, dan paha terlihat sudah berisi, PE Kejobong CP4 Rpm SKT2 SKT2 Tulang rusuk menonjol kurang dari tiga; derah rusuk, pantat dan paha terlihat tipis. Tulang rusuk menonjol kurang dari tiga; derah rusuk, pantat dan paha terlihat tipis. Penilaian ternak jantan dan betina. Penilaian yang digunakan untuk menilai ternak kambing dan domba jantan adalah Body Condition Score (BCS). BCS adalah nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul (Hayati et al., 2002). BCS yang diperoleh dari observasi diketahui bahwa ternak kambing dan domba sebagai berikut. Domba garut dengan nomer identifikasi Desi diperoleh nilai SKT4, kambing PE dengan nomer identifikasi CP4 diperoleh nilai SKT 2, dan kambing kejobong dengan nomer identifikasi Rpm diperoleh nilai SKT 2. Skor tubuh menurut Vincent (2005) dikembangkan untuk domba tetapi dapat digunkan pula untuk kambing. Penilaian didasarkan atas perasaan (pendapat hati nurani). Keakuratannya telah di uji dengan percobaan. Vicent (2005) menambahkan bahwa SKT 1 diberikan untuk ternak dengan tulang punggung mengangkat dan sangat terlihat. SKT 2 diberikan untuk ternak dengan tulang punggung mengangkat dan nyaris terlihat . Pin dan tulang pinggul yang jelas dan nyaris terlihat. Terakhir rusuk pendek dengan ujung tajam yang dan mudah dirasakan dikategorikan kurus. SKT 4 diberikan untuk ternak berpenampilan penampilan bulat montok. Tulang punggung hanya bisa dirasakan. Tulang pinggul halus dan bulat. Ujung rusuk pendek tidak dapat dirasakan dikategorikan gemuk. Kondisi di perusahaan yang sudah diamati, diketahui bahwa penilaian yang dilakukan sudah baik dan relatif akurat untuk kambing dan domba di kandang. Kondisi kandang sudah sesuai karena sudah memenuhi persyaratan diantaranya memberikan rasa nyaman, memberikan perlindungan, mempermudah perawatan dan pemantauan, memberikan keamanan dan kesehatan. Penempatan lokasi kandang pun sudah sesuai dan mempermudah dalam mobilisasi dari induk, pejantan dan anakan dalam menjalani hidupnya. Perbandingan antara hasil praktikum dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Gambar 5. SKT tubuh kambing dan domba (Vincent, 2005) Penanganan ternak sebelum program pembibitan Penangan ternak sebelum pembibitan sebagai berikut. Ternak yang datang dari truk/ mobil pengangkut diturunkan dan dilakukan pencatatan recording dan identifikasi. Ternak kemudian diistirahatkan sebentar (bila perlu diberi minum), kemudian dilakukan pengecekan antemortem dan data fisiologis. Ternak yang sudah dicek kemudian dimasukan ke kandang karantina untuk mendapat perawatan lebih lanjut seperti pemberian obat cacing, vitamin B, anti biotik dan bila perlu pemotongan kuku serta rambut. Ternak yang sudah dirawat selanjutnya dimasukan ke kandang sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Selama pemeliharaan dilakukan manajemen pemeliharaan yang baik dan benar. Perusahaan melakukan penangan ternak sudah baik, namun masih dijumpai ternak kambing dan domba diturunkan dengan paksa tanpa bantuan sarana penurun ternak yang layak. Solusi perusahaan yang tidak memiliki sarana penurunan ternak adalah dengan pengadaan Loading chutte. Loading chutte berfungsi memudahkan dalam menaikan dan menurunkan ternak ke dan dari kendaraan (Baliartiet al., 2013). Fungsi ternak diisirahatkan setelah dari truk adalah agar ternak tidak setres, memiliki cukup energi, dan mencegah ternak dari kelelahan yang menyebabkan sakit (Soeparno, 2005). Penangan ternak yang baru datang menurut Yulianto dan Saparinto (2014) setidaknya melakukan hal-hal berikut. Menyiapkan kandang dan perlengkapan.Menyiapkan pakan dan air minum. Menurunkan ternak dari alat angkut,Menghitung jumlah ternak. Menempatkan ternak berdasarkan jenis dan bobot badannya. Melakukan karantina pada ternak yang sakit seperti pemberian obat cacing, diare. Karantina menurut Peaturan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 37/Permentan/OT. 140/3/2014 (2014) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hamapenyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan/atau keluardari wilayah Negara Republik Indonesia. Ruang lingkup pengaturan tentang karantina ternak diantaranya meliputi; 1. Persyaratan karantina. 2. Tindakan karantina, seperti pemeriksaan kesehatan ternak,pengasingan, pengamatan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. 3. Menetapkan kawasan karantina. 4. Menetapkan jenis dan hama penyakit. 5. Menetapkan tempat pemasukan dan pengeluaran (pos perbatasan antar daerah/ negara),serta pelaksanaan kegiatan karantina dapat dilakukan secara berurutan ; hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-28 dan hari ke-30. Kasus cacingan yang terjadi pada sapi disinyalir dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi predisposisi (pemicu) penyakit tersebut. Faktor-faktor tersebut di antaranya umur, musim atau kondisi lingkungan, keberadaan vektor (inang antara) dan metode pemeliharaan. Pemberian anthelmintika menurut Agrina dalam Info medion (2013) merupakan langkah utama dalam upaya pengendalian dan penanganan cacingan baik pada pedet maupun sapi dewasa. Pemberian anthelmintika sebaiknya tidak hanya dilakukan pada ternak sapi yang telah dipastikan positif cacingan mengingat hampir sebagian besar sapi terutama yang dipelihara secara tradisional menderita cacingan. Program pemberian anthelmintika sebaiknya dilakukan sejak masih pedet (umur 7 hari) dan diulang secara berkala setiap 3 sampai 4 bulan sekali guna membasmi cacing secara tuntas dan memutus siklus hidup parasit tersebut. Recording Tahapan recording Recording adalah proses pengambilan data yang atau menerjemahkan informasi ke format rekaman yang disimpan pada beberapa media penyimpanan , yang sering disebut sebagai catatan atau, terutama jika media auditori atau visual, rekaman (McWilliams,1997). Tahapan recording yang diamati sebagai berikut. Recording diawali dengan pendataan terhadap ternak ketika ternak pertama kali datang. Ternak yang datang kemudian dilakukan recording terhadap identifikasi ternak, ternak, pakan, kesehatan, perkawinan, kelahiran, penimbangan bobot badan, mobilisasi ternak, pemotongan dan finansial. Tahapan identifikasi ternak, klasifikasi dan pengelompokan ternak, recording segala aspek (Baliarti et al., 2013) Recording yang diamati berfungsi untuk membantu mengingat data, efisiensi waktu, tenaga dan biaya, Memudahkan dalam monitoring, kontrol, serta evaluasi usaha. Mengetahui keuntungan yang diperoleh sebagai dasar perencanaan pengembangan usaha dan seleksi ternak untuk pembibitan. Pendapat tersebut diperkuat oleh Sunardi (2015) yang menyatakan bahwa fungsi recording yaitu memudahkan pengenalan terhadap ternak, terutama recording yang terpasang langsung pada ternak ataupun di dekat ternak seperti ear tag, pengkodean ternak, penamaan, papan nama, foto, pemberian ciri-ciri pada ternak. Memudahkan dalam melakukan penangan, perawatan maupun pengobatan pada ternak, berdasarkan catatan-catatan yang dimiliki. Recording berfungsi untuk mempemudah dalam seleksi ternak yang masuk serta melakukan penangan. Recording menurut Munir (2001) bisa berupa asal usulnya (pejantan dan induknya) , bangsanya , tanggal kelahiraan, pemeberian tato atau kalung dan recording dapat dilakukan sejak anakan lahir sampai dewasa. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Memudahkan manajemen pemeliharaan terutama jika ternak tersebut membutuhkan perlakuan khusus. Menghindari dan mengurangi kesalahan manajemen pemeliharaan, pengobatan, pemberian pakan ataupun produksi semen Memudahkan dalam melakukan seleksi ternak sehingga didapatkan ternak yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan kesehatan, berat lahir, Menghindari terjadinya in breeding. Menjadikan pekejaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah usaha peternakan yang besar. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Macam recording Recording identifikasi ternak data yang diambil meliputi bangsa, warna, jenis kelamin. Recording ternak data yang diambil meliputi jenis ternak yang dipelihara, recording pakan data yang diambil meliputi pemberian pakan dan jenis pakan. Recording kesehatan data yang diambil meliputi kondisi kesehatan selama pemeliharaan. Recording perkawinan data yang diambil meliputi tanggal perkawinan, identitas betina dan pejantan. Recording kelahiran data yang diambil meliputi waktu dan tanggal lahir. Recording penimbangan bobot badandata yang diambil meliputi berat badan, ADG. Recording mobilisasi ternakdata yang diambil meliputi ternak ke kandang satu ke kandang lainnya. Recording pemotongandata yang diambil meliputi berat karkas dan perbandingan MBR. Recording finansial data yang diambil meliputi keuntungan, kerugian, BEP, harga jual dan beli. Macam recording meliputi identifikasi, dokumentasi, catatan khusus dan sertifikat ternakmenurut Sunardi (2015). Pendapat tesebut secara spesifik dijelaskan oleh Baliarti et al., (2013) bahwa macam recording yaitu recording identifikasi, recording klasifikasi dan pengelompokan ternak, recording segala aspek (pakan, kesehatan, breeding, fattening, recordingbedasarkan periode (harian, mingguan, bulanan dan tahunan), recording bedasarkan jumlah (individu dan kelompok. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Komposisi dan Struktur Ternak Komposisi dan struktur ternak yang disajikan pada tabel 6. Tabel 6 . Komposisi dan struktur ternak kambing dan domba Bangsa Anak Muda Dewasa Total Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina DET 1 2 4 1 3 2 14 26 Garut1 1 2 0 4 1 2 10 Garut 2 0 0 0 0 1 16 17 Garut 3 0 4 0 3 2 4 13 DET 2 0 1 0 0 0 1 2 PE 0 0 1 3 5 20 29 Kejobong 0 0 0 3 3 5 11 Kacang 0 2 0 0 1 7 10 Total 3 13 2 16 15 69 118 Hasil yang didapat menunjukan komposisi dan struktur ternak sebagai berikut. Bangsa yang diamati yaitu domba dan kambing (domba ekor tipis (DET) , domba garut, kambing peranakan etawa (PE), kambing kejobong, dan kambing kacang. Jumlah DET 1 dari anak sampai dewasa 26 ekor. Jumlah pada tahap anak untuk jantan 2 ekor dan betina 4 ekor. Jumlah DET 1 pada tahap muda untuk jantan 1 ekor dan betina 3 ekor. Jumlah DET 1 pada tahap dewasa untuk jantan 2 ekor dan betina 14 ekor.Jumlah DET 2 dari anak sampai dewasa 2 ekor. Jumlah pada tahap anak untuk betina 1 ekor. Jumlah DET 2 pada tahap dewasa untuk betina 1 ekor.Jumlah domba garut 1 dari anak sampai dewasa 10 ekor. Jumlah domba garut 1 pada tahap anak untuk jantan 1 ekor dan betina 2 ekor. Jumlah domba garut 1 pada tahap muda untuk betina 4 ekor. Jumlah domba garut 1 pada tahap dewasa untuk jantan 1 ekor dan betina 2 ekor.Jumlah domba garut 2 dari anak sampai dewasa 17 ekor. Jumlah domba garut 2 pada tahap dewasa untuk jantan 1 ekor dan betina 16 ekor. Jumlah domba garut 3 dari anak sampai dewasa 13 ekor. Jumlah domba garut 3 pada tahap anak untuk betina 4 ekor. Jumlah domba garut 3 pada tahap muda untuk betina 3 ekor. Jumlah domba garut 3 pada tahap dewasa untuk jantan 2 ekor dan betina 4 ekor. Jumlah kambing PE dari anak sampai dewasa 29 ekor. Jumlah kambing PE pada tahap muda untuk jantan 1 ekor dan betina 3 ekor. Jumlah kambing PE pada tahap dewasa untuk jantan 5 ekor dan betina 20 ekor. Jumlah kambing kejobong dari anak sampai dewasa 11 ekor. Jumlah pada tahap anak untuk betina 30ekor. Jumlah kambing kejobong pada tahap muda untuk betina 3 ekor. Jumlah garut 2 pada tahap dewasa untuk jantan 3 ekor dan betina 5 ekor. Jumlah kambing kacang dari anak sampai dewasa 10 ekor. Jumlah pada tahap anak untuk betina 2 ekor. Jumlah kambing kacang pada tahap dewasa untuk jantan 1 ekor dan betina 7 ekor. Diketahui bahwa kondisi populasi di peternakan sudah baik karena jumlah indukan betina memiliki jumlah yang paling banyak. Hal tersebut sesuai dengan tujuan peternakan sebagai usaha perbibitan atau breeding. Hal yang perlu diperhatikan adalah populasi cempe yang dihasilkan di peternakan yang siap dijual maupun sebagai replacement stocksehingga keberlangsungan usaha dipeternakan dapat dipertahankan Komposisi dan struktur ternak yang terdapat pada Unit Teaching and Research Farm [Experimental Farm]Fakultas Peternakan Universitas Jendral sudirman sebagai berikut. Kandang F, ukuran 6mx12m = 72 m persegi, kapasitas 20 ekor (Domba); Kandang E, ukuran 6mx9m = 54 m persegi, kapasitas 14 ekor (kambing). Jenis ternak yang dipelihara yaitu kambing peranakan etawah (PE), peranakan saanen, jawa randu, domba lokal, domba ekor gemuk, domba Teksel. Komposisi ternak : betina dewasa, jantan dewasa, dara, perjaka dan cempe (Anonim, 2013). Perbandingan jantan dan betina didalam suatu kandang sangat menentukan kinerja pejantan dalam mengawini betina. Perbandingan jantan dan betina menurut Redaksi Agromedia (2010)satu ekor pejantan dapat mengawini 20 sampai 25 ekor betina dan dalam sehari dapat melakukan perkawinan 4 sampai 5 kali. Sebanyak 2 sampai 3 hari/minggu. Pejantan yang baik selalu dalam keadaan berahi. Setiap menerima rangsangan atau mencium bau kambing betina yang berada tidak jauh darinya maka berahinya akan bangkit. Domba menurut Yunan (2012) satu ekor domba jantan digabungkan dengan 5 ekor domba betina di satu kandang kandang kawin selama 40 hari. Perkandangan Lokasi Lokasi yang digunakan bertempat di kandang Laboratorium Ilmu dan Industri Ternak Potong Fakultas peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lokasi peternakan tersebut beralamat di karang malang depok, Sleman Yogyakarta. Lokasi ini dekat dengan sumber sarana produksi dan tempat pemasaran serta sumber air. Lokasi yang dipilih iklimnya cocok untuk ternak potong. Akses untuk kendaraan seperti sepeda montor dan mobil masuk ke lokasi sangat mudah namun tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini dikarenakan, lokasi didirikanya berdekatan dengan perkampungan warga, asrama mahasiswa UGM, dan kampus UNYsehingga tak jarang mendapat protes karena bau yang ditimbulkan. Peternakan yang berdiri lokasinya harus sesuai dengan aturan rencana umum tata ruang daerah Yogyakarta yang menyebutkan bahwa syarat minimal adalah jauh dari perkampungan, tidak mendapat protes dari warga dan tidak mencemari lingkunga (Baliarti et al., 2013). Hal tersebut menunjukan bahwa lokasi di kandang peternakan Laboratorium Illmu dan Industri Ternak Potong belum ideal karena dekat dengan pemukiman warga. Mengingat bahwa kondisi peternakan yang memiliki peranan penting dan tidak dapat dipindahkan maka, hal yang sebaiknya dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan dan penanganan limbah secara tepat sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berakibat dapat ditutupnya usaha peternakan. Tata letak kandang Penentuan tata letak kandang harus memperkirakan fasilitas apa yang dibuat, berapa kapasitasnya, ukuran dan bentuknya. Fasilitas yang harus ada secara umum yang ada di area peternakan meliputi kandang, lahan hijauan, gudang, pakan, timbangan, instalasi (air,listrik dan pengolahan limbah), handling yard, kantor, mess, dan pos satpam. Prinsip pembangunan yang terpenting adalah seefisien mungkin, efektif, harga murah, dan berkualitas bahan bangunannya. U Keterangan : 1.Kandang kelinci 2. Kandang Peranakan Etawa 1 3. Kandang Peranakan Etawa 2 4. Kandang Jepit 5. Kandang Beranak 1 6.Kandang Beranak 2 7. Kandang Beranak 3 8. Kandang Beranak 4 9. Garasi 10. Kandang domba 1 11.Kandang domba 2. 12.Kandang domba 3. 13.Kandang domba 4 14.Kandang domba 5. 15. Kandang sapi 1 16. Kandang sapi 2 17. Kandang sapi 3 18 Kandang sapi 4 19. Kandang sapi 5 20. Kandang sapi 6 21. Kandang sapi 7 22. Kandang sapi 8 23. Kandang sapi 9 24.Kandang umbaran kambing 1 25.Kandang umbaran kambing 2 26.Kandang lepas sapih 1 27.Kandang lepas sapih2 28.Kandang lepas sapih3 29.Kandang lepas sapih4 30.Kandang lepas sapih5 31.Kandang lepas sapih6 32.Kandang lepas sapih7 33.Kandang lepas sapih8 34.Kandang umbaran lepas sapih 35. Kandang umbaran kuda 36.Kandang kuda 1 37.Kandang kuda 2 38.Kandang kuda 3 39.Kandang kuda 4 40.Kandang kuda 5 Gambar 6. Tata letak kandang kambing dan domba. Karakteristik kandang Tabel 7. Karakteristik kandang kambing dan domba Parameter Kandang 1 2 3 4 Jenis kandang Panggung Beranak Umbaran Panggung Atap Monitor Gable Gable Gable Dinding Semi terbuka Terbuka Terbuka Semi terbuka Lantai Bambu Tanah Palving tanah Bambu Ukuran Lokal Kandang 20.1 m2 3,4 m2 53,2 m2 122,8 m2 Isi ternak 8 2 10 12 Ukuran Bangunan Kandang 116,245m2 58,99m2 232,9 m2 64,625 m2 Vol. Tempat Pakan 0,2187m3 0,02 m3 0,432 m3 0,048 m3 Vol. Tempat Minum 0,12 m3 0,12 m3 0,12 m3 0,023 m3 Kemiringan Kandang 0% 0% 12% 0,00% Kemiringan selokan 5% dan 1% 4% dan 1% 0% dan 0% 4 % dan 1%. Floor space 3 meter/ekor 1 meter/ekor 5 meter/ ekor 0,055 meter/ ekor Jenis kandang. Kandang menurut KBBI (2015) adalah bangunan tempat tinggal binatang serta ruang berpagar tempat memelihara binatang. Karateristik kandang bedasarkan observasi sebagai berikut.Pengamatan karateristik kandang mendapatkan hasil jenis kandang 1 sampai 4 berturut-turut, yaitu kandang panggung, kandang beranak, kandang umbaran, dan kandang panggung. Rismayanti (2010) menyatakan bahwa kandang berfungsi untuk menjadi tempat berlindung ternak dari hujan dan terik matahari sehingga ada rasa nyaman. Hal–hal yang harus diperhatikan dalam membuat kandang yaitu : tempat/lahan yang tanahnya kering dan letaknya tinggi, jarak kandang 10 meter dari sumur dan rumah, cukup mendapat sinar matahari pagi yang merata dan udara yang segar serta bersih, terlindung dari hembusan angin langsung, tersedia tempat pakan dan minum yang mudah dibersihkan ,dan menggunakan bahan bangunan yang kuat dan murah. Pesyaratan kandang menurut Rianto (2004) yaitu kandang hendaknya dibuat dari bahan yang murah, kuat serta mudah didapatkan, pertukaran udara berlangsung baik, sinar matahari dapat masuk , kandang mudah dibersihkan, kandang jauh dari tempat tinggal, lingkungan kandang bersih dan kering serta tidak banyak dilewati lalu lintas umum. Kandang panggung adalah kandang yang alasanya terbuat dari bambu atau material lain yang dibuat sedikit berselah dan memiliki kolong yang berfungsi, agar ketika ternak buang kotoran dan urin langsung mengalir kebawah. Kandang beranak adalah kandang yang berfungsi untuk tempat tinggal ternak menjelang proses dan sampai kelahiran anakan. Kandang umbaran adalah kandang yang alasnya terbuat dari paving dan tanah yang berada pada alam terbuka dan diberi atap (Rianto, 2004). Kandang koloni merupakan kandang yang tidak mempunyai penyekat atau kalau disekat. Ciri-ciri kandang ini yaitu ukuran kandang relatif luas, untuk memelihara beberapa kambing dan domba sekaligus. Kandang ini cocok untuk membesarkan bakalan, atau memelihara betina calon induk dan induk kering (betina yang tidak bunting atau menyusui). Luas kandang disesuaikan dengan ukuran tubuh temak, dam jumlah ternak yang dipelihara (Rianto, 2004). Saat melakukan breeding kandang yang paling cocok adalah kandang jenis koloni. Kandang individual merupakan kandang yang disekat-sekat sehingga hanya cukup untuk 1 ekor kambing dan domba. Kandang ini sangat efektif untuk penggemukan.Umumnya kandang ini digunakan untuk membesarkan kambing dan domba bakalan danmenggemukan kambing dan domba afkir yangn kurus. Karena kandang berukuran sempit,gerakan ternak relatif sedikit. Dengan demikian perkembangan lemak dapat diharapkanberlangsung lebih cepat. Kandang beranak dan menyusui adalah kandang yang dikhususkan untuk induk yang baru saja melahirkan dan kemudian menyusui anaknya (Rianto, 2004). Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Atap kandang. Tipe atap kandang 1 sampai 4 berturut-turut ,yaitu atap monitor, atap gable, atap gable, dan atap gable. Jenis atap umumnya monitor, semi monitor, gable, dan shade. Berhubung kandang dibuat pada dataran rendah, kandang yang paling baik adalah jenis monitor. Model atap monitor lebih cocok untuk daerah dataran rendah, karena atap monitor efisien menyerap panas. Pendapat tersebut diperkuat oleh Hartati (2007), pembuatan atap kandang harus memerhatikan iklim. Pembuatan kandang pada daerah panas (dataran rendah), sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Atap kandang yang paling baik dihadapkan menghadap ketimur. Hal ini dikarenakan sinar matahari pagi secara langsung dan untuk menghindari teriknya sinar matahari waktu siang, dengan demikian sinar matahari sebagai pembunuh kuman dan pengering kandang dapat dimanfaatkan secara optimal (Neufert, 2002). Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai Dinding dan alas. Dinding yang digunakan pada kandang 1 sampai 4 yaitu semi terbuka, terbuka, terbuka, dan semi terbuka. Alas yang digunakan pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu bambu, tanah , paving tanah dan bambu. Ukuran pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 20.1 m2, 3,4 m2 , 53,2 m2 , dan 1,2 m2 . Ngadiyono (2012), menyatakan bahwa dinding kandang harus dibuat sesuai dengan kondisi ternak yang akan dipelihara. Dinding kandang sebagai penahan angin secara langsung harus dibuat tidak mudah lepas dan kuat. Bahan untuk pembuatan dinding dapat dari kayu, bambu atau tembok. Susilawati dan Masito (2010) menyatakan bahwa lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau kayu yang kedap air. Biasanya lantai tanah diberi tambahan litter berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya seperti kapur atau dolomite sebagai dasar alas. Bila kondisi litter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang dicampur dengan kapur atau dolomite. Lantai kandang berupa beton atau kayu sebaiknya dibuat miring ke belakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Ukuran lokal kandang. Ukuran lokal kandang yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 116,245m2, 58,99m2, 232,9 m2 dan 64,625 m2. Isi ternak yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 8 ekor, 2 ekor, 10 ekor dan 21 ekor. Hal ini sejalan dengan pendapat Munanto (2014) bahwa kandang induk/utama per ekor kambing membutuhkan luas kandang 1m2, kandang induk luasnya 1,5 m2 dan kandang untuk anakan luasnya 0,75 m2, luas kandang yang diperlukan untuk per ekor kambing jantan pemacek adalah 3 m2. Menurut Rismyanti (2010) menyatakan ternak dengan umur kurang dari 7 bulan membutuhkan luas 0,5 m2, umur 7 sampai 12 bulan membutuhkan luas 0,75 m2, umur lebih dari 12 bulan membutuhkan luas 1 sampai 1,5 m2, umur menyusui membutuhkan luas 1 m2 . Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai Ukuran tempat pakan dan minum. Ukuran tempat pakan yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 0,2187m3, 0,02 m3, 0,432 m3, dan 0,048 m3. Ukuran tempat minum yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 0,12 m3, 0,12 m3, 0,12 m3 , 0,023 m3. Ukuran selokan yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 9,204 m3,9,204 m3, 0 m3, 2,89 m3. Tempat pakan dan minum yang ideal menurut (Neufert, 2002) 1 bakom untuk air minum 30 ekor ternak dan 0,4 kg jerami atau 1,5 dt tahun/hewan dengan ukuran 60 x50 x 40 untuk ternak muda dan betina dan 50 x 60 x 80 untuk ternak jantan. Tempat pakan untuk kambing dan domba menurut Rianto (2014) memiliki lebar dasar 25 cm, lebar atas 50 cm , tinggi 50 cm lebar ruji tempat kepala 30 cm dan tinggi dasar palung 25 cm. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Kemiringan kandang. Kemiringan kandang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 0 %, 0%, 12 % dan 0%. Kemiringan yang terdapat di selokan 1 dan 2 pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu5% dan 1% , 4% dan 1% , 0% dan 0% dan 4 % dan 1%. Kemiringan kandang adalah selesih tinggi permukaan air pada selang ukur dibagi jarak tinggi pengukuran dikali 100%. Kemiringan kandang dan selokan yang ideal untuk suatu usaha didasarkan oleh jenis bahan yang melapisi permukaan jalan air yang mengalir. Berhubung posisi kandang yang miring dan selokan dilapisi beton maka kemiringannya berkisar 4 sampai 6% (Ditjen Bina Marga, 2006). Floor space. Floor space yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 3 meter/ekor, 1 meter/ekor, 5 meter/ ekor dan 0,055 meter/ ekor. Floor space merupakan luas kandang per jumlah ternak dalam kandang. Floor space kandang yang ideal disesuaikan oleh tahapan pertumbuhan dan jumlah ternak. Secara keseluruhan sudah karateristik kandang sudah baik, namun ada kandang yang populasinya terlalu banyak yaitu terdapat pada kandang 4 yang floor spacenya hanya 0,055 meter/ ekor. Solusi yang dapat dilakukan untuk kandang 4, yaitu dengan mobilisasi ternak sehingga ternak tidak terlalu banyak. Hal ini sejalan dengan pengertian kandang yaitu merupakan sebuah tempat tinggal dari ternak yang berfungsi memberikan rasa nyaman, melindungi dari gangguan dari luar dan memudahkan pengelolaan. Kandang yang ideal memiliki luas area dengan syarat minimal ternak dapat berputar 180o. Untuk dewasa ukuran kandang adalah 1 sampai 1,5 meter persegi (Safitri, 2011). . Gambar 7. Tipe atap kandang (Hartati, 2007). Fasilitas pendukung, perlengkapan, dan peralatan kandang Fasilatas pendukung dan peralatan kandang adalah aspek penting dalam menjaga sustainibilitas keberlangsungan usaha. Fasilitas pendukung terdiri dari fasilitas kandang dan perlengkapan kandang. Semua hal tersebut menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Fasiltas kandang yang diamati yaitu tempat parkir 1 buah untuk parkir kendaraan, kamar mandi 2 buah untuk tempat buang hajat dan mandi, ruang diskusi 1 buah untuk diskusi antara praktikan dengan asisten, gudang pakan 1 buah untuk menyimpan persedian pakan ternak,ruang asisten 1 buah untuk tempat menemui dan beristirahat asisten jaga dan pendamping , ruang chopper 1 buah untuk mencacah pakan menjadi kecil , instalasi air 1 buah tempat untuk keluarnya air dari kran melaui pipa air, handling yard 1 buah tempat penangan ternak seperti penimbangan ternak, instalasi listrik 1 untuk mengalirkan listrik ke kandang. Perlengkapan kandang yang diamti terdiri dari tempat pakan 59 buah untuk menaruh huajauan dan konsentrat, tempat minum 53 buah ternak untuk minum ternak, timbangan 1 buah untuk menimbang bobot ternak, kandang jepit 1 buah untuk mempermudah penangan ternak. Perlengkapan kandang yang diamati terdiri dari sekop 2 buah untuk menyerok kotoran ternak, ember 2 buah untuk tempat minum ternak, selang 3 buah untuk mengalirkan air, serok 2 buah untuk menyerok debu, sapu lidi 1 buah untuk menyapu kandang, sepatu kandang 8 buah agar ketika berjalan di kandang tidak terkena kotoran, bak sampah 3 buah untuk mebung sampah, papan tuli 1 buah untuk recording ternak, lemari besi 1 buah untuk menyimpan data yang diarsipkan. Kondisi perusahaan sudah cukup baik, namun banyak peralatan yang sudah rusak seperti serok , pipa kran, tempat pakan dan tidak terawat sehingga berdebu serta banyak peralatan yang hilang. Solusi untuk peralatan yang rusak dadalah dengan mengganti dengan yang baru, melakukan peremajaan sehinga lebih awet, untuk peralatan yang berdebu dialkukan pembersihan berkala, untuk alat yang hilang adalah dengan membeli dengan yang baru dan melakukan pendataan inventaris barang-barang yang ada sehingga resiko barang hilang dan lupa meletakan bisa hilang, kemudian ditambahkan pengadaan pos satpam 24 jam. Manfat fasilitas pendukung menunjang keberlanjutan usaha yang dijalankan, memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian, mempermudah penanganan (perawatan,perlindungan dan proses pemeliharaan). Suhu dan kelembaban Suhu dan kelembapan kandang selama pengamatan sebagai berikut. Pengamatan suhu dan kelembapan kandang dilakukan pada pagi, siang dan sore. Suhu dan kelembapan masing-masing, yaitu pada pagi hari 23 0C dan 81%, siang hari 32, 5 0C dan 43 %, serta sore hari 32,20C dan 47%.Nilai THI pada pagi hari , siang hari dan sore hari berturut-turut , yaitu 70,61, 80,18, dan 80,42. Kondisi suhu dan kelembapan lingkungan kandang sudah sesuai. Hal ini dikarenakan ternak yang dipelihara sudah beradaptasi dengan cuaca dan iklim yang ada di Indonesia. Solusi yang dapat diterapkan untuk pemeliharaan ternak yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia dengan memelihara ternak persilangan yang dapat beradaptasi lingkungan. Suhu optimal kambing dan domba relatif sama, suhu yang digunakan untuk pengembangan (penggemukan) berkisar 10 sampai 14 0C dengan kelembapan udara 60 sampai 75 %, suhu dan kandang ideal untuk ternak betina 8 sampa 10 0C dengan kelembapan udara 60 sampai 75 %, dan kandang pembiakan domba 14 sampai 16 0C dengan kelembapan udara 60 sampai 70 % (Neufert, 2002). Indeks kelembaban suhu (THI) dikembangkan sebagai indikator risiko beban panas.THI menggabungkan pengukuran suhu lingkungan dan kelembaban.THI tidak memasukkan dampak dari radiasi matahari atau kecepatan angin dan karena itu adalah beban ukuran panas lebih akurat daripada indeks yag lain untuk mengukur input ini. Rumus untuk memperkirakan THI adalah: 0,8 * T + RH * (T-14.4) + 46.4di mana T = ambien atau suhu kering-bola dalam ° C dan RH = kelembaban relatif dinyatakan sebagai proporsi yaitu 75% kelembaban dinyatakan sebagai 0,75. Hasil yang didapat kemudian dicocokan dengan tabel 4. Hasil THI menurut Livecorp (2015) yang dikutip dari veterinary handbook cattle, sheep and goatmenunjukan bahwa ternak yang diamti jika diimplementasi ke dalam tabel tidak sesuai karena menunjuka level sangat setres. Ketidaksesuaian tersebut dikarenakan ternak dalam kondisi THI tidak mengalami hambatan atau kesakitan dalam melangsungkan aktivitas hidupnya. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat tidak sesuai. Tabel 8. THI kambing dan domba (Livecorp, 2015) Pakan Bahan pakan Pakan menurut Utomo (2014) adalah segala sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya agar dapat diabsorbsi sebagai zat makanan (gizi/ nutrisi) untuk fungsi hidupnya, bermanfaat bagi pemakannya, dan tidak beracun sehingga tidak mengganggu kesehatan pemakannya atau bahkan menyebabkan kematian bagi pemakannya. Pakan yang diberikan kepada ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan dibagi atas hijauan kering dan hijauan segar. Hijauan kering adalah semua hijauan yang dipotong dan dirawat dan produk lain dengan lebih dari 10 % serat kasar, 35 % dinding sel dan rendah energi netonya per unit berat biasanya karena tinggi kandungan dinding selnya. Hijauan segar adalah hijauan segar dan yang termasuk kelas ini hijauan yang dipotong atau tidak dan diberikan segar. Konsentrat dapat pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 2005). Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sebagai berikut. Bahan pakan yag diberikan kepada ternak yaitu kleci dengan BK 80 sampai 88 %, PK 15%, harga Rp. 3.600 sampai Rp. 3.700 yang didapatkan dari Bantul. Bahan pakan selanjutnya yang diberikan nutri vit dengan BK 86 %, PK 13 % , HARGA Rp. 2.000 yang didapatkan dari Klaten. Bahan pakan yang diberikan terakhir adalah wheat brand dengan BK 88 %, PK 21 %, dengan harga Rp. 20.000 yang diperoleh dari Yogyakarta. Kondisi dipeternakan sudah cukup baik, namun untuk memperoleh produktivitas ternak yang sesuai tujuan pemeliharaannya dibutuhkan pakan bervariasi gizinya. Kleci menurut Supriyadi (2013) menyebutkan bahwa kandungan PK 2,1 %, LK 3,54 %, SK20,97%, abu 1,6%, TDN 42,74%, BK 90,22%. Wheat brand menurut Berghoff (1998) memiliki 63 gr karbo, 16 gr potein, lemak 3 gr, serat 43 gr, zat besi 39 gr dan mengandung vitamin B5. Nutrifeed memiliki kandungan PK 14,44 %, LK 2,77%, SK 15,72%, abu 10,25% dalam keadaan as feed. Solusi pemberian pakan yang belum mencukupi gizinya yaitu dengan menambah variasi gizi pakan. Pemberian pakan paling baik memenuhi standar klasifaikasi pakan internasional, yaitu hijauan kering , pasture, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan additive (Utomo et al., 2008). Proses penyusunan pakan Penyusunan pakan yang diterapkan pada perusahaan sebagai berikut. Penyusunan pakan dilakukan secara manual. Penyusunan dilakukan dengan mengaduk pakan secara merata. Pengadukan ditujukan agar kandungan dalam pakan merata. Keputusan Mentri Pertanian NOMOR : 240/Kpts/OT.210/4/2003 menyebutkan bahwa cara pembuatan pakan yang baik mencakup beberapa tahapan, yaitu : pengadaan bahan baku, penyiapan bahan baku, penyimpanan bahan baku,penggilingan, pencampuran, pembuatan pelet (pelletting), pengemasan, pelabelan dan penyimpanan pakan. Metode pemberian pakan Metode pemberian pakan yang diterapkan oleh perusahaan sebagai berikut. Pakan diberikan induk betina dengan bobot 40 Kg. Pakan hijauan diberikan pada sore hari sebanyak 8 Kg, dan konsentrat diberikan pada pagi hari sebanyak 3 Kg. Pakan hijaun diberikan dalam keadaan bentuk cacah, dan konsentrat diberikaan dalam keaadaan kering dengan metode ad libitum. Metode pemberian sudah baik karena pakan yang diberikan tersedia terus menerus pada pagi dan sore hari. Pemberian konsentrat pada pagi hari dan hijaun sudah tepat. Hal ini dikarenakan ternak lebih aktif pada pagi hari hingga menjelang sore hari sehingga ternak dapat mendapat nutrisi lebih cepat . Selain itu ternak dapat mendapat asupan yang mencukupi dari sore hari hingga menjelang pagi. Solusi untuk peternakan yang belum menerapkan metode pemberian pakan yang teratur dapat menggunakan metode ad libitum. Ad libitum merupakan metode pemberian pakan dan air minum diberikan secara bebas dan terus ada (Utomo, 2012). Reproduksi Deteksi birahi Deteksi birahi pada ternak sebagai berikut. Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ternak yang birahi yaitu dengan memasukan pejantan, pengamatan fisik secara visual pada organ kelamin dan bedasarkan tingkahlaku. Saat praktikum tidak ditemui ternak yang sedang birahi. Ciri-ciri ternak yang sedang birahi atau sedang estrus menurut Ismaya (2014) yaitu berlangsung selama 1 hari, keluar lendir jernih yang mengalir dari cervix yang mengalir dari vagina dan vulva, gelisah, pangkal ekor terlihat sedikt, vulva bewarna merah karena oedem terasa panas, mencoba menunggangi temanya dan pasrah jika ditunggangi sapi lain , sering mengeluh-eluh. Usia ideal untuk dikawinkankan untuk kambing dan domba berturut-turtut yaitu 12 bulan. Pertama kali dikawinkan Usia pertama kali ternak dikawinkan sebagai berikut. Data yang didapat saat diskusi dengan asisten yaitu ternak domba dan kambing pertama kali dikawinkan berkisar pada usia12 sampai 15 bulan. Ternak dewasa kelamin pada usia berkisar 6 sampai 8 bulan. Usia ternak yang melakukan pertama kali kawin sudah sesuai. Kondisi ternak paling baik dikawinkan saat usia diatas 6 sampai 8 bulan hal ini dikerenakan organ kelaminnya belum berkembang dengan sempurna.Domba pertama kali dikawinkan pada usia 12 sampai 15 bulan (Rismayanti, 2014). Kambing pertamakali dikawanin menurut Sarwono (2008) yaitu pada usia 15 sampai 18 bulan. Kondisi pejantan yang paling baik dikawinkan saat usianya 18 samapi 20 bulan untuk domba dan 10 sampai 18 bulan untuk jantan. Selain itu harus memiliki libido tinggi, lingkar skrotumnya besar, testisnya sepasang, fisiknya bagu serta kaki kuat. Alasan harus pada kondisi tersebut kareba pada usia itu sudah dipastikan memproduksi sperma, anatomi dan fisiologi pejantan yang baik dapat meningkatkan keberhasilan pembuahan. Ternak yang dipaksa kawin saat organ kelaminnya belum berkembang sempurna menyebabkan niali s/c tinggi dan tingkat keguguran yang tinggi (Widiati, 2008). Penentuan saat mengawinkan Penentuan saat mengawinkan kambing dan domba sebagai berikut. Perkawinan ternak secara umum tergantung pada siklus estrus, usia dewasa kelamin, lama birahi, dan lama bunting. Kondisi perusahaan yang diaamti sudah baik dan termanajerial dengan baik untuk perkawinannya. Ketentuan perkawinan antara kambing dan domba tidak jauh berberda. Perkawinan pada induk kambing hanya dapat terjadi dalam masa birahi yang berlangsung selama 12 sampai 48 jam, sangat bervariasi antar induk. Ovulasi (pelepasan sel telur) terjadi 12 sampai 36 jam setelah birahi muncul, dan saat kawin paling tepat adalah setelah ovulasi berlangsung.Sistem perkawinan yang dilakukan secara terkontrol yaitu setiap individu induk telah diprogramkan atau ditetapkan untk dikawinkan dengan pejantan terseseleksi tertentu, maka apabila pada seekor induk birahi muncul pada pagi hari sebaiknya induk dikawinkan pada sore harinya, atau bila birahi timbul pada sore hari induk sebaiknya dikawinkan pada keesokanpaginya. Sistem perkawinan kelompok dimana pejantan disatukan dalam kelompok betina, perkawinan dapat terjadi setiap saat, terutama 12 sampai 15 jam setelah tanda birahi muncul (setelah ovulasi). Perlu diingat bahwa masa hidup sel telur berkisar antara 12 sampai 24 jam, sedangkan masa hidup sperma didalam saluran reproduksi induk antara 24 sampai 48 jam. Oleh karena itu, terdapat waktu yang cukup panjang agar pembuahan sel telur oleh sperma dapat berlangsung dengan baik. Siklus birahi atau selang waktu antara dua birahi pada induk kambing berlangsung selama 18 sampai 22 hari. (Ginting, 2009). Metode perkawinan Metode perkawinan pada ternak sebagai berikut. Metode perkawinan untuk kambing dan domba perusahaan ini dilakukan secara alami.Sistem perkawinan alami bisa dilakukan secaraindividu atau kelompok. Sistem erkawinan individu, domba-domba betinaditempatkan di kandang kelompok, dimanapemeriksaan birahi harus dilakukan setiaphari. Sistem ini akan memberikan informasi yang lengkap terhadap fertilitas diantara domba betina maupun pejantan,serta lamanya kebuntingan. Sistem perkawinan kelompok, domba-domba betina ditempatkan di kandang kelompok, dan kedalam kandang tersebut ditempatkan satu ekor pejantan yang sudah diidentifikasi .Tatalaksana perkawinan alami akan berhasil dengan baik apabila peternak memahami persyaratan atau tanda tanda kapan sebaiknya mulai dilakukannya perkawinan (Layla et al., 2006). Metode perkawinan yang lain adalah dengan menggunakan inseminasi buatan (IB) meskipun jarang karena mahal dan beresiko untuk perusahaan ini. IB adalah suatu proses pemasukan atau deposisi sperma ke dalam organ reproduksi betina sat estrus dengan alat buatan dan dibantu manusia. Metode perkawinan pada perusahaan ini sudah sesuai dan cenderung murah karena tidak berbiaya (Ismaya,2014). Deteksi kebuntingan Deteksi kebuntingan merupakan semua tindakan yang dilakukan untuk mengetahui status kebuntingan ternak dalam waktu tertentu. Deteksi kebuntingan dilakukan dengan cara USG, palpasi rektal dan pengamatan tingkah laku. Deteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan biopsi vaginal (mengambil perbedaan tinggi epitel vagina dan kandungan sel), radiologi (bedasarkan tulang belakang fetal pada gambaran x-ray), uji DEEA Gestdect ( bedasarkan corpus luteum persistan) (Widayati, 2008). Secara visual kita dapat mengamati kondisi ternak bunting. Ternak yang bunting ciri-cirinya tempramennya tenang dan tidak minta kawin lagi, menjelang 5 bulan ambing dan perutnya membesar pada bagian kanan, pada umur kebuntingan tua ditandai dengan gerakan dari anak dalam perut, dan tingginya progesteron dalam susu pada ternak. Ciri-ciri ternak bunting menurut Rismayanti (2010) tanda-tanda umum yang tampak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi. Ternak lebih tenang. Tidak suka dekat dengan pejantan. Nafsu makan agak meningkat. Terkadang menggesekan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang. Pertengahan kebuntingaan ternak, perutnya nampak besar pada bagian kanan dan ambing agak turun posisinya.Mafaat kita mengetahui ternak bunting adalah memiliki nilai ekonomis yang penting yaitu susu dan anak, mengetahui perlakuan yang tepat, kehilangan waktu untuk produksi dapat dikurangi karena infertilitas , berkurangnya biaya bereeding / progm yang mahal seperti perlakuan dengan hormon. Penanganan kelahiran Penangan kelahiran ternak sebagai berikut. Penangan kelahiran terdiri dari penangan sebelum kelahiran, saat kelahiran dan sesudah kelahiran. Penangan yang dapat dilakukan pemindahanan ternak yang bunting ke kandang kelahiran setelah sebelumnya dipersiapkan alas yag nyaman untuk ternak yang sudah diberi desinfektan. Sambil menunggu waktu kelahiran ternak diberi pakan dan minum yang berkualitas dan tercukupi sehingga memiliki bekal energiyang cukup untuk proses melahirkan. Menjelang proses kelahiran ternak peternak menyiapkan alat yang dapat membantu saat proses kelahiran dan pasca kelahiran seperti baskom, thermos berisi air hangat, garam, iodin, handuk dan lain-lain dan tidak lupa bila perlu menghubungi dokter hewan. Saat proses kelahiran diusahakan ternak lahir secara normal, jika ternak kesusahan maka barulah dibantu. Saat ternak lahir diusahakan induk yang menjilati anaknya ,jika induk tidak mau maka diberi garam sebagai perangsang agar mau menjilati. Induk yang sudah diberi perangsang dan tetap tidak mau menjilati kita bisa bantu dengan memposisi kepala dibawah agar lendir keluar dan selanjutnya dibersihkan dengan handuk dan air hangat agar bersih. Setelah bersih ternak diusahakan berdiri sendiri agar meminum susu dari induknya, jika tidak bisa berjalan anaknya dibantu berjalan menuju ambing induk agar menyusu. Perawatan dan Kesehatan Ternak Perawatan ternak. Perawatan ternak sebagai berikut. Perawatan ternak terdir dari perawatan saat ternak masuk, perawatan selama pemeliharaan ternak, dan perawatan ternak keluar. Perawatan untuk ternak yang masuk yaitu dengan diberlakukan karantina selama 1 minggu, selanjutnya di identifikasi dan direcording stastus fisiologi dan kesehatannya, diberikan vitamin B agar tenak yang lemas kembali segar. Perawatan ternak saat pemeliharaan diberi pakan pada pagi dan sore hari, ternak secara berkala diberi obat cacing dan multivitamin yang lain agar produktivitas maksimal serta perlakuan ini berlaku juga untuk ternak yang bunting. Perawatan ternak yang keluar meliputi recording dan penimbangan bobot badan serta dijual untuk yang tujuan pemeliharaan breeding dan fattening. Perawatan ternakmeliputi pemandian, pencukuran bulu, perawatan dan pemotongan kuku kaki. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. Pemandian dilakukan dengan cara disikat dan disabuni pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari pagi.Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. Pencukuran dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.merawat dan memotong kuku dipotong sebagai berikut. Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting (Warintek, 2015). Pencegahan dan pengendalian penyakit Pencegahan dan pengendalian penyakit salah satunya dengan cara melakukan sanitasi. Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat dan lingkungandengan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara (Alwi, 2015).Pencegahan penyakit yang diamati dan dilakukan saat praktikum antara lain potong kuku dan rambut. ada beberapa hal yang dapat dilakukan menjaga kesehatan ternak yaitu pemandian, pemotongan kuku dan pencukuran bulu. Kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan teratur sehingga menjaga kesehatan ternak (Rismayanti, 2010). Kuku domba harus dipotong secara rutin setiap 3 smpai 6 bulan sekali.Mencukur bulu sebaiknya dilakukan pada domba yang telah berumur lebih dari 6 bulan dan dilakukan dua kali setahun. Pengendalian penyakit yang diamati dan dilakukan yaitu dengan tindakan langsung kepada ternak yang sakit. Penyakit yang umunya sering dijumpai selama pemeliharaan berlangsung bedasarkan wawancara adalah kuku busuk, scabies, mencret, cacingan, pink eye, dan demam. Maanfaat adanya pencegahan dan pengendalaian penyakit pada termak sangatlah banyak. Pencegahan dan pengendalian penyakit penting karena penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umum nya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit zoonosis. Perbandingan antarahasil dengan literatur yang ada penanganan kesehatan ternak telah sesuai namun kebersihan lingkungan kandang kurang diperhatikan. Terlihat feses di bawah kandang panggung dibiarkan menumpuk yang seharusnya di bersihkan secara rutin (Astiti, 2010). Pemantauan ternak Pemantuan ternak yang terdapat pada perusahaan sebagai berikut. Pemantauan ternak dilakukan secara rutin setiap hari bersamaan dengan pemberian pakan. Pemantuan dilakukan pada semua ternak pada tiap pertumbuhan meliputi chempe, ternak muda, ternak yang sedang bunting. Pemantauan ternak seiring perkembangan zaman semakin modern. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam pemantauan ternak ditujukan agar dapar meminimalkan kehilangan ternak selama pemeliharaan. Perkembangan tersebut salah satunya merupakan penelitian monitoring pergerakan hewan ternak dengan menggunakan teknologi RFID. Alat berfungsi untuk mencegah terjadinya pencurian hewan ternak sebagai peringatan dini apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi seharusnya. Cara kerja alat ini mengadopsi sistem geombang radio. Alat yang disebut tag RFID memancarkan gelombang yang akan diterima oleh penerima (RFID Reader).Setiap tag memiliki identitas unik yang akan ditransmisikan dan akan dikirim kekomputer untuk diolah. Pengolahan data tersebut diaplikasidi komputer dan memberikan gambaran secara visual tentang status hewan ternak yang masih berada dilokasi yang telah ditentukan atau berada di luar lokasi. (Hasyarif et al.,2014). Metode pemantauan ternak Metode pemantauan ternak sebagai berikut. Metode pementauan ternak yang dilaksanakan selama proses pemeliharaan adalah dengan metode observasi. Observasi menurut Alwi (2015) merupakan peninjauan secara cermat. Observasi penting dikarenakan akan memperoleh pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti ada atau terjadi. Ciri-ciri ternak sehat dan sakit Ciri-ciri ternak sehat dan sakit sebagai berikut. Ciri-ciri ternak yang sehat yaitu nafsu makan baik, status faalinya baik dan normal, matany tidak sayu , rambut punggung tidak rontok, permukaan hidung lembab, tidak terlihat kesakitan saat buang air, pose berjalan baik. Ciri-ciri ternak yang sakit terdapat koreng pada kulit, pada alat gerak terjadi pembusukan, hidung meler, pada bagian bulu punggung rontok, terlihat kesakitan saat melakukan proses eskresi. Santoso (2001) juga menjelaskan bahwa ternak yang sakit memiliki ciri-ciri. Ciri-ciri ternak yang sakit antara lain mata pucat, cairan kental yang berbau profus keluar dari lubang tubuh, cairan kental mukopurulent keluar dari hidung, saliva terproduksi terlalu banyak, status fisiologi tidak normal, tidak respon, tidak aktif, dan nafsu makan turun. Ternak yang sakit berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua, yaitu penyakit infeksius dan penyakit non-infeksius. Penyakit infeksius bersifat dapat menular ke ternak yang lainnya. Penyakit infeksius disebabkan oleh bakteri, virus, cacing, artropoda, maupun fungi. Penyakit non-infeksius bersifat tidak menular. Penyakit infeksius biasanya disebabkan oleh difisiensi nutrien. Defisiensi nutrien akan menganggu proses metabolisme sehingga fisiologi tubuh akan terganggu. Penyakit yang sering muncul Penyakit yang sering muncul sebagai berikut. Penyakit yang sering muncul selama pemeliharaan bedasarkan wawancara, yaitu diare, cacingan, pink eye, demam. Diare gejalanya fases cair penyebabnya E. coli. Cacingan gejalanya rambuk rotok, nafsu makan tinggi tapi tidak gemuk-gemuk. Pink eye gejalanya susah melihat pda bagian mata bewarna pink penyebab iritasi permukaan mata. Demam gejalanya suhu tubuh tinggi penyebabnya virus. Flu ternak gejalanya keluar lendir keluar virus influenza. Indikasi ternak terserang diare yaitu feses cair, dan nafsu makan turun. Diare termasuk dalam penyakit bacterial dan juga dapat disebabkan oleh adaptasi pakan yang tidak baik. Indikasi ternak terserang cacingan yaitu rambut kusam, rontok, dan produksi minyak turun (Robert, 1999). Cacingan sering muncul ketika musim hujan. Infestasi parasit internal memberikan efek bervariasi tergantung pada dan tingkat stres yang dialami ternak. Ternak muda dan ternak stres sangat rentan terhadap serangan parasit internal. Infestasi parasit internal menyebabkan penurunan kondisi fisik dan sistem kekebalan tubuh sehingga ternak sangat peka terhadap serangan penyakit yang berujung pada kematian ternak. Beberapa bagian organ ternak yang dipotong tidak jarang terpaksa diafkir karena mengalami kerusakan (Susanti dan Probowo, 2013) Gejala umum yang nampak dari sapi penderita adalah mata merah, sering mengeluarkan air mata dan sering dihinggapi lalat. Bedasarkan ciri-ciri tersebut sapi diduga menderita pink eye. Pink eye adalah penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba dan kambing. Penularan pink eye dapat terjadi melalui kontak dengan ternak terinfeksi, serangga (lalat), rumput dan percikan air yang tercemar. Penyakit ini sering terjadi pada musim panas karena banyaknya debu dan meningkatnya populasi lalat Musca autumnalis sebagai vektor (Susanti dan Probowo, 2013). Obat yang sering digunakan Obat yang sering digunakan sebagai berikut. Valbendasol yang mengandung albendazol 112,5 mg/ml, berfunsi untuk obat cacing dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Vermiprazol yang mengandung albendazol 100mg/ml, berfungsi untuk obat cacing dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Carbasunt yang mengandung carbonat, berfunsi untuk obat luka dengan dosis pemberian secukupnya. Povidone yang mengandung iodine, berfungsi untuk antiseptik dengan dosis pemberian secukupnya.Gusanex yang mengandung larvisida dan antiseptik, berfungsi untuk mencegah luka membusuk dengan dosis pemberian secukupnya. Ivervet yang mengandung invermectin injeksi subkutan dengan dosis pemberian 1ml/50kg BB. Norit yang mengandung karbon aktif, berfungsi untuk obat mencret dengan dosis pemberian 6 sampai 9 tablet. Diambung yang mengandung karbon aktif, berfungsi untuk obat mencret dengan dosis pemberian 6 sampai 9 tablet. Coliboot yang mengandung bolus sulfat diazin trimetoprin obat, berfungsi untuk mencret dengan dosis pemberian 1 tablet. Neo yang mengandung kaokina kaolin, pectia obat mencret dengan dosis pemberian 5ml/50kg BB. Aquaprim yang mengandung sulfida diazine obat injmineksi intramuskular. Vit. B Kompleks yang mengandung B1, B2, B6, danE, berfungsi untuk menyuplai vitamin dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Medoxin L oksitetrasin, berfungsi untuk antiseptik dengan dosis pemberian tibiotik10% BB (ml). Novaldon yang mengandung menthampiron, berfungsi untuk antipiretik dengan dosis pemberian secukupnya. Penanganan ternak sakit Penangan ternak sebagai berikut. Penangan ternak yang sakit pertama kali yang dilakukan adalah dengan nomer identifikasi. No. Identifikasi yang didapatkan adalah Esti, Lokal 6 utara dan Lokal 2 selatan. Ciri-ciri yang terlihat pada masing-masing ternak berturut-turut, yaitu luka diderah telinga, terdapat puting tambahan dan bercak luka dielinga. Ternak dengan nomer identifikasi Esti dan Lokal 2 selatan didiagnosis menderita scabies , sementara untuk Lokal 6 utara didiagnosis terdapat kelaianan berupa puting tambahan. Data yang didapat menunjukan bahwa ternak yang dipelihara dalam kondisi kurang baik. Solusi yang dapat dilakukan untuk penangan ternak tersebut untuk yang menderita scabies yaitu dengan memberi salep dan untuk yang terdapat puting tambahan dengan memotong puting tersebut. Penanganan Limbah Macam limbah yang dihasilkan Macam limbah yang diketahui selama proses pemeliharaan, yaitu feses,urin, dan sisa pakan. Feses ditangani dengan diproses dibuat pupuk kompos. Urin ditangani dengan dibersihkan rutin pada pagi dan sore hari dan sisa pakan dibuang pada pagi hari dan dijadikan dengan feses ternak. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit, lemak, darah, rambut, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba (Sihombing, 2000). Hasil pengamatan menunjukan kondisi perusahaan belum baik karena ditemui kotoran ternak yang dibiarkan pada bagian bawah belum dibersihkan. Solusinya dapat merubah bentuk selokan sehingga mempermudah pembersihan dan diberlakukannya sanitasi berkala. Penampungan dan Pengolahan Limbah Limbah yang dihasilkan dari ternak di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan ditangani dengan cara ditampung, tetapi tidak ada pengolahan lebih lanjut dari limbah tersebut. Feses hasil pemeliharaan akan dijual, tetapi untuk urin dan sisa pakan akan langsung dibuang. Ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal atau etanol Sudiarto (2008). Konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan bagi pengusaha peternakan. Limbah peternakanjuga sangat potensial sebagai bahan baku pembuatan biomassa protein sel tunggal (PST) sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, udang dan ikan. Demikian juga sebagai bahan bakar, limbah peternakan merupakan sumberdaya yang sangat potensial. BAB III PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan yang terdapat dalam manajemen pemeliharaan ternak breeding komoditas kambing dan domba di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan adalah manajemen pakan dan pengolahan limbah yang belum bagus. Dapat dilihat bahwa ternak-ternak yang ada di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan memiliki nilai BCS yang bisa dibilang kecil-kecil. Limbah yang dihasilkan dari ternak yang berupa feses, urin dan sisa pakan tidak diolah lebih lanjut. Limbah padat terutama feses sudah dapat dijual, akan tetapi sisa pakan belum diolah. Limbah yang tidak diolah akan mengakibatkan pencemaran lingkungan, terutama pada kandang yang berapa dekat dengan jalan raya. Selain itu, feses dan urin dari ternak kambing dan domba hanya dibiarkan begitu saja di bawah kandang panggung tanpa dibersihkan. Hal ini dapat mengundang bibit-bibit penyakit seperti berkembangnya mikroorganisme patogenik yang dapat menjangkit ternak sehingga produktivitas ternak terganggu. Solusi dari permasalahan ini adalah adanya manajemen pemberian pakan yang nutrisinya lebih diperhatikan sehingga performan ternak dapat memenuhi tujuan pemeliharaan. Limbah dapat diolah menjadi pupuk organik dan biogas. Pengolahan limbah selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari usaha peternakan, juga dapat menambah keuntungan dari penjualan hasil olahan limbah tersebut. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum komoditas kambing dan domba dapat disimpulkan bahwa kandang kambing dan domba yang digunakan adalah kandang panggung, kandang umbaran, dan kandang beranak. Pakan yang diberikan untuk ternak domba dan kambing ada dua macam yaitu: hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan berupa rumput gajah dan konsentrat. Domba yang terdeteksi bunting yaitu pada domba garut dengan nomor identifikasi 03, 06, 04, 79, dan 07. Metode perkawinan yaitu melalui kawin secara alami. Saran Kandungan nutrisi bahan pakan sebaiknya lebih diperhatikan agar performans yang ditunjukkan ternak menjadi lebih baik. Penanganan limbah yang dihasilkan dari ternak kambing dan domba di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan sebaiknya diolah dengan baik sehingga dapat lebih bermanfaat dan dapat menjadi sumber penghasilan tambah, selain itu hasil olahan limbah akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari usaha ternak kambing dan domba. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Andoko, Agus dan Warsito. 2013. Beternak Kambing Unggul Unggul. Agromedia, Jakarta. Anonim. 2013. Ex-Farm Fakultas Peternakan UNSOED. http://www.fapet.unsoed.ac.id/content/ex-farm 22:36 pada 12/05/15. Astiti, L.G.S. Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit padaTernak Sapi. BPTP, NTB. Baliarti, Endang., N. Ngadiyono.,G. Murdjito., I.G.S.Buidiastra., Panjono., T.S.M. Widi dan M.D.E. Yulianto. 2013.Industri Ternak Potong. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Berghoff. 1998. a Wheat Kernel and its Nutritional Value. LĂ€ngsschnitt durch ein Getreidekorn. aid infodienst Verbraucherschutz ErnĂ€hrung, Bonn Cahyono, Bambang. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius, Yogyakarta. Dirjen Bina Mrga. 2006. Petunjuk Drainase Permukaan Jalan. Kementrian Perjaan Umum, Jakarta. Ginting, Simon P. 2009. Pemeliharaan Induk dan Anak Kambing masa Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatera Utara. Harianto, Bagus. 2012. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hartati, A. R. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Perkembangan Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Hasyarif, S.Y., A. Achmad., dan M. Niswar. 2014. Monitoring Ternak Menggunakan Teknologi RFID. Pasca UNHAS, Sumatra. Hayati, S, Yuniardi dan A. Gozali, A. 2002. Hubungan Antara Prepartum Body Condition Score Dengan Panjangnya Puncak Laktasi Sapi Perah FH di BPTHMT Batu Raden. Jurnal Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Info Medion. 2013. Cacingan pada Sapi Jangan Dianggap Enteng Edisi Juni. https://info.medion.co.id/index.php/artikel/...besar/.../cacingan- pada- sapi 22:44 pada12/05/15 Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Livecrop. 2015. Veterinary Handbook for Cattle, Sheep & Goats. Australian Livestock Export Corporation Limited, Australia. Layla, Z. Aminah, S. Suharto. 2006. Tata Laksana Perkawinan Alami Domba Garut . Balai Penelitian Ternak Bogor, Bogor Mentri Pertanian. 2003. No. 240/Kpts/OT.210/4/2003. Kementrian Pertanian, Indonesia. Mayang, Farida Sukmawati. 2012. Penggemukan Kambing Potong. Departemen Pertanian, Nusa Tenggara Barat. McWilliams, Jerry. 1979. The Preservation and Restoration of Sound Recordings. Tenn : American Association for State and Local History, Nashville. Mulyono, Subangkit dan B. Sarwono. 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Munanto, Bejo. 2014. Perkandangan Ternak Sistem Panggung. Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluahan Pertanian Perikanan Kehutanan, Kulon Progo. Diakses 10/11/2015 pada : Munir, Agus Saiful. 2001. Beternak Kambing. Musisi Perkasa Utama, Jakarta. Neufert, Ernst. 2002.Data Arsitek. Erlangga, Jakarta. Panjono., T.S.M. Widi.,E. Baliarti., N. Ngadiyono.,G. Murdjito., I.G.S.Buidiastra. 2008. Ilmu Ternak Potong Kerja dan Kesayangan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Purbowati, Endang. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Permentan. 2014. Peaturan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 37/Permentan/OT. 140/3/2014. Permentan, Indonesia. Rianto, Edy. 2004. Kandang Kambing. LPKM UNDIP, Semarang. Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Departemen Pertanian, Jawa Barat. Robert, E. 1999. The Physiology of Animal. New York Vetenary College. Safitri, Tantia. 2011. Penerapan Good Breeding Practices Sapi Potong di PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor . Sariubang, Matheus dan N. Qomariyah. 2010. Kajian Pengaruh Kastrasi Terhadap Tingkat Kandungan Kolestrol Daging Kambing Marica di Kabupaten Jenepono Provinsi Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Teknologi Pertanian, Sulawesi Selatan. Sihombing, T. 2000. Pinang Budi Daya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan III. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sudiarto, B. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bandung. Sunardi. 2005. Manfaat Recording Terhadap Dunia Peternakan. BBIB Singosari, Malang. Supriyadi. 2013. Macam Bahan Pakan Sapi dan Kandungan Gizinya. yogya.litbang.pertanian.go.id/.../index.php?...kandungan23:37 pada 12/05/15 Suryanto, Edi., B. Suhartanto., T. Yuwanta., dan E, Sulastri.2008. Pengantar Ilmu Industri Peternakan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Susanti, A.E dan A. Prabowo. 2013. Identifikasi Masalah Kesehatan Sapi Potong Di Wilayah Pendampingan PSDSK Propinsi Sumatera Selatan. BPTP, Sumatra Selatan. Utomo, Ristianto. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT Citra Parama, Yogyakartaa Warintek. 2015. Budidaya Ternak Domba. Warintek Ristek, Bantul. Wiidiati, Rini dan T.A. Kusumastuti. 2013. Manajemen Agribisnis: Aplikasi Pada Peternakan. CGS, Yogyakarta. Utomo, R., S.P.S. Budhi, A. Agus, C.T. Noviandi. 2008. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Vincent, Barbara. 2005. Farming Meat Goat : Breeding Production and Marketing.Landlinks Press, Australia. Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. LAMPIRAN Lampiran 4. Gambar foto kegiatan Obat yang sering digunakan untuk kambing dan domba Kandang penggemukan Kandang panggung Kandang umbaran kambing dan domba Lampiran 5. Perhitungan pakan Lampiran perhitungan acara II sistem pemeliharaan kambing dan domba Perhitungan pemberian pakan Pakan yang diberikan : 3% x 34 kg= 1,02kg Pemberian hijauan : 60% x 1,02 kg = 0,612kg Pemberian konsentrat : 40% x 1,02 kg = 0,408kg Pemberian As Feed Hijauan : 100/22 x 0,612= 2,7’8 kg Konsentrat : 100/86 x 0,408 = 0,474 kg Lampiran 6. Perhitungan THI sapi THI = 0,8 Ta + (RH x Ta)/500, Ta = suhu (oC) RH = kelembapan (%) THI Pagi Suhu = 23oC Kelembapan = 81% THI = 0,8 (23) + (81 x 23)/500 THI= 22,126 THI Siang Suhu = 32,5oC Kelembapan = 43% THI = 0,8 (32,5) + (43 x 32,5)/500 THI= 28,795 THI Sore Suhu = 32,2oC Kelembapan = 47% THI = 0,8 (32,2) + (47 x 32,2)/500 THI= 28,79 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Prospek usaha industri ternak sapi cukup menjanjikan mengingat pasarnya masih terbuka luas, baik pasar di dalam negeri maupun di luar negeri. Permintaan yang tinggi akan produk utama dan olahan dari ternak kambing dan domba, menjadi peluang tersendiri bagi pelaku ekonomi dari hulu dan hilir. Meningkatnya permintaan tersebut terjadi ketika hari-hari besar, terutama hari raya Idul Adha. Hal ini dikarenakan sapi potong memiliki keistemewaan antara lain harga jualnya lebih baik dan diminati banyak kalangan masyarakat baik itu berupa ternaknya (dalam hidup), dagingnya maupun produk olahan yang berasal dari sapi potong. Permintaan akan produk utama maupun olahan daging sapi naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Permasalahan kekeinian yang dihadapi adalah jumlah penduduk yang meningkat ,namun tidak diringi dengan perkembangan populasi sapi potong industri ternak potong baik skala modern maupun tradisonal di Indonesia. Maka dari itu sangatlah penting peran sistem usaha ternak potong. Sistem usaha ternak yang baik dapat meningkatkan perkembangan sapi potong di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Harapannya, dengan banyaknya mengkaji industri sapi potong dari bergai aspek kehidupan dapat membuat industri sapi potong tetap bertahan dan berkembang. Khususnya bagi suatu industri dapat menjalankan terus atau sustainibilitas maka harus diperhatian sisi ekologi, sosial budaya, ekonomi (Baliarti et al., 2013). Bedasarkan hal tersebut swasembada daging bukan sesuatu hal yang tidak mungkin dilakukan. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum sistem usaha ternak potong dapat mengetahui manajemen pada sistem usaha di Kusuma farm, khususnya sistem usaha penggemukan dan proses kegiatan yang berlangsung setiap hari selama oprasional perusahaan berlangsung. Manfaat Praktikum Praktikum pemeliharaan kambing dan domba bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai pemeliharaan komoditas kambing dan domba, mengetahui berbagai masalah dalam industri ternak potong tersebut serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Selain itu, memberikan pengalaman dan pemahaman kepada praktikan mengenai keuntungan, kerugian serta cara pemeliharaan ternak kambing dan domba secara langsung. Mengamati perilaku dan perlakuan ternak dari pagi hingga sore, melatih kerja sama tim anggota kelompok, dan secara langsung mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi untuk menambah wawasan. BAB II KEGIATAN PRAKTIKUM Profil Perusahaan. Perusahaan Kusuma Farm merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Dwi Warsito. Kusuma Farm beralamat di Mawen, Pesu, Wedi, Klaten, Yogyakarta. Kusuma Farm berdiri pada tahun 1996 diawali dengan pemliharaan sapi potong sebanyak 2 ekor dan beranak pinak . Setelah gempa yang menimpa DIY pada tanggal 27 Mei 2006, mulai dilakukan renovasi besar-besaran pada infrastruktur kandang untuk menunjuang keberlanjutan usaha tersebut. Lahan yang digunakan oleh Kusuma Farm memiliki luas 4000 m2 . Perusahaan ini dekat dengan rumah pemiliknya yang hanya dipisahkan oleh jalan raya. Peusahaan ini memiliki akses masuk yang lebar dan memadai, instalasi air dan listrik yang baik. Perusahaan ini memiliki 20 orang karyawan yang direkrut langsung oleh pemiliknya untuk mengurus kegiatan perusahaan untuk sapi potong. Sapi potong dibeli pada pasar di daerah Prambanan. Perkawinan yang dilakuakan menggunakan IB dengan biaya sebesar Rp. 40.000,- dan ternak yang sakit sudah ada penangannya. Perusahaan ini setiap pagi mepersiapkan pakan, minum dan membersihkan kandang dan pada sore hari ini pun juga dilakuan hal yang sama. Penempatan ternak pada kandang bedasarkan status fisiologi yang dimiliki. Limbah yang dihasilkan peternakan ini sudah ada upaya untuk dilakuan pengolahan limbah. Perusahaan ini saling terintegerasi dengan sawah yang dimiliki Bapak Dwi maupun dengan petani disekitar kandang. Perusahaan ini juga memiliki kandang ayam Joper dan kolam ikan gurame serta lele. Manajemen Pengadaan Ternak Pengadaan ternak Siklus pengaadan ternak. Siklus pengadaan ternak yang diterapkan pada Kusuma Farm dilakukan dengan mendatangkan sapi potong dalam bentuk bakalan. Bakalan didapat dari supplier terpercaya yang telah bekerja dengan pemiliknya selama 18 tahun. Terkadang pemilik Kusuma Farm pergi langsung ke pasar hewan Prambanan dengan waktu pasaranya Pon dan Legi untuk membeli bibit. Metode pengadaan ternak. Pengadaan ternak dilakukan bedasarkan bulan tertentu. Bulan tersebut dibedakan bulan yang mendekati Idul Adha dan bulan-bulan biasa. Ternak yang dibeli biasanya berjumalah 1 ekor. Alasan dibeli satu ekor karena agar mempermudah pengawasan dan pengitensifan adaptasi lingkungan dan pakan ternak. Jumlah Ternak yang di beli persiklus pengadaan. Ternak yang dibeli di Pasar Prambanan bulan-bulan biasanya 1 ekor. Seiring bertambahnya waktu pembelian ternak bertambah. Ternak yang sudah masuk kriteria yang telah ditentukan dijual, misalnya 1 ekor ternak yang kriteria baik dengan harga kisaran 20 juta yang terbeli dipergunakan membeli 2 ekor bibit bakalan dan seterusnya. Ternak paling banyak dibeli ketika mendekati Idul Adha oleh jamaah haji dan masyarakat sekitar bahkan sampai dijual ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan konsumen disana. Ternak yang diperjual belikan diutamakan yang jantan karena lebih menguntungkan serta lebih cepat besar dari pada betina. Pemilihan dan Seleksi Ternak Pemilihan ternak Kriteria bibit untuk pembesaran. Kriteria bibit untuk pembesaran sapi potong di Kusuma Farm yaitu saat memilih kondisi mata dipilih mata yang bening, bukan yang kemerahan. Kondisi mulut dipilih yang bersih dari luka dan tidak berlendir. Kondisi tulang belakang berbentuk yang lurus dan tidak melengkung ke bawah. Wilayah dada bentuknya agak menonjol. Memiliki berat lahir yang tinggi. Tidak ada cacat dari lahir. Keadaan fisiologinya sehat. Bibit sapi potong yang baik menurut Prabowo (2010), perlu diperhatikan mutu genetik dari ternak yang memiliki daya adaptasi dengan lingkungan. Saat membeli bibit sebaiknya kita memimilih sapi yang sehat. Sapi yang sehat dapat tercermin dari keadaan tubuhnya, sikap dan tingkah lakunya, pernapasannya, denyut jantungnya, pencernaan dan pandangan sapi tersebut. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Kriteria Induk dan/pejantan. Kriteria induk dan/ pejantan sebagai berikut. Pemilihan untuk induk memiliki kriteria memiliki fertilitas yang tinggi. Induk memiliki silsilah kelahiran yang normal dan mortalitas anak yang rendah. Tidak memiliki silsilah mengalami retensi plasenta dan prolapsus. Memiliki performa reproduksi yang baik antara lain angka s/c yang rendah. Memiliki angka panen anak yang tinggi. Litter sizenya yang tinggi dan angka konsepsi/kebuntingan yang tinggi. Induk memiliki sifat keibuan yang baik dan tidak memiliki kelainan pada ambing dan jumlah puting. Pemilihan calon untuk pejantan memiliki kriteria yaitu memiliki libido dan fertilitas tinggi. Kaki kuat dan kondisi fisik bagus serta sehat. Kantung dan buah zakar normal. Jumlah testis sepasang, memiliki kualitas sperma yang baik ( secara volume, konsentrasi dan motilitas). Kriteria untuk induk pejantan dan betina menurut Hartati et al., (2010) sapi potong sebagai berikut. Sapi jantan yang digunakan harus memiliki libido dan kualitas semen yang baik serta karakteristik morfologis yng unggul dibanding sapi jantan di lingkungan sekitarnya. Bibit yang baik didapat dengan seleksi atau pemilihan sapi-sapi jantan dengan kriteria sebagai berikut: kepala panjang, dahi lebar, moncong pendek, badan tinggi, dada dalam, kulit tipis, kaki dan kuku kuat, punggung lurus, pinggul tidak terlalu turun, kondisi tubuh tidak terlalu kurus. Kriteteria khusus untuk pejantan yang sangat baik, yaitu sapi jantan berasal dari luar wilayah pelayanan pejantan alami. Umur pejantan minimal 2,5 tahun (bergigi seri tetap 1 sampai 2 pasang/I1 samapi 13) . Memiliki bobot badan awal lebih berdiri 300 kg dan tinggi gumba lebih berdiri 140 cm . Ternak sehat dan bebas penyakit reproduksi (Brucellosis, Leptospirosis, Enzootic, Bovine Leucosisdan Infectious Bovine Rhinotracheitis). Warna bulu sesuai dengan bangsa sapi (PO/Brahman warna putih, Bali merah dengan garis hitam dipunggung dan putih di mata kaki dan pantat, Madura kecoklatan, Simmental merah dengan warna putih di kepala, Limousin warna merah dan Angus warna hitam) . Kriteria induk menurut Yulianto dan Saparinto (2014) haruslah memiliki fisik yang baik, kesehatan ternak baik, kondisi reproduksi baik, kondisi ambing yang baik untuk menghasilkan susu. Hal ini dikarenakan peran induk sebagai menjaga performa. Semakin banyak kriteria yang baik yang terpenuhi akan menghasilkan keturunan yang baik pula. Kriteria bakalan untuk pembesaran. Bakalan untuk sapi pembesaran mempunyai kriteria yaitu umur antara 3 sampai 4 tahun (masih pedet), ADG tinggi, postur tubuh baik, lincah, sehat dan tidak cacat, punggung panjang, moncong besar, tulang besar, nafsu makan baik, kaki kuat, mata cerah, dan bulu bersih. Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi pembesaran menurut Murtidjo (1996), pada adalah bahwa sapi harus sehat, usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan namun untuk sapi yang akan dipergunakan sebagai bibit pengembangbiakan, perlu ditambahkan persyaratan mengenai bagian-bagian tubuh, pertumbuhan kelamin normal, dan tidak mandul. Metode seleksi ternak. Metode seleksi sapi potong yang diterapkan pada Kusuma Farm sebagai berikut. Sapi potong baik jantan maupun betina ketika hendak dibeli dilihat bedasarkan kenampakan fisiknya atau dengan metode visual. Kenampakan yang terlihat disesuaikan dengan jenis kelamin dan fase pertumbuhannya. Ternak yang sudah memenuhi kriteria baik jantan maupun betina langsung dijual. Hal-hal yang dilakukan selama proses selesksi ternak yaitu menyeleksi ternak bedasarkan kriteria tertentu untuk pejantan dan indukan dalam kurun waktu tertentu dan mengafkhir untuk ternak yang tidak sesuai kriteria performanya (Baliarti et al ., 2013). Perbandingan antara hasil praktikum dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Replacement ternak. Replacement ternak yang diterapkan pada Kusuma Farm sebagai berikut. Sapi potong baik jantan maupun betina yang baru datang mendapat penempatan khusus dikandang yang dekat dengan anak anak kandang. Setelah itu ternak dipindahkan ke kandang yang tersedia. Replacement ternak ditujukan agar porposi populasi ternak produktif tetap ada dan usaha tetap sustainibilitas. Salah satu cara yang diterapkan agar usaha di Kusuma Farm tetap berlangsung yaitu ternak yang baru menggantikan ternak yang siap jual. Ternak yag baru ketika dibeli, tentunya sudah memiliki kualifikasi yang sesuai dengan ketentuan yang ada di Kusuma Farm. Hal ini dikarenakan supaya dapat meminimalkan kerugian selama pemeliharaan berlangsung. Saat melakukan replacement adanya bibit sangatlah penting untuk menggantikan sapi betina dewasa yang tidak produktif (Firman, 2010). Penilaian ternak. Tabel 9. Penilaian ternak di Kusuma Farm Bangsa No. identifikasi Nilai Ciri-ciri PO (Betina) SKT 3 Tulang rusuk tidak terlihat ; derah rusuk, pantat dan paha terlihat berisi, ekor berisi. PFH (Batina) SimPO (Jantan) SKT 3 SKT 4 Tulang rusuk tidak terlihat ; derah rusuk, pantat dan paha terlihat berisi, ekor berisi. Kondisi tubuh sedang, dan paha terlihat sudah berisi, Hasil penilian ternak di Kusuma Farm dapat diketahui bahwa sapi PO betina memeiliki SKT 3 yaitu tulang rusuk tidak terlihat ; derah rusuk, pantat dan paha terlihat berisi, ekor berisi. Sapi PFH betina memeiliki SKT 3 yaitu tulang rusuk tidak terlihat ; derah rusuk, pantat dan paha terlihat berisi, ekor berisi. Sapi SimPO jantan memiliki SKT 4 yaitu kondisi tubuh sedang, dan paha terlihat sudah berisi. Penilaian yang digunakan untuk menilai ternak sapi jantan dan betina adalah Body Condition Score (BCS). BCS adalah nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul (Hayati et al., 2002). Body Condition Score (BCS) digunakan untuk menilai kondisi tubuh ternak. Skor 1 memiliki ciri-ciri tidak adanya lemak pada pangkal ekor, iga pendek, ternak terlalu kurus, ternak bermutu rendah, dan mungkin sebelumnya pernah sakit. Skor 2 memiliki ciri-ciri iga pendek dan agak tumpul, pada pangkal ekor terdapat sedikit lemak, ternak bermutu cukup atau sedang. Skor 3 memiliki ciri-ciri iga pendek, sulit dirasakan, dan pangkal ekor mulai gemuk. Skor 4 memiliki ciri-ciri ternak telah mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat signifikan (cocok digunakan sebagai ternak potong) (Purnomoadi, 2003). Hasil praktikum dibanding dengan literatur bahwa sudah sesuai dengan literatur. Sapi potong baik jantan maupun betina yang baru datang mendapat penempatan khusus dikandang yang dekat dengan anak anak kandang. Tujuannya adalah agar ternak dapat diobservasi tingkah lakunya, kondisi kesehatannya dan terpantau nafsu makannya. Ternak yang sakit langsung diberi obat sesuai dengan petunjuk penggunaannya. Ternak kemudian diberi air gula dan selanjutnya dimandikan agar bersih dan meminimalisir adanya parasit. Proses Transaksi Cara penawaran Metode penawaran atau penjualan sapi potong di Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm yaitu dengan melalui pihak ke tiga. Pemilik Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm selalu didatangi oleh pihak ke tiga dari suatu transaksi penjualan sapi potong. Pemilik Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm setelah populasi sapi mencapai 30 ekor, sudah tidak pernah lagi menawarkan secara langsung kepada pembeli di pasar hewan. Cara pembayaran Cara pembayaran yang digunakan di Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm yaitu bertemu secara langsung dan pembayaran dilakukan secara lunas. Pemilik Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm dalam mengantisipasi penipuan transaksi, transaksi pembelian ternak harus dilakukan secara lunas. Transaksi dibayar di muka hanya berlaku untuk ternak jantan. Pembayaran di akhir berlaku untuk ternak sapi betina. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apakah sapi betina yang dijual kepada pembeli adalah ternak bunting. Harga akan dapat naik dan dibayar di belakang apabila sapi betina yang telah dibeli dan disembelih oleh pembeli adalah ternak bunting. Harianto (2012) meyatakan bahwa, ada dua metode pembayaran yang diterapkan penulis, yakni cicilan selama enam bulan dan cicilan selama lima bulan. Jumlah uang yang harus dicicil setiap bulan disesuaikan dengan jumlah uang muka (down payment) yang disetor pada awal pembelian jangka waktu hingga selesai. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dalam menentukan cara pembayaran sudah sesuai dengan literatur Penafsiran umur, bobot badan, dan harga ternak Tabel 10. Penafsiran umur, bobot badan, dan harga Bangsa Kriteria Jenis Kelamin Umur Berat Badan (Kg) Harga (Rp) Keterangan SimPO LimPO Simpo Digemukan Indukan Pedet Jantan Betina Jantan 3 2 1 500 300 120 20.000.000 12.000.000 4.800.000 - - - Data yang didapat berdasarkan praktikum, penafsiran umur, bobot badan, dan harga ternak di Perusahaan ternak Potong Kusuma Farm sangat bervariasi. Data yang diambil yaitu sapi bangsa SimPO untuk digemukan, berjenis kelamin jantan, umur 3 tahun dengan berat 500 Kg dapat dijual dengan harga Rp 20.000.000. Selanjutnya untuk LimPO untuk indukan, berjenis kelamin betina, umur 2 tahun dapat dijual dengan harga Rp 12.000.000. SimPO dengan kondisi pedet berjenis kelamin jantan, berumur 1, berberat badan 120 kg dihargai Rp 4.800.000. Penanganan ternak terbeli Penanganan ternak terbeli merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kelanjutan ternak dalam usaha ternak potong. Penanganan yang tepat dan manajemen yang tepat sangat dibutuhkan guna memperlancar proses akhir dari suatu pengiriman ternak terbeli kepada pembeli (Siregar, 2008). Pemberian tanda pada ternak terbeli tidak ada. Sapi yang terbeli langsung masuk ke mobil pengangkut tanpa melewati proses penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan cara penafsiran bedasarkan kenampakan tubuhnya. Saat membeli dan menjual ternak di pasar hewan, pemilik Kusuma Farm memperoleh retribusi. Ternak yang terbeli mendapat penangan seperti pemberian obat cacing. Transportasi Transportasi pengangkutan merupakan sarana yang sangat penting dalam suatu perusahaan ternak potong. Transportasi terutama mobilisasi suatu bahan pakan, ternak, dan peralatan lainnya dalam keluar dan masuk perusahaan sangat vital. Kelancaran transportasi menentukan kelancaran dan kemajuan dari suatu perusahaan ternak potong terutama dalam skala perusahaan besar (Siregar, 2008). Transportasi menurut Rianto dan Endang (2010), memegang peranan yang penting dalam pemasaran ternak sapi. Sapi siap potong, induk, maupun bakalan umumnya diangkut menggunakan mobil pick-up atau truck. Transportasi ternak menurut Siregar, (2008) dapat menyebabkan efek emosional dan efek fisik yang dapat menyebabkan penyusutan bobot badan pada ternak kambing, sehingga pendistribusian ternak baik ke daerah domestik maupun eksport harus memperhatikan manajemen transportasi baik pada sebelum, saat, sesudah transportasi. Alat transportasi yang digunakan di Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm yaitu mobil pick up. Mobil pick up berguna sebagai alat pengangkut bahan pakan, atau pun ternak keluar dan masuk perusahaan. Mobil pick up mempunyai kapasitas dua ekor sapi. Proses penaikan sapi ke mobil dilakukan secara langsung dan manual. Ternak selama pengangkutan tidak diberi pakan apabila jarak tempuh hanya dekat namun ternak diberi pakan apabila jarak tempuh jauh. Proses penurunan sapi dilakukan secara manual. Manajemen Recording Recording adalah proses pengambilan data yang atau menerjemahkan informasi ke format rekaman yang disimpan pada beberapa media penyimpanan , yang sering disebut sebagai catatan atau, terutama jika media auditori atau visual, rekaman (McWilliams,1997). Siregar (2008) menambahkan, recording merupakan segala hal yang berkaitan dengan pencatatan terhadap ternak secara individu yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan dan data reproduksi. Recording dalam pengelolaan peternakan modern sangat penting. Recording sangat penting terutama berkaitan dengan ternak bibit karena berhubungan dengan kualitas ternak ke depan. Pendapat tersebut diperkuat oleh Sunardi (2005) yang menyatakan bahwa fungsi recording yaitu memudahkan pengenalan terhadap ternak, terutama recording yang terpasang langsung pada ternak ataupun di dekat ternak seperti ear tag, pengkodean ternak, penamaan, papan nama, foto, pemberian ciri-ciri pada ternak. Selain itu dengan adanya recording dapat menghindari dan mengurangi kesalahan manajemen pemeliharaan, pengobatan, pemberian pakan ataupun produksi semen. Memudahkan dalam melakukan seleksi ternak sehingga didapatkan ternak yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan kesehatan, berat lahir. Menghindari terjadinya in breeding. Menjadikan pekejaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah usaha peternakan yang besar. Manajemen pendataan ternak potong di Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm tidak ada. Hal ini karena pemilik perusahaan menjadikan usaha ternak bukanlah usaha utama. Usaha ternak dijadikan usaha sampingan sehingga pemilik tidak terlalu fokus akan manajemen pendataan ternak. Setiap usaha pembibitan sapi potong hendaknya melakukan pencatatan (recording). Kegiatan recording umumnya meliputi pencatatan silsilah indukan dan pejantan yang dikawinkan, tanggal, hari, nomor indukan, dan kode straw yang telah diinseminasi, jenis perkawinan yang dilakukan secara alami atau dengan kawin suntik, tanggal kelahiran, bobot kelahiran, tanggal penyapihan, bobot pedet yang baru disapih, jenis dan jumlah pakan yang diberikan, jenis serta tanggal pemberian vaksin dan pengobatan yang dilakukan, tanggal sapi mulai dikawinkan, beranak, atau dipelihara sebagai sapi potong, jenis pakan, angka kematian, kesehatan ternak, angka kelahiran, serta pencatatan setiap perpindahan ternak (Robert, 1999). Macam recording Recording identifikasi ternak data yang diambil meliputi bangsa, warna, jenis kelamin. Recording ternak data yang diambil meliputi jenis ternak yang dipelihara, recording pakan data yang diambil meliputi pemberian pakan dan jenis pakan. Recording kesehatan data yang diambil meliputi kondisi kesehatan selama pemeliharaan. Recording perkawinan data yang diambil meliputi tanggal perkawinan, identitas betina dan pejantan. Recording kelahiran data yang diambil meliputi waktu dan tanggal lahir. Recording penimbangan bobot badandata yang diambil meliputi berat badan, ADG. Recording mobilisasi ternakdata yang diambil meliputi ternak ke kandang satu ke kandang lainnya. Recording pemotongandata yang diambil meliputi berat karkas dan perbandingan MBR. Recording finansial data yang diambil meliputi keuntungan, kerugian, BEP, harga jual dan beli. Macam recording meliputi identifikasi, dokumentasi, catatan khusus dan sertifikat ternakmenurut Sunardi (2015). Pendapat tesebut secara spesifik dijelaskan oleh Baliarti et al., (2013) bahwa macam recording yaitu recording identifikasi, recording klasifikasi dan pengelompokan ternak, recording segala aspek (pakan, kesehatan, breeding, fattening, recordingbedasarkan periode (harian, mingguan, bulanan dan tahunan), recording bedasarkan jumlah (individu dan kelompok. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada menunjukan hasil yang didapat sudah sesuai. Manajemen Pemeliharaan Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan Penanganan bibit atau bakalan. Ternak yang akan dijadikan bibit di Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm mendapatkan perlakuan terlebih dahulu. Ternak sebelum masuk ke program pemeliharaan di Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm diberikan obat cacing agar kebal terhadap penyakit parasit cacing. Obat cacing selain sebagai pencegah penyakit parasit cacing, juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah nafsu makan ternak Penanganan calon Induk atau pejantan. Penanganan calon Sapi potong untuk induk dan pejantan, yang baru datang mendapat penempatan khusus dikandang yang dekat dengan anak anak kandang. Tujuannya adalah agar ternak dapat diobservasi tingkah lakunya, kondisi kesehatannya dan terpantau nafsu makannya. Ternak yang sakit langsung diberi obat sesuai dengan petunjuk penggunaannya. Ternak kemudian diberi air gula dan selanjutnya dimandikan agar bersih dan meminimalisir adanya parasit. Penanganan induk atau pejantan. Induk jantan maupun betina ditempatkan dikandang bedasarkan fase pertumbuhan , status fisiologi dan status kesehatannya. Ternak bedasarakan fase pertumbuhan di Kusuma Farm dibedakan atas anakan, ternak muda dewasa. Ternak bedasarkan status fisiologi dibedakan atas ternak jantan, ternak betina dan ternak yang sedang bunting. Ternak bedasarkan status kesehatannya dibedakan atas ternak sehat dan tidak sehat. Penempatan kandang bedasarkan hal tersebut ditujukan agar mempermudah perawatan dan penangannya. Penangan di Kusuma Farm yang terlihat sangat mencolok adalah pada perlakuan ternak jantan, betina estrus sampai menjelang melahirkan dan terna yang sakit. Pemberian pakan paling banyak ransumnya terhadap jantan, ternak betina estrus sampai yang sedang melahirkan diberikan porsi nutrisi dan vitamin khusus yang lebih banyak dari pada jantan dan ternak yang sakit mendapat pakan yang lebih bergizi dan pemberian obat berkala. Komposisi dan struktur ternak. Tabel 11 . Komposisi dan struktur ternak pada Kusuma Farm Bangsa Anak Muda Dewasa Total Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina PO 0 0 0 0 1 0 1 SimPO 9 2 16 7 28 21 83 Brangus 1 0 0 0 0 0 1 Brahman 0 0 0 0 13 0 13 LimPO 0 1 0 0 2 2 5 Brahman Cross 0 0 3 0 0 0 3 PFH 0 0 0 0 1 1 2 Total 10 3 19 7 44 24 108 Kusuma Farm memiliki komposisi dan struktur ternak sebagai berikut. Sapi PO yang terdapat di kandang hanya pada tahap dewasa yaitu jantan 1 ekor. Sapi Simpo jumlah ternaknya pada tahap jantan dan betina 9 ekor dan 2 ekor, pada tahap ternak muda pada jantan dan betinanya masing yaitu 16 ekor dan 7 ekor, pada tahap dewasa jantan dan betinanya jumlahnya 28 ekor dan 21 ekor. Sapi Brangus pada tahap anakan jumlah pejantan 1 ekor. Sapi Brahman jantan pada tahap hap dewasa 13 ekor. Sapi Limpo pada tahap anakan jumlah betinanya 1 ekor serta pada tahap dewasa jumlah ternak tahap dewasa jantan dan betinanya yaitu 2 ekor dan 2 ekor. Sapi Brahman Cross jumlah ternka jantannya jumlahnya 3 ekor. Sapi PFH pada tahap dewasa pejantan dan betinanya 1 ekor masing-masing. Jumlah total sapi PO 1 ekor, jumlah total sapi Simpo 83 ekor, jumlah total sapi Brangus 1 ekor, jumlah total sapi Brahman 13 ekor, jumlah total sapi Limpo 5 ekor, jumlah total sapi BX 3 ekor, jumlah total sapi PFH 2 ekor. Jumlah total anakan jantan dan betina yaitu 10 dan 3 ekor, jumlah ternak muda jantan dan betina yaitu 19 ekor dan 7 ekor dan jumlah ternak dewasa jantan dan betina yaitu 44 ekor dam 24 ekor dengan total ternak secara keseluruhan pada semua fase yaitu 108 ekor. Manajemen Perkadangan Lokasi kandang Lokasi yang digunakan saat sistem usaha bertempat di Kusuma Farm. Lokasi peternakan beralamat di Mawen, Pesu, Wedi, Klaten, Yogyakarta. Lokasi ini dekat dengan sumber sarana produksi dan tempat pemasaran serta sumber air. Lokasi yang dipilih iklimnya cocok untuk ternak potong. Akses untuk kendaraan seperti sepeda montor dan mobil masuk ke lokasi sangat mudah namun tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini dikarenakan, perkampungan warga, sehingga dapat dianalogikan akan mendapat protes karena bau yang ditimbulkan. Baliarti et al., (2013) menambahkan peternakan yang berdiri lokasinya harus sesuai dengan aturan rencana umum tata ruang daerah Yogyakarta yang menyebutkan bahwa syarat minimal adalah jauh dari perkampungan, tidak mendapat protes dari warga dan tidak mencemari lingkungan. Penuntasan masalah yang dilakukan Kusuma Farm agar tidak mendapat protes dari masyarkat sekitar, yaitu dengan ikut berbagi produk utama maupun olahan dalam setiap kegiatan , hari besar di masyarkat. Hal tersebut menunjukan lokasi di Kandang peternakan Kusuma Farm sudah ideal karena dekat meski dekat dengan pemukiman warga. Mengingat bahwa kondisi peternakan yang memiliki peranan penting dan tidak dapat dipindahkan maka, hal yang sebaiknya dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan dan penanganan limbah secara tepat sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berakibat dapat ditutupnya usaha peternakan. Tata letak kandang Tata letak kandang di Kusuma Farm sebagai berikut. Penentuan tata letak kandang harus memperkirakan fasilitas apa yang dibuat, berapa kapasitasnya, ukuran dan bentuknya. Fasilitas yang harus ada secara umum yang ada di area peternakan meliputi kandang, lahan hijauan, gudang pakan, timbangan, instalasi (air,listrik dan pengolahan limbah), handling yard, kantor, mess, dan pos satpam. Prinsip pembangunan yang terpenting adalah seefisien mungkin, efektif, harga murah, dan berkualitas bahan bangunannya. Denah tata letak kandang sebagai berikut yang tertera pada gambar 6 Gambar Keterangan 1 Jalan Tempat jerami Parkir Dapur Pakan Pakir Pegawai Kandang sapi 1 Kandang sapi 2 Kandang sapi 3 Kandang sapi 4 Kandang sapi 5 Kolam ikan Kandang sapi 6 Kandang sapi 7 Kandang ayam 1 Kandang ayam 2 Kandang ayam 3 Tempat limbah Kandang sapi 7 Gambar 6. Tata letak kandang Kusuma Farm Sudarmono (2008) menyatakan bahwa, kandang ternak adalah bangunan yang dapat digunakan untuk melindungi ternak dari pengaruh cuaca buruk dan gangguan lainnya. Kandang harus memenuhi standar persyaratan minimal sehinga perlu diperhatikan prinsip dasar posisi bangunan dalam membangun kandang haruslah menghadap timur untuk masuknya sinar matahari. Bangunan tambahan seperti tempat pengolahan kotoran, gudang pakan, tempat naik turunnya ternak dari kendaraan pengangkut, tempat pengeringan jerami, serta tempat pengolahan pupuk kandang dan limbah cair perlu ditambahkan. Berdasarkan literature maka layout kandang di Kusuma Farm kurang tepat. Karakteristik Kandang Tabel 12. Karakteristik Kandang Sapi pada Kusuma Farm Parameter Kandang 1 2 3 4 Jenis kandang kandang koloni kandang koloni kandang koloni tambat kandang koloni tambat Atap Gable Shade Gable Gable Dinding Semi terbuka Semi terbuka Semi terbuka Semi terbuka Lantai Semen Palving block Semen Semen Ukuran Lokal Kandang 70,79 m2 69,76 m2 102,24m2 127,88 m2 Isi ternak 9 11 16 17 Ukuran Bangunan Kandang 8,5 m2 7,16 m2 21,023 m2 15,587 m2 Vol. Tempat Pakan 0,31 m3 17,09 m3 7,98 m3 9,17 m3 Vol. Tempat Minum 36,4 m3 36,4m3 36,4m3 36,4 m3 Kemiringan Kandang 6% 19% 2% 3% Kemiringan selokan 2% 20 % 1% 3%. Jenis kandang. Pengamatan karateristik kandang mendapatkan hasil jenis kandang 1 sampai 4 berturut-turut, yaitu kandang koloni tambat posisi tail to tail, kandang koloni tambat single, kandang koloni tambat posisi head to head, dan kandang koloni tambat posisi head to head. Pesyaratan kandang menurut Rianto (2004) yaitu kandang hendaknya dibuat dari bahan yang murah, kuat serta mudah didapatkan, pertukaran udara berlangsung baik, sinar matahari dapat masuk , kandang mudah dibersihkan, kandang jauh dari tempat tinggal, lingkungan kandang bersih dan kering serta tidak banyak dilewati lalu lintas umum . Pendapat tersebut diperjelas oleh Departemen Pengembangan dan Akses Keuangan dan UMKM (2013), persyaratan kandang yang baik antara lain (1) kontruksi kandang harus kuat, (2) terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh, (3) sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase dan saluran pembuangan limbah baik dan mudah dibersihkan, (4) kandang mudah diakses terhadap transportasi, dekat dengan sumber air, (5) tidak menganggu sumber air, (6) tidak mengganggu lingkungan, (7) serta lokasi yang kering dan tidak tergenang saat hujan. Abidin (2002) menyatakan bahwa secara umum terdapat dua tipe kandang yaitu kandang tambat (individu) dan kandang koloni. Kandang individu dapat memacu pertumbuhan sapi potong lebih pesat dimana ruang gerak sapi terbatas, sehingga jenis kandang ini cocok untuk pemeliharaan dengan tujuan penggemukan. Pendapat tersebut diperjelas oleh Syafrial et al. (2007) menjelaskan bahwa, penyediaan kandang untuk sapi yang digemukkan dimaksudkan sebagai tempat bernaung terhadap cuaca dan untuk membatasi ruang gerak agar penimbungan daging dan lemak cepat terjadi serta penambahan bobot badan lebih cepat. Penggunaan alas kandang diperlukan agar sapi tidak kotor, untuk menyerap urine dan kotoran. Ukuran kandang sapi kurang lebih 2 x 1,25 meter. Kondisi sapi di kandang individual lebih tenang dan tidak mudah stres. Kandang koloni dipergunakan bagi sapi bakalan dalam satu periode penggemukan yang ditempatkan dalam satu kandang dengan luas minimum 6 m2. Model kandang koloni memiliki kelemahan karena dapat terjadi persaingan antara sapi dalam memperebutkan pakan, akibatnya sapi yang menang akan memilki pertumbuhan yang cepat. Dibandingkan dengan tipe kandang individu, pertumbuhan sapi di kandang koloni relatif lebih lambat karena ada energi yang terbuang akibat gerakan sapi yang lebih leluasa. Kebersihan kandang juga harus diperhatikan karena kotoran dan urin sapi akan segera terinjak-injak oleh sapi. Kandang koloni menurut Rianto (2004) menyatakan bahwa kandang koloni merupakan kandang yang tidak mempunyai penyekat, atau apabila diberi sekat, ukuran kandang reatif luas untuk memelihara kambing dan domba sekaligus. Kandang ini cocok untuk membesarkan bakalan, atau memelihara betina calon induk dan induk kering (betina yang tidak bunting atau menyusui). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai Atap kandang. Tipe atap kandang 1 sampai 4 berturut-turut ,yaitu atap gable dari asbas, atap shade dari asbas , atap gable dari genteng, dan atap gable dari genteng. Berhubung kandang dibuat pada dataran rendah, kandang yang paling baik adalah jenis monitor. Model atap monitor lebih cocok untuk daerah dataran rendah, karena atap monitor efisien menyerap panas. Pendapat tersebut diperkuat oleh Hartati (2007), pembuatan atap kandang harus memerhatikan iklim. Pembuatan kandang pada daerah panas (dataran rendah), sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Atap kandang yang paling baik dihadapkan menghadap ketimur. Hal ini dikarenakan sinar matahari pagi secara langsung dan untuk menghindari teriknya sinar matahari waktu siang, dengan demikian sinar matahari sebagai pembunuh kuman dan pengering kandang dapat dimanfaatkan secara optimal (Neufert, 2002). Jenis atap umumnya adalah monitor, semi monitor, gable, dan shade. Berhubung kandang dibuat pada dataran rendah, kandang yang paling baik adalah jenis monitor. Kandang yang diamati memiliki lantai semen dan paving block dan dinding yang juga terbuat dari semen. Hal ini bertujuan agar kandang lebih tahan lama, sehingga dapat menekan biaya pengeluaran. Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa dinding kandang digunakan sebagai penahan angin secara langsung sehingga harus dibuat tidak mudah lepas dan kuat. Bahan pembuat dinding kandang dapat dari kayu, bambu, atau tembok. Berdasarkan praktiku yang telah dilakukan, diketahui bahwa alas dan dinding kandang yang digunakan pada kandang TPKK telah sesuai dengan praktikum yang dilakukan. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Dinding dan alas. Dinding yang digunakan pada kandang 1 sampai 4 yaitu semi terbuka dari semen, semi terbuka dari bambu dan semen, semi terbuka dari bambu dan semen, dan semi terbuka dari kayu dan semen. Alas yang digunakan pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu semen, paving block, semen, dan semen. Ngadiyono (2012), menyatakan bahwa dinding kandang harus dibuat sesuai dengan kondisi ternak yang akan dipelihara. Dinding kandang sebagai penahan angin secara langsung harus dibuat tidak mudah lepas dan kuat. Bahan untuk pembuatan dinding dapat dari kayu, bambu atau tembok. Susilawati dan Masito (2010) menyatakan bahwa lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau kayu yang kedap air. Biasanya lantai tanah diberi tambahan litter berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya seperti kapur atau dolomite sebagai dasar alas. Bila kondisi litter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang dicampur dengan kapur atau dolomite. Lantai kandang berupa beton atau kayu sebaiknya dibuat miring ke belakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat sudah sesuai. Ukuran lokal kandang. Ukuran bangunan kandang yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 8,5 m2, 7,1 6 m2, 12, 023 m2 dan 15,587 m2. Ukuran kandang tersebut dapat memuat isi pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut sebanyak 9 ekor, 11 ekor, 16 ekor dan 17 ekor. Sugeng (2003) menambahkan kapasitas kandang kelompok untuk pedet umur 4 sampai dengan 8 minggu adalah 1 m per ekor, dan umur 8 sampai dengan 12 minggu adalah 1,5 m/ ekor. Ketinggian dinding keliling 1 meter. Setiap kelompok sebaiknya tidak melebihi 4 ekor. Karena dapat menekan penyebaran penyakit, terutama scours. Kapasitas kandang untuk ternak dewasa adalah 10 ekor ternak per 150 m2 . Santosa (2010) berpendapat bahwa kandang koloni memiliki ukuran standar yang dapat digunakan sapi, yaitu tidak boleh kurang dari 4,67 m2/ekor dengan volume kandang adalah 5 hingga 6 m3/ekor dan floor space 2 m2/ekor. Kemiringan kandang adalah selesih tinggi permukaan air pada selang ukur dibagi jarak tinggi pengukuran dikali 100%. Ukuran tempat pakan dan tempat minum. Hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tempat pakan dan tempat minum ukuran dan bentuknya bervariasi. Ukuran tempat pakan yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 0,31 m3, 17,09 m3, 7,98 m3, dan 9,17 m3. Ukuran tempat minum yang terdapat pada kandang 1 sampai 4 ukuranya sama yaitu 36,4 m3. Namun, kurang sesuai dengan literatur. Tempat pakan dan tempat minum dibuat didepan kandang dengan perbandingan 2:1. Tempat pakan dan tempat minum itu dibuat setinggi 0,5 sampai 1 meter dari permukaan tanah sehingga sapi dapat mudah makan dan minum. Tempat pakan dan tempat minum dibuat dari bahan semen atau papan kayu dengan dasar rapat agar pakan tidak mudah tercecer dan mudah dibersihkan (Fikar et al., 2010). Tempat pakan berukuran ( 60 x 80 x 40 ) cm, sedangkan tempat minum berukuran (60 x 40 x 40 ) cm tiap ekor ternak (Syafrial et al., 2007). Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 m x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 m x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5 m x 1 m, dengan tinggi atas kurang lebih 2 sampai 2,5 m dari tanah (BPPTP, 2008). Hartati et al., (2007) menambahkan ukuran tempat minum disesuaikan dengan palungan. Panjang tempat minum berkisar 50 sampai 60 cm , lebarnya 50 cm serta tinggi luar dan dalamnya 60 cm dan 40 cm. Perbandingan hasil dengan literatur yang ada maka hasil yang diperoleh cukup sesuai. Kemiringan kandang dan selokan. Kemiringan yang terdapat di selokan 1 dan 2 pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu Kemiringan kandang terdapat pada kandang 1 sampai 4 berturut-turut yaitu 6 %, 19 %, 2 % dan 3 %. Kemiringan kandang dan selokan yang ideal untuk suatu usaha didasarkan oleh jenis bahan yang melapisi permukaan jalan air yang mengalir. Berhubung posisi kandang yang miring dan selokan dilapisi beton maka kemiringannya berkisar 4 sampai 6% (Ditjen Bina Marga, 2006). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil kurang sesuai karena ada yang melebihi 6%. Fasilitas pendukung, perlengkapan, dan peralatan kandang Fasilatas perlengkapan dan peralatan kandang yang ada di Kusuma Farm sebagai berikut. Fasiltas kandang yang diketahui yaitu tempat parkir 2 buah untuk parkir kendaraan pegawai dan umum, kamar mandi 1 buah untuk tempat buang hajat dan mandi, ruang diskusi 1 buah, saung 1 buah untuk istirahat, gudang dan dapur pakan 2 buah untuk menyimpan persedian pakan ternak dan memasak, ruang renovasi dan maintance untuk perawatan infrakstruktur kandang dan bangunan peternakan, instalasi air 1 buah tempat untuk keluarnya air dari kran melaui pipa air, instalasi listrik 1 untuk mengalirkan listrik ke kandang, instalasi penampungan limbah untuk prosesing limbah. Perlengkapan kandang terdiri dari tempat pakan 108 buah untuk menaruh huajauan dan konsentrat sert air , tempat minum 108 buah ternak untuk minum ternak, mobil 1 buah untuk mengangkut ternak. Peralatan kandang yang diamati terdiri dari chopper 1 buah untuk mencacah pakan, sekop 5 buah untuk menyerok kotoran ternak, troli 5 buah untuk mengangkut kotoran, ember 108 buah untuk tempat minum ternak, selang 1 buah untuk mengalirkan air, garu 2 buah untuk menarik jerami, sapu lidi 6 buah untuk menyapu kandang, pengaduk pakan 6 4 buah, sepatu kandang 20 pasang agar ketika berjalan di kandang tidak terkena kotoran. Gayung 8 buah untuk menciduk air, karung 10 buah untuk membawa konsentrat. Kondisi perusahaan sudah cukup baik, namun berlumut pada embernya, tempat gudang pakan tidak rapi, tempat penambat berdebu dan areal kandang yang berasap dari dapur pakan. Solusi untuk peralatan yang berlumut adalah dengan mengganti dengan yang baru, melakukan peremajaan sehinga lebih awet, untuk peralatan yang berdebu dialkukan pembersihan berkala, untuk alat yang hilang adalah dengan membeli dengan yang baru dan melakukan pendataan inventaris barang-barang yang ada sehingga resiko barang hilang dan lupa meletakan bisa hilang, kemudian ditambahkan pengadaan pos satpam 24 jam. Manfat fasilitas pendukung menunjang keberlanjutan usaha yang dijalankan, memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian, mempermudah penanganan (perawatan,perlindungan dan proses pemeliharaan). BPPTP (2008) menambahkan bahwa tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi. Suhu dan kelembaban Suhu dan kelembapan kandang di Kusuma Farm sebagai berikut. Pengamatan suhu dan kelembapan kandang dilakukan pada pagi, siang dan sore. Suhu dan kelembapan masing-masing, yaitu pada pagi hari 27,1 0C dan 51%, siang hari 33, 1 0C dan 36 % , serta sore hari 26,7 0C dan 50 %. Nilai THI pada pagi hari , siang hari dan sore hari berturut-turut yaitu 72,7, 79,85 dan 72,05. Kondisi suhu dan kelembapan lingkungan kandang sudah sesuai. Hal ini dikarenakan ternak yang dipelihara sudah beradaptasi dengan cuaca dan iklim yang ada di Indonesia. Solusi yang dapat diterapkan untuk pemeliharaan ternak yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia dengan memelihara ternak persilangan yang dapat beradaptasi lingkungan. Lebih lanjut dikatakan (Yousef, 1984) bahwa comfort zone untuk sapi dari daerah tropis adalah antara 22 sampai 30 oC, sedang untuk sapi daerah sedang adalah13 sampai 25oC. Kurihara dan Shioya (2003) menyatakan bahwa pada suhu lingkungan 28 oC dengan kelembaban 40-80% suhu tubuh dan frekuensi pernafasan yang terjadi masih normal, namun lebih dari itu akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan, produksi dan (Arifin et al., 2013). Indeks kelembaban suhu (THI) dikembangkan sebagai indikator risiko beban panas. THI menggabungkan pengukuran suhu lingkungan dan kelembaban.THI tidak memasukkan dampak dari radiasi matahari atau kecepatan angin dan karena itu adalah beban ukuran panas lebih akurat daripada indeks yag lain untuk mengukur input ini. Rumus untuk memperkirakan THI adalah: 0,8 * T + RH * (T-14.4) + 46.4di mana T = ambien atau suhu kering-bola dalam ° C dan RH = kelembaban relatif dinyatakan sebagai proporsi yaitu 75% kelembaban dinyatakan sebagai 0,75. Hasil yang didapat kemudian dicocokan dengan tabel 4. Hasil THI menurut Livecorp (2015) yang dikutip dari veterinary handbook cattle, sheep and goat menunjukan bahwa ternak yang diamati jika diimplementasi ke dalam tabel tidak sesuai karena menunjuka level sangat setres. Ketidaksesuaian tersebut dikarenakan ternak dalam kondisi THI tidak mengalami hambatan atau kesakitan dalam melangsungkan aktivitas hidupnya. Perbandingan antara hasil dan literatur yang ada maka hasil yang didapat tidak sesuai. Tabel 13. THI Kusuma Farm (Livecorp, 2015) Manajemen Pakan Bahan pakan Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa bahan pakan yang digunakan sebagai berikut. Bahan pakan yag diberikan kepada ternak yaitu Nutri feed dengan BK 80 %, PK 13% , harga Rp. 110.000 yang didapatkan dari Klaten. Bahan pakan yang diberikan selanjutnya ampas tahu Rp 12.000 diperoleh dari Klaten. Roti afkir yang digunakan harganya Rp 2500/kg didapat dari Klaten. Aspenas (2015) menjelaskan ampas tahu memiliki BK 26,2 % dan PK 23,7 %, roti afkir memilki BK 91,7 % dan PK 42 %. Kondisi dipeternakan sudah cukup baik, namun untuk memperoleh produktivitas ternak yang sesuai tujuan pemeliharaannya dibutuhkan pakan bervariasi gizinya. Solusi pemberian pakan yang belum mencukupi gizinya yaitu dengan menambah variasi gizi pakan. Pakan yang digunakan di Kusuma Farm tidak menggunakan hijauan tetapi menggunkan jerami sebagai penggantinya. Jerami diberikan secara adlibitum. Guntoro (2002), mengungkapkan bahwa nilai nutrisi jerami padi relatif rendah. Riyanto (2009) menyatakan bahwa salah satu bentuk konsentrat yang baik untuk memacu pertumbuhan terdiri dari 70% hijauan (jerami padi fermentasi) dan 30% (konsentrat). Berdasarkan literatur, bahan pakan yang digunakan kurang tepat. Pemberian pakan paling baik memenuhi standar klasifaikasi pakan internasional, yaitu hijauan kering , pasture, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan additive (Utomo et al., 2008). Proses penyusunan pakan Proses penyusunan pakan di Kusuma Farm sebagai berikut. Penyusunan pakan dilakukan secara manual. Penyusunan dilakukan dengan mengaduk pakan secara merata dan dibuat secara kombor. Perbandingan yang diberikan rumput jerami 3 kg dan konsentrat 5 kg . Bahan pakan yang diberikan adalah konsentrat (Nurtivit), roti, garam, ampas tahu, onggok (ketela), dan brand polar. Roti dan onggok (ketela) direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan inkualitas roti mengandung energi yang lebih besar daripada jagung giling, tetapi kandungan serat kasarnya rendah. Hal ini dikarenakan kadar seratnya rendah dan tingkat pemanasan zat tepung yang cukup tinggi (Agus, 2012). Garam diberikan sebagai sumber yodium bagi ternak. Metode yang digunakan dalam penyusunan formula ransum antara lain adalah pearson square method, least cost formulation dan trial and error (Guntoro,, 2002). Metode pearson square adalah metode penyusunan pakan berasal dari perhitungan campuran atas empat bahan. Metode least cost merupakan metode penyusunan ransum ekonomis menggunakan dasar linier programming. Metode trial and error yaitu dengan cara mengubah komposisi (%) jumlah bahan pakan dalam ransum. Metode penyusunan ransum digunakan kriteria rational, ekonomis dan applicable. Prose penyusunan formula ransum diperlukan kandungan nutrisi bahan pakan, harga bahan pakan, batas penggunaan bahan pakan, kebutuhan nutrisi sapi dan perhitungan ekonomis. Metode yang diterapkan di Kusuma Farm adalah metode trial and error. Bahan pakan dicampur dengan air dingin (dikombor) dan diberikan pada ternak. Pemberian pakan dalam keadaan basah dalam beberapa kasus sebetulnya kurang baik, mengingat konsentrat yang tersisa dalam bak pakan akan menjadi asam dan menjadi sumber penyakit (tumbuhnya bakteri pathogen) yang dapat menyebabkan ternak sakit (Sudarmono, 2008). Selama penyusunan pakan harus memenuhi setidaknya Keputusan Mentri Pertanian NOMOR : 240/Kpts/OT.210/4/2003 menyebutkan bahwa cara pembuatan pakan yang baik mencakup beberapa tahapan, yaitu : pengadaan bahan baku, penyiapan bahan baku, penyimpanan bahan baku,penggilingan, pencampuran, pembuatan pelet (pelletting), pengemasan, pelabelan dan penyimpanan pakan. Perbandingkan antara hasil yang didapat dengan literatur menunjukkan bahwa proses penyusunan pakan telah sesuai dengan literatur. Metode pemberian pakan Metode pemberian pakan di Kusuma Farm sebagai berikut. Pakan diberikan kepada ternak dengan status ternak yaitu ternak baru, pejantan, induk kering dan induk menyusui. Pakan diberikan adalah pakan jerami diberikan dalam keadaan bentuk cacah secara ad libitum, dan konsentrat diberikaan dalam keaadaan kering dengan porsi 10 kg secara ad libitum. Metode pemberian sudah baik karena pakan yang diberikan tersedia terus menerus pada pagi dan sore hari. Pemberian konsentrat pada pagi hari dan hijaun sudah tepat. Hal ini dikarenakan ternak lebih aktif pada pagi hari hingga menjelang sore hari sehingga ternak dapat mendapat nutrisi lebih cepat (Yulianto, 2010) . Selain itu ternak dapat mendapat asupan yang mencukupi dari sore hari hingga menjelang pagi. cara pemberian ransum yang baik adalah dengan mengatur jarak waktu antara pemberian pakan konsentrat dengan hijauan. Pemberian konsentrat dapat dilakukan sebanyak dua kali sehari. Sementara, pemberian hijauan sebaiknya tidak sekaligus dalam jumlah banyak karena akan banyak yang terbuang dan tidak dimakan oleh sapi. Waktu pemberian konsentrat sebaiknya dilakukan 3 jam sampai 4 jam sebelum pemberian pakan hijauan. Hal ini bertujuan agar hijauan dan konstentrat dapat dicerna lebih baik sehingga penggunaan pakan lebih efisien. Pemberian konsentat untuk penggemukan sapi potong menurut sebanyak 4 kg/hari (Yulianto, 2010). Solusi untuk peternakan yang belum menerapkan metode pemberian pakan yang teratur dapat menggunakan metode ad libitum. Ad libitum merupakan metode pemberian pakan dan air minum diberikan secara bebas dan terus ada (Utomo, 2012). Reproduksi Deteksi birahi Deteksi birahi pada Kusuma Farm sebagai berikut. Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ternak yang birahi yaitu dengan memasukan pejantan, pengamatan fisik secara visual pada organ kelamin dan bedasarkan tingkah laku. Saat praktikum ditemui ternak yang sedang birahi. Ismaya (2014) menambahkan ciri-ciri ternak yang sedang birahi atau sedang estrus, yaitu berlangsung selama 1 hari, keluar lendir jernih yang mengalir dari cervix yang mengalir dari vagina dan vulva, gelisah, pangkal ekor terlihat sedikt, vulva bewarna merah karena oedem terasa panas, mencoba menunggangi temanya dan pasrah jika ditunggangi sapi lain , sering mengeluh-eluh. Sapi tropis dewasa kelamin 1,5 sampai 2 tahun dengan usia dewasa tubuh 2 sampai 2,5 tahun. Sapi subtropis usia dewasa kelamin 8 sampai 12 bulan dengan dewasa tubuh 15 sampai 20 bulan. Ternak jantan paling baik dikawinkan saat dikawinkan saat usia dewasa tubuh. Alasan harus pada kondisi tersebut karena pada usia itu sudah dipastikan memproduksi sperma, anatomi dan fisiologi pejantan yang baik dapat meningkatkan keberhasilan pembuahan. Perkawinan Pertama kali dikawinkan. Usia pertama kali ternak dikawinkan sebagai berikut. Usia ternak yang kawinkan pada Kusuma Farm sudah sesuai. Sapi disana dikawinkan saat usia diatas 14 sampa 15 bulan. Hal ini dikerenakan organ kelaminnya belum berkembang dengan sempurna. Widiati (2008) menambahkan ternak yang dipaksa kawin saat organ kelaminnya belum berkembang sempurna menyebabkan niali s/c tinggi dan tingkat keguguran yang tinggi. Gagasan tersebut diperkuat oleh Guntoro (2002) bahwa sapi potong dapat mengalami pubertas pada umur 1,5 tahun, siap dikawinkan 2 tahun dengan masa kebuntingan 280 sapi 290 hari. P Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Penentuan saat mengawinkan. Penentuan saat mengawinkan di Kusuma Farm sebagai berikut. Perkawinan ternak secara umum tergantung pada siklus estrus, usia dewasa kelamin, lama birahi, dan lama bunting. AAK (2000) menjelaskan bahwa antara dewasa kelamin dan dewasa tubuh tidak berlangsung secara bersamaan, tetapi dewasa kelamin terlebih dahulu. Oleh karena itu, pada saat mengalami birahi yang pertama sapi belum dapat dikawinkan karena harus menunggu sampai mencapai dewasa tubuh. Sapi yang birahi pada pagi hari maka pada pagi hari berikutnya segera dikawinkan dan sebaliknya, jika birahi pada sore hari, maka pagi berikutnya dikawinkan (Darmono, 1995). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Metode perkawinan. Metode perkawinan di Kusuma sebagai berikut. Metode perkawinan untuk kambing dan domba perusahaan ini dilakukan secara alami. Metode perkawinan yang lain adalah dengan menggunakan inseminasi buatan (IB) meskipun jarang karena mahal dan beresiko untuk perusahaan ini. Ismaya (2014) menambahkan IB adalah suatu proses pemasukan atau deposisi sperma ke dalam organ reproduksi betina sat estrus dengan alat buatan dan dibantu manusia. Hal-hal yang perlu diketahui sebelum melaksanakan inseminasi buatan diantaranya adalah waktu berahi sapi betina dengan tepat. Waktu berahi ditunjukkan oleh perubahan vulva menjadi kemerahan, bengkak, dan suhu, keluarnya lendir serviks, dan perubahan tingkah laku. Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan IB adalah meningkatkan kinerja dan potensi ternak, mempermudah tes progeni dan meningkatkan jumlah keturunan dari pejantan yang telah terbukti mempunyai sifat baik untuk produksi yang diinginkan (Susilawati et al., 2010). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Deteksi kebuntingan. Deteksi kebuntingan di Kusuma Farm sebagai berikut. Deteksi yang dilakkan perusahan ini dengan cara pengamatan tingkah laku dan secara visual dari perubahan fisiologi ternak. Secara visual kita dapat mengamati kondisi ternak bunting. Ternak yang bunting tempramennya tenang dan tidak minta kawin lagi, menjelang 5 bulan ambing dan perutnya membesar pada bagian kanan, pada umur kebuntingan tua ditandai dengan gerakan dari anak dalam perut, dan tingginya progesteron dalam susu pada ternak (Widayati , 2008). Susilawati et al. (2010), menambahkan bahwa dara atau induk dianggap bunting apabila tidak birahi kembali setelah 21 hari dikawinkan, terjadi peningkatan berat badan, dinding perut bertambah besar, ambing berkembang, dan perut sebelah kanan membesar. Deteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan biopsi vaginal (mengambil perbedaan tinggi epitel vagina dan kandungan sel), radiologi (bedasarkan tulang belakang fetal pada gambaran x-ray), uji DEEA Gestdect (bedasarkan corpus luteum persistan). Mafaat kita mengetahui ternak bunting adalah memiliki nilai ekonomis yang penting yaitu susu dan anak, mengetahui perlakuan yang tepat, kehilangan waktu untuk produksi dapat dikurangi karena infertilitas, berkurangnya biaya bereeding / progam yang mahal seperti perlakuan dengan hormon. Deteksi kebuntingan dilakukan dengan cara USG, palpasi rektal dan pengamatan tingkah laku (Widayati , 2008). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Penanganan kelahiran Penangan kelahiran di Kusuma Farm sebagai berikut. Penangan kelahiran terdiri dari penangan sebelum kelahiran, saat kelahiran dan sesudah kelahiran. Penangan yang dapat dilakukan pemindahanan ternak yang bunting ke kandang kelahiran setelah sebelumnya dipersiapkan alas yag nyaman untuk ternak yang sudah diberi desinfektan. Sambil menunggu waktu kelahiran ternak diberi pakan dan minum yang berkualitas dan tercukupi sehingga memiliki bekal energi yang cukup untuk proses melahirkan. Menjelang proses kelahiran ternak peternak menyiapkan alat yang dapat membantu saat proses kelahiran dan pasca kelahiran seperti baskom, thermos berisi air hangat, garam, iodin, handuk dan lain-lain dan tidak lupa bila perlu menghubungi dokter hewan. Saat proses kelahiran diusahakan ternak lahir secara normal, jika ternak kesusahan maka barulah dibantu. Saat ternak lahir diusahakan induk yang menjilati anaknya ,jika induk tidak mau maka diberi garam sebagai perangsang agar mau menjilati. Induk yang sudah diberi perangsang dan tetap tidak mau menjilati kita bisa bantu dengan memposisi kepala dibawah agar lendir keluar dan selanjutnya dibersihkan dengan handuk dan air hangat agar bersih . Setelah bersih ternak diusahakan berdiri sendiri agar meminum susu dari induknya, jika tidak bisa berjalan anaknya dibantu berjalan menuju ambing induk agar menyusui. Kelahiran ternak harus ditangani dengan benar dengan benar dengan cara yang tepat. Proses kelahiran akan berjalan normal jika posisi hidung diatas jari kaki anak mulai terlihat keluar dan dibutuhkan waktu kurang dari satu jam sejak induk merejan atau kontraksi pertama kali (Baliarti et al., 2013). Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Manajemen Perawatan dan Kesehatan Ternak Perawatan ternak. Perwatan ternak di Kusuma Farm sebagai berikut. Perawatan ternak terdir dari perawatan saat ternak masuk, perawatan selama pemeliharaan ternak, dan perawatan ternak keluar. Perawatan untuk ternak yang masuk yaitu dengan diberlakukan karantina selama 1 minggu, selanjutnya di identifikasi dan direcording stastus fisiologi dan kesehatannya, diberikan vitamin B agar tenak yang lemas kembali segar. Perawatan ternak saat pemeliharaan diberi pakan pada pagi dan sore hari, ternak secara berkala diberi obat cacing dan multi vitamin yang lain agar produktivitas maksimal serta perlakuan ini berlaku juga untuk ternak yang bunting. Perawatan ternak yang keluar meliputi recording dan penimbangan bobot badan serta dijual untuk yang tujuan pemeliharaan breeding dan fattening. AAK (2000) menjelaskan bahwa untuk menjaga kebersihan badan sapi, setiap hari harus dimandikan minimal 1 minggu sekali. Sapi harus dimandikan agar kulitnya bersih dan tidak tertutup daki. Pengaruh daki terhadap hewan yaitu daki dapat menutup lubang keringat sehingga keringat tidak bisa keluar dan daki dapat menjadi tempat yang disukai bakteri serta parasit. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan ternak di Kusuma Farm kurang tepat. Perawatan sarana prasarana Perawatan sarana prasarana yang dilakukan di Kusuma Farm yaitu menghilangkan sisa-sisa ketela yang digilng pada mesin penggiling. Sanitasi yang dilakukan adalah mencuci peralatan yang digunakan dan membersihkan lingkungkungan ternak. Adanya bangunan yang berfungsi untuk perawatan dan pebaikan bangunan kandang. Pencegahan dan pengendalian penyakit. Pencegahan dan pengendalian penyakit di Kusuma Farm sebagai berikut. Pencegahan penyakit yang diamati dan dilakukan saat praktikum antara lain dimandikan. Fikar dan Ruhyadi (2010) menambahkan selain dimandikan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan memotong kuku sapi saat usia 2 tahun , membersihkan kotoran dikandang dan membersihkan tempat makan serta minum. Astiti (2010) memperkuat gagasan tersebut bahwa pencegahan dan pengendalian penyakit penting. Hal ini dikarenakan penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit zoonosis. Perbandingan antara hasil dengan literatur yang ada penanganan kesehatan ternak telah sesuai namun kebersihan lingkungan kandang kurang diperhatikan. Terlihat feses di bawah kandang panggung dibiarkan menumpuk yang seharusnya di bersihkan secara rutin. Pemantauan ternak Pemantuan ternak di Kusuma Farm sebagai berikut. Pemantauan ternak dilakukan secara rutin setiap hari bersamaan dengan pemberian pakan. Pemantuan dilakukan pada semua ternak pada tiap pertumbuhan meliputi chempe, ternak muda, ternak yang sedang bunting. Metode pementauan ternak yang dilaksanakan selama proses pemeliharaan adalah dengan metode observasi. Penyakit yang sering muncul Penyakit yang sering muncul di Kusuma Farm sebagai berikut. Penyakit yang sering muncul selama pemeliharaan bedasarkan wawancara, yaitu scabies, kembung, diare, dan mastitis. Scabies disebabkan oleh Tungau Sarcoptes scabei, Chorioptes bovis serta kurangya kebersihan kandang dan ternak. Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung ternak sakit dengan sehat atau melalui peralatan kandang yang tercermar oleh Tungau. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat zoonosis (menular dari hewan kemanusia) (Astiti, 2010). Kembung adalah pembesaran si perut rumen yang berisi gas yang tidak bisa keluar yang berakibat fatal terhadap sirkulasi darah (Yulianto dan Saparinto, 2014). Diare gejalanya fases cair penyebabnya E. Coli. Diare terjadi akibat adanya infeksi cacing maupun keracunan. Mastitis terjadi karena ada radang ambing. Solusi yang dapat dilakukan untuk penangan ternak tersebut untuk yang menderita scabies yaitu dengan memberi salep dan menjaga sanitasi kandang. Kembung dapat diatasi dengan mensukan trocar atau cannula. Diare dicegah dengan sanitasi tempat pakan, minum dan kandang serta diatasi dengan norit. Mastitis dicegah dengan sanitasi kandang, pengolesah iodin pada puting. Obat yang sering digunakan Obat yang sering digunakan di Kusuma Farm sebagai berikut. Valbendasol yang mengandung albendazol 112,5 mg/ml, berfunsi untuk obat cacing dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Vermiprazol yang mengandung albendazol 100mg/ml, berfungsi untuk obat cacing dengan dosis pemberian 10% BB (ml). Carbasunt yang mengandung carbonat, berfunsi untuk obat luka dengan dosis pemberian secukupnya. Povidone yang mengandung iodine, berfungsi untuk antiseptik dengan dosis pemberian secukupnya. Gusanex yang mengandung larvisida dan antiseptik, berfungsi untuk mencegah luka membusuk dengan dosis pemberian secukupnya. Ivervet yang mengandung invermectin injeksi subkutan dengan dosis pemberian 1ml/50kg BB. Norit yang mengandung karbon aktif, berfungsi untuk obat mencret dengan dosis pemberian 6-9 tablet. Diambung yang mengandung karbon aktif, berfungsi untuk obat mencret dengan dosis pemberian 6-9 tablet. Coliboot yang mengandung bolus sulfat diazin trimetoprin obat, berfungsi untuk mencret dengan dosis pemberian 1 tablet. Neo yang mengandung kaokina kaolin, pectia obat mencret dengan dosis pemberian 5ml/50kg BB. Aquaprim yang mengandung sulfida diazine obat injmineksi intramuskular. Vit. B Kompleks yang mengandung B1, B2, B6, danE, berfungsi untuk menyuplai vitamin dengan dosis pemberian 10% BB(ml). Medoxin L oksitetrasin, berfungsi untuk antiseptik dengan dosis pemberian tibiotik 10% BB(ml). Novaldon yang mengandung menthampiron, berfungsi untuk antipiretik dengan dosis pemberian secukupnya. Penanganan ternak sakit. Penangan ternak sakit di Kusuma Farm sebagai berikut. Penangan ternak yang sakit pertama kali yang diberlakukan pada Kusuma Farm, yaitu dipindah ke kandang yang terdekat dengan anak kandang. Tujuan dipindahkan agar mudah terpantau aktivitas dan tingkah lakunya. Ternak yang sakit diberi obat sesuai dosis setelah diidentifikasi penyakitnya. Ternak yang masih mengidap sakit setelah diberi penangan sendiri, langsung ditangani oleh dokter hewan. Penangan dokter hewan jika tidak berhasil biasanya dijual dan terkadang langsung dipotong . Sarwono (2008) menambahkan bahwa ternak sakit harus dipantau untuk menghindari timbulnya penularan penyakit pada ternak lain dengan cara membuat program karantina, program vaksinasi secara teratur, fumigasi kandang dan peralatan. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Manajemen Limbah Peternakan Macam limbah yang dihasilkan Macam limbah yang dihasilkan di Kusuma Farm yaitu feses, dan urin. Penanganan yang dilakukan adalah limbah dibuang dan tidak ada proses pengolahan. Limbah peternakan merupakan salah faktor yang harus diperhatikan pada usaha peternakan, selain faktor bibit ternak, pakan, kandang, penyakit ternak dan panen. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan (RPH), dan proses pengolahan produk ternak (Baliarti et al., 2013). Limbah ternak potong dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara) jika tidak ditanani secara tepat. Sutama et al., (2010) menyatakan bahwa feses ditampung atau dikumpulkan pada tempat khusus untuk diproses lebih lanjut. Sementara itu, cairan air kencing dialirkan ke penampungan kotoran cair. Perlu adanya perbaikan pengolahan limbah sehingga dapat menambah nilai guna dan nilai ekonomis limbah tersebut. Sudiarto (2008) menambahkan, berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal atau etanol. Konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan bagi pengusaha peternakan. Limbah peternakan juga sangat potensial sebagai bahan baku pembuatan biomassa protein sel tunggal (PST) sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, udang dan ikan. Demikian juga sebagai bahan bakar, limbah peternakan merupakan sumberdaya yang sangat potensial. Perbandingan antara hasil yang didapat dengan literatur yang ada maka hasil sudah sesuai. Manajemen Pasca Panen dan Pemasaran Ternak yang dipotong Ternak yang dipotong di Kusuma Farm sebagai berikut. Ternak yang dipergunkan untuk pemotongan diutamakan yang jantan. Alasan dipilih ternak yang jantan dikarenakan ternak jantan memiliki pertumbuhan badan dan penggunaan pakannya lebih efisien dari pada yang jantan. Jika betina yang dipotong akan berpengaruh pada siklus penglahiraan ternak, apabila ternak tersebut betina produktif. Ternak yang telah memsuki kriteria dipotong langsung dibawa ke pasar untuk dijual kembali dan terkadang langsung ke RPH untuk dipotong. Pemeriksaan sebelum pemotongan Pemeriksan ternak potong di Kusuma Farm sebagai berikut. Pemeriksaan sebelum pemotongan biasanya dilakukan oleh mantri hewan dan dokter hewan. Pemeriksaan sebelum pemotongan disebut juga pemeriksaan antemortem. Pemeriksaan antemortem dilakukan dengan melihat kondisi fisik ternak saat berdiri normal dan melihat bagian kepala terutama bagian mulut dan hidung. Tujuan pemeriksaan antermortem, yaitu mengetahui ternak yang cidera sehingga harus dipotong sebelum ternak yang lain, mengetahui ternak yang sakit sehingga harus dipotong terpisah (Soeparno, 2005). Proses pemotongan. Pemotongan terhdap ternak terdapat dua metode. Dua metode tersebut yaitu pemotongan secara langsung dan tidak langsung. Pemotongan langsung sering disebut dengan halal method. Pemotongan halal method dilakukan jika ternak sudah dinyatakan sehat. Setelah dinyatakan sehat kemudian disemebelih dengan memotong carotis, vena jugularis, oesophagus dan tenggorokan dengan menghadap kibat posisi kepala diselatan dan ekor diutara oleh seorang modin. Pemotongan secara tidak langsung disebut juga westren method. Pemotongan ini dilakukan setelah ternak dipingsankan (Soeparno, 2005). Pemeriksaan pasca pemotongan Pemriksaan pasca pemotongan sebagai berikut. Pemeriksaan pasca pemotongan dilakukan oleh dokter hewan dengan melihat kondisi karkas, daging serta organ dalam seperti hati, paru-paru, jantung dan limfa. Tujannya adaalah melindungi konsumen dari penyakit yang ditimbulkan akibat tercemar bakteri dan tidak sehat, melindungi konsumen dari penipuan daging, dan mencegah penularan penyakit diantara ternak (Soeparno, 2005). Pemasaran Pemasaran di Kusuma Farm sebagai berikut. Ternak yang dijual dari Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm dijual secara langsung kepada pembeli. Transaksi dilakukan secara lunas. Pembeli biasanya langsung menuju Perusahaan Ternak Potong Kusuma Farm sehingga pemilik perusahaan tidak perlu memasarkan secara langsung di pasar. Pemasaran merupakan sebuah upaya penting dalam mengekspansi usaha yang digeluti. Sebelum pemasaran dilakukan bebrapa hal yang penting yang dalam melaksanakannya yaitu perencanaan. Santosa (2011) menambahkan bahwa perencanaan merupakan titik terbentuknya keuntungan perusahaan yang diharapkan. Pendapat tersebut diperkuat Widiati dan Kusumastuti (2013) bahwa perencanaan merupakan salah satu aktivitas hulu yang dilakukan sebelum suatu proses produksi. Hal tersebut menunjukan peran perencanaan yang sangat penting. Pemasaran barang dari Industri dapat berupa ternak hidup, daging, dan produk olahannya yang telah dimasak. Meski barang dari industri peternakan relatif mahal namun masyarakat mulai menyadari keunggulan produk peternakan. Keungulan tersebut yaitu memiliki nilai gizi yang tinggi, mudah dicerna dan diserap kandungan gizinya , mempunyai cita rasa dan aroma yang lezat, sesuai kebutuhan manusia, serta bernilai ekonomis yang tinggi (Suryanto et al., 2008). Analisis Usaha Analisi usaha di Kusuma Farm sebagai berikut. Analisis usaha digunakan untuk meninjau kelayakan sebuah usaha yangakan dijalankan atau dikembangkan (Rianto dan Purbowati, 2010). Selama pemeliharaan diketahui bahwa hidup pokok 41 kg, bobot dijual 320 kg, dipelihara 120 hari, biaya pakan Rp. 25.000,- , bobot panennya 500 kg. ADG yang terdapat pada Kusuma Farm bedasarkan perhitungan adalah 1,5 kg. Harga 1 ekor sapi di Kusuma Farm bedasarkan harga daging per Kg adalah Rp 13.120.000,-.Harga pakan selama pemilharaan di Kusuma Farm adalah Rp 3.000.000,-. Input selama pemelihaan di Kusuma Farm adalah Rp 16.120.000 dan outputnya sebesar Rp 20.500.000. Hasil keseluruhan menunjukan harga penjualan di perusahaan ini Rp 4.380.000,. BAB III PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan yang terdapat dalam manajemen pemeliharaan ternak breeding di Kusuma Farm adalah manajemen pakan dan pengolahan limbah yang belum bagus. Limbah yang dihasilkan dari ternak yang berupa feses, urin dan sisa pakan tidak diolah lebih lanjut. Limbah padat terutama feses sudah dapat dijual, akan tetapi sisa pakan belum diolah. Limbah yang tidak diolah akan mengakibatkan pencemaran lingkungan, terutama pada kandang yang berapa dekat dengan jalan raya. Kotoran ternak di Kusuma Farm hanya ditumpuk begitu saja. Hal ini dapat mengundang bibit-bibit penyakit seperti berkembangnya mikroorganisme patogenik yang dapat menjangkit ternak sehingga produktivitas ternak terganggu. Solusi dari permasalahan ini adalah adanya manajemen pemberian pakan yang nutrisinya lebih diperhatikan sehingga performan ternak dapat memenuhi tujuan pemeliharaan. Limbah dapat diolah menjadi pupuk organik dan biogas. Pengolahan limbah selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari usaha peternakan, juga dapat menambah keuntungan dari penjualan hasil olahan limbah tersebut. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang didapat setelah praktikum di Kusuma Farm yaitu, dapat disimpulkan bahwa kandang pada sapi potong bertipe koloni bertambat dengan tipe atap gable dan shade. Pakan yang diberikan untuk ternak sapi potong ada dua macam yaitu: rumput jerami dan konsentrat. Kemiringan kandang belum sesuai. Penangan ternak jantan dan betina ternak sudah sesuai. Manajemen reproduksi sudah sesuai. Manajemen pengolahan kurang baik. Manajemen pemasaran sangat baik. Saran Kandungan nutrisi bahan pakan sebaiknya lebih diperhatikan agar performa yang ditunjukkan ternak menjadi lebih baik. Penanganan limbah yang dihasilkan dari ternak sapi potong di Kusuma Farm sebaiknya diolah dengan baik sehingga dapat lebih bermanfaat dan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan, selain itu hasil olahan limbah akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari usaha sapi potong tersebut. DAFTAR PUSTAKA AAK. 2000. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius. Agus, A. 2012. Bahan Pakan Konsentrat untuk Sapi. Yogyakarta: PT Citra Aji Prama. Arifin, Syaiful., H. Nugroho., dan W. Busno. 2013. Nilai HTC pada Sapi Ongole Betina Dara Sebelum dan Sesudah Diberi Konsentrat Didaerah Dataran Rendah. Fakultas Peternakan UNIBRAW, Malang. Aspenas. 2015. Tabel Bahan Pakan Ransum. BBPP, Jawa timur. Arifin, Syaiful., H. Nugroho., dan W. Busno. 2013. Nilai HTC pada Sapi Ongole Betina Dara Sebelum dan Sesudah Diberi Konsentrat Didaerah Dataran Rendah. Fakultas Peternakan UNIBRAW, Malang. Baliarti, Endang., N. Ngadiyono.,G. Murdjito., I.G.S.Buidiastra., Panjono., T.S.M. Widi dan M.D.E. Yulianto. 2013. Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. BBPPTP. 2008. Teknologi Budidaya Sapi Potong. Kementrian Pertanian, Indonesia. Dirjen Bina Mrga. 2006. Petunjuk Drainase Permukaan Jalan. Kementrian Pekerrjaan Umum, Jakarta. Fikar, Samsil dan dadi Ruhyadi. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Guntoro, S. 2002. Membudidaykan Sapi. Kanisius, Yogyakarta. Hartiati., A. Rasyid., dan J. Efendy. 2010. Pemeliharaan Jantan Pemacak Sapi Potong. Kementrian Pertanian, 2010. Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. McWilliams, Jerry. 1979. The Preservation and Restoration of Sound Recordings. Tenn : American Association for State and Local History, Nashville. Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek. Erlangga Jakarta. Prabowo, Sigid. 2010. Ciri Eksortir Bibit Sapi Potong yang Baik. Dikases pada 22/03/2015http://sigid.blog.ugm.ac.id/2010/04/12/ciri- eksterior-bibit-sapi-potong-yang-baik/ Rasyid, Ainur dan Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Kementrian Pertanian, Indonesia. Rianto, E., dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Robert, E. 1999. The Physiology of Animal. New York Vetenary College. Santoso,U., 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Swadaya, Jakarta Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan III. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarmono, A dan Sugeng, Y.B. 2008. Sapi Potong. Penerit Swadaya. Jakarta. Sudiarto, B. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bandung. Sunardi. 2005. Manfaat Recording Terhadap Dunia Peternakan. BBIB Singosari, Malang. Suryanto, Edi., B. Suhartanto., T. Yuwanta., dan E, Sulastri.2008. Pengantar Ilmu Industri Peternakan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Sutama, I dan Budiarsana, I. G. M. 2009. Panduan Lengkap Beternak. Jakarta: Penebar Swadaya. Susilawati, E. dan Masito. 2010. Teknologi Pembibitan Ternak Sapi. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Kementerian Pertanian. Utomo, Ristianto. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT Citra Parama, Yogyakartaa Utomo, R., S.P.S. Budhi, A. Agus, C.T. Noviandi. 2008. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Wiidiati, Rini dan T.A. Kusumastuti. 2013. Manajemen Agribisnis: Aplikasi Pada Peternakan. CGS, Yogyakarta. Yulianto, Purnawan dan C. Saparinto. 2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Itensif. PS, Jakarta. LAMPIRAN Lampiran 7. Gambar foto kegiatan Pakan yang dikombor Roti afkhir Ketela Ampas tahu Penggilingan Ketela Limbah Feses Kandang Sapi Nutrivit Lampiran 8. Perhitungan acara III sistem usaha Kusuma Farm Harga pokok pembelian = Rp 41.000,00/ kg Bobot beli = 320 kg Lama pemeliharaan = 120 hari Biaya pakan per hari = Rp 25.000,00 Bobot panen = 500 kg ADG = (500 kg – 300 kg)/(120 hari) = 1,5 kg/ hari Harga 1 ekor sapi (beli) = 320 kg ×Rp 41.000,00 = Rp 13.120.000,00 Harga pakan selama pemeliharaan = Rp 25.000,00×120 hari = Rp 3.000.000,00 Input = Harga 1 ekor sapi + harga pakan = Rp 13.120.000,00 + Rp 3.000.000,00 = Rp 16.120.000,00 Output= 500 kg ×Rp 41.000,00 = Rp 20.500.000,00 Keuntungan = output – input = Rp 20.500.000,00 - Rp 16.120.000,00 = Rp 4.380.000,00 Lampiran 9. Perhitungan THI di Kusuma Farm THI = 0,8 Ta + (TaxRH)/500, Ta = suhu (oC) RH = kelembapan (%) THI Pagi Suhu = 27,1oC Kelembapan = 51% THI = 0,8 (27,1) + (27,1 x 51%)/500 THI= 72,7 THI Siang Suhu = 331,oC Kelembapan = 36% THI = 0,8 (33,1) + (33,1 x 36%)/500 THI= 79,85 THI Sore Suhu = 26,7 oC Kelembapan = 50,1% THI = 0,8 (26,7) + (26,7x 50,1%)/500 THI= 72,05
Powered By Blogger

Sedang apa hari ini

Sedang apa hari ini
Kegitan sehari-hari

Translate